3

16 0 0
                                    

Seusai bel pulang sekolah berbunyi dengan semangat 45 Kalan bangun dari kursinya lalu dengan cepat bersiap-siap membereskan buku-bukunya mengingat hari ini dia akan jalan bersama Isya yang berada tepat berada disampingnya. Tepatnya Kalan memaksa gadis itu untuk mau ikut bersamanya hari ini.

Isya yang melihat pergerakan sosok Kalam yang memang agak aneh hari bahkan mungkin tidak banyak orang yang mengetahui sosok Kalan yang di takuti banyak orang sang ketua Flugel sangatlah kekanakan.

Javas dan Arven hanya saling pandang melihat kelakuan cowok itu, lihat saja cowok itu membereskan buku-bukunya dengan pinggul digoyangkan serta kaki kanan yang ia angkat diatas kursi membuat mereka tertawa sangat kencang.

"Kalau gue videoin bisa turun citra Flugel kalau tau ketuanya gesrek." Celetuk Javas.

"Tu pinggul kesurupan."

"Bukan, engselnya rusak."

"Paling gilaknya kumat dia." Isya menyahut.

"Butuh obat deh dia." Canda Tsabita di selingi tawa.

Cowok itu membalas celotehan kedua temannya dengan cengiran khasnya lalu matanya melirik Isya yang masih anteng dikursinya.

"Sya, ayok kita pergi. Jangan dengarkan setan iblis kayak mereka." Isya mendelik geli dengan sikap absurd Kalan yang tidak banyak yang tau.

"Mau kemana kalian?" Tanya Javes menyeringai.

"Menurut lo kalau gue punya pacar oh bukan istri maksudnya,  biasanya kalau ngajak pergi kemana?"

"Ke jamban." Arven bergurau.

"Dongo."

"Biasanya gue ketukang gorengan atau nggak seblak." Javas menyarankan.

"Itu tandanya lo nggak modal curut." Arven langsung menggeplak.

"Udahlah ya gue mau aja jalan dulu sama Isya, dadah saudara-saudara." Ujarnya seraya pergi meninggalkan mereka yang masih melongo.

"Gue duluan ya semuanya!" Seru Isya dengan suara karena tangannya sudah di tarik duluan sama Kalan.

Tangan kekar milik Kalan pun mengenggam tangan mungil milik Isya yang entah kenapa tangannya cukup dingin dan sedikit berkeringat.

"Kal,  gue takut ketauan."

Kalan tersenyum seraya mengedipkan sebelah matanya membuat Isya mendelik jijik,  "kelas gue kan pulang terakhir, mereka juga nggak tau posko parkiran kita di Flugel."

"Btw,  tangan lo kok dingin." Curiga Kalan menatap Isya yang sedang membasahi bibirnya.

Isya menggeleng, "Nggak papa kepo banget jadi orang."

"Lo gerogi ya sama gue."

"Ngayal lo itu ketinggian banget, nanti kalau jatoh sakit baru tau rasa."

"Jatoh ke tanah ini nggak kemana-kemana tapi kalau jatoh cinta ke hati orang lain apa lo mau?"

Sabar, itu yang dirasakan Isya setiap berbicara kepada Kalan. Bayangkan! Selama 3 bulan mereka hidup bareng dan selalu bersama tetapi tidak membuat perempuan itu sudah terbiasa.

Sampai kedua teman cowok itu bertanya, Javas dan Arven kenapa perempuan itu bersabar saat bersama Kalan dan jawaban cewek itu speechless karena kebetulan terpiksa menikah dengannya

"Udah gombalnya? Mau gue bayar berapa gombalan lo, pukul pake palu mau!" Dengus Isya.

"Bayar pakai cinta lo aja deh." Kalan menyahut dengan gombalannya.

Antara Kalan dan IsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang