Gigi

1.2K 183 79
                                    

Hai ini merupakan cerita buatanku buat kapal sebelah tahun lalu hehehe. Barangkali kalian ngerasa ga asing, kami berdua orang yang sama dengan penname yang berbeda.

8 y.o Haruto x 8 y.o Asahi

Enjoy~

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

“Haruto, Haruto!” Asahi kecil berlari menerobos kamar bernuansa biru muda milik Haruto.

Haruto, anak berusia 8 tahun itu langsung mendengus dan membalikkan tubuhnya membelakangi Asahi. Dengan cuek ia membalik halaman komik di tangannya.

“Haruto, lihat!” Asahi melompat ke kasur dan menyurukkan telapak tangannya di antara wajah dan komik Haruto. “Gigiku copot, hehe”

Haruto menyerah berlagak cuek. Ia penasaran juga dengan Asahi yang ompong. Maka ia pun beranjak dengan hati-hati dan menelungkupkan komik di sampingnya.

“Sini lihat!” Tukasnya

Asahi menyodorkan telapak tangannya, memamerkan gigi putih kecil.

Haruto menggeleng. “Iiii” ia meringis pada Asahi, menyuruh bocah itu mengikutinya.

Anak yang seumuran dengan Haruto itu pun mengikuti Haruto, meringis dan menampilkan deretan gigi susunya. Memang ada satu yang ompong, gigi seri bagian atas.

Melihat itu, Haruto tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Asahi tampak lucu dengan gigi ompongnya.

“Tahu tidak, Mashiho dapat uang 1000 Yen dari Peri Gigi karena menyimpan giginya di bawah bantal, lho” celoteh Asahi dengan riang, “Aku juga akan melakukannya”

“Ih mana ada yang seperti itu? Itu cuma mitos” sanggah Haruto.

“Enggak! Buktinya Mashiho dapat 1000 Yen dari Peri Gigi!”

“Ih kaya anak kecil percaya mitos begitu!”

Asahi mencebik. Tidak terima dibilang anak kecil. Padahal Haruto juga sama kecil dengannya.

“Ya sudah kalau tidak percaya! Lihat saja nanti, kalau aku dapat beneran, kamu nggak bakal dapet bagian!”

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-


“Mana? Sudah dapat dari Peri Gigi?” Haruto tahu-tahu bertanya begitu saat perjalanan pulang sekolah.

Mendengarnya, Asahi mencebikkan bibirnya. Ia pun menendang kerikil di depannya. Dari gesture seperti itu saja Haruto tentu sudah tahu apa jawabannya.

“Dibilangin mitos, ga percaya sih!” Ejek Haruto.

“Enggak!” Asahi marah. Ia mempercepat langkahnya mendahului Haruto.

“Eh tukang ngambek! Udah tukang ngadu, eh ngambekan juga” Haruto semakin gencar menggoda Asahi.

Mendengarnya, Asahi berlari kecil sembari menutup kedua telinganya, ia berseru, “Jangan ngomong sama aku! Aku ga denger!”

Haruto tergelak geli. Asahi dalam mode seperti itu selalu tampak lucu di matanya. Sejurus kemudian, ia pun belari, menyamakan langkahnya dengan Asahi. Tapi Asahi berjalan lebih cepat lagi hingga membuat Haruto kesal dan berakhir menarik tas punggung Asahi.

Tentu saja hal itu berhasil membuat Asahi berhenti. Ya daripada jatuh, kan?

Asahi membalikkan badannya, menatap Haruto dengan bibir melengkung ke bawah. Matanya berkaca-kaca. Hitung dan telinganya juga sudah memerah.

Wah, ini pasti mau nangis, pikir Haruto. Kenal Asahi sejak anak itu lahir ke dunia membuat Haruto hapal semua arti ekspresi Asahi.

Tapi Asahi tak kunjung menangis seperti biasanya. Haruto bahkan sudah siap mau kabur kalau Asahi betulan menangis.

berättelse - hasahi harusahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang