Sepeda

952 132 53
                                    

9 y.o Haruto x 9 y.o Asahi

Masih satu universe dengan Gigi dan Tukang Ngadu.
Enjoy ~

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

"Bibi! Bibi Watanabe!" Itu si kecil Hamada Asahi, anak tetangga yang tinggal persis di depan rumah keluarga Watanabe.

Anak yang terkenal aktif, lucu dan periang. Sebenarnya ia anak yang sopan. Tapi karena sering dititipkan di keluarga Watanabe, berlarian di dalam rumah keluarga Watanabe begini bukan pemandangan asing.

Begitu mendapati Watanabe Mayu di dapur, Asahi langsung menghambur memeluk pinggang ibu sahabatnya itu.

"Eh, Asahi tampaknya senang sekali, hm? Ada apa?"

"Bibi, Asahi dibelikan sepeda baru!"

"Oh ya? Pantas senang sekali."

Asahi tersenyum lebar, menampilkan gigi serinya yang ompong.

"Nanti minta diajarin Haruto naik sepeda, ya?"

Asahi mengangguk ribut. Membayangkan naik bisa naik sepeda saja sudah membuatnya senang, apalagi kalau diajari Haruto?

"Nggak mau. Asahi cengeng!" Sahut Haruto ketus. Anak laki-laki itu entah dari mana, tiba-tiba sudah muncul saja di dapur.

"Enak aja. Aku nggak cengeng, ya!" Balas Asahi tidak terima.

Mayu melihat pemandangan di depannya ini hanya menggelengkan kepala. Kalau dibiarkan, bisa-bisa si anak kecil yang masih menggelayut di pinggangnya ini menangis betulan.

"Eh, Haruto kan anak pandai, sudah bisa naik sepeda duluan. Berarti bisa kan ajari Asahi naik sepeda?" Bujuk Mayu pada anaknya. "Asahi juga anak pandai. Kalau nanti jatuh pas belajar, nanti langsung bilang bibi, ya? Biar bibi obati. Jadi sakitnya cepat hilang, Asahi tidak perlu menangis."

Haruto mencebik mendengar penuturan ibunya. Selalu saja dirinya ini dipaksa kalau hubungannya dengan Asahi.

"Ih kalau Haru nggak mau, ya nggak mau!" Protes Haruto seraya menghentakkan kaki.

"Ya udah! Kalau nggak mau ya udah! Aku bisa belajar sendiri!" Seru Asahi, dirinya yang kepalang kesal pun melepaskan tautan tangannya dari ibu Haruto dan berjalan keluar rumah dengan kaki menghentak-hentak.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Asahi yang sedang ngambek pada Haruto pun memutuskan untuk bermain sendirian di depan rumahnya. Ia masih kesal dengan Haruto, malas sekali rasanya mengajak Haruto main.

Tangan kecilnya meraih ranting dan mulai menggambar di tanah halaman rumahnya. Ia membuat kotak-kotak dengan ukuran yang hampir sama. Setelahnya selesai, ia mulai mencari batu mana yang kira-kira pas untuk dilempar. Pikirnya tanpa Haruto, main engklek sendirian juga tetap asyik.

Belum sampai menemukan batu yang kira-kira cocok, segerombolan anak kompleks sebelah Asahi lewat. Asahi mengenal beberapa di antaranya karena bersekolah di tempat yang sama.

"Yusuke!!"

Si anak yang dipanggil Asahi pun menghentikan laju sepedanya, diikuti dengan anak-anak lainnya.

"Aku boleh ikut sepedaan?"

Mendengar itu Yusuke agak terkejut. Mana pernah Asahi main dengan geng mereka. Kompleks perumahan mereka berbeda, jadi wajar sekali kalau mereka tidak pernah main bersama.

"Boleh, boleh." Jawab Yusuke.

"Aku ambil sepeda dulu ya?"

Begitu Asahi kembali dengan sepedanya, Yusuke dan teman-temannya bingung. Kenapa Asahi berlari menuntun sepedanya alih-alih menaikinya?

berättelse - hasahi harusahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang