Setelah kejadian di malam itu, Junkyu tak semata-mata marah kepada Yoshi. Lebih tepatnya, ia tidak memiliki alasan untuk melakukannya, karena mau bagaimana pun dirinya lah yang salah disini. Sebagai gantinya, Junkyu menjadi canggung saat ia tak sengaja bertemu atau berpapasan dengan pria jangkung bermata elang itu. Setiap kali ia mendengar namanya, apalagi suaranya, Junkyu tidak menyadari rona merah yang selalu bertengger manis di pipinya. Kesengsem.
Entahlah, pemuda Kim itu juga masih bingung dengan perasaannya. Dia tidak dapat memastikan perasaan ini harus ia namai apa, apakah suka, kagum, malu, atau malah cinta? Junkyu tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi kepadanya. Katakanlah pemuda manis itu masih denial. Meski beribu kali bibirnya mengatakan tidak, hatinya tak lagi bisa berdusta untuk tidak mengatakan iya. Jadi anggap saja Junkyu sudah menaruh perasaannya di hati pria made in Japan itu. Semoga.
Lain hal dengan pemuda tampan bernama Kanemoto Yoshinori. Sebenarnya ia merasakan hal yang sama seperti apa yang Junkyu rasakan selama ini, perasaan canggung yang menyelimuti. Namun, ia juga merasa bahwa pemuda imut nan menggemaskan itu marah kepadanya. Mengingat sikap Junkyu satu minggu belakangan ini yang selalu mendiaminya dan terlihat seolah menghindar dari eksistensi keberadaannya. Yoshi pun bingung, ingin rasanya ia meminta maaf, tapi dirinya juga tak tau letak kesalahannya di mana.
Selama satu minggu ini pula, Yoshi tak berkunjung ke rumah mewah Junkyu untuk menjadi tutor orang yang ia sukai itu, mengerjakan pekerjaan barunya. Mana berani ia menginjakkan kaki di kediaman Tuan Kim jika sang pemilik rumah tak memberikannya izin terlebih dahulu. Yoshi masih sayang nyawanya, maka dari itu ia memilih mengumpulkan pundi-pundi uang dengan kembali bekerja paruh waktu di kedai kopi, sama seperti dulu.
Namun, cintanya tak pupus begitu saja. Setelah apa yang ia alami bersama Junkyu tempo hari, Yoshi menjadi jauh lebih berani. Ia seperti mendapatkan kekuatan, melangkahkan kakinya satu kali lebih dekat. Mendekat, lebih dekat, hingga merampas perasaannya. Maka dari itu, hari ini Yoshi memantapkan hatinya untuk bertemu dengan Junkyu, memutuskan untuk mengajaknya berbicara. Atau mungkin jika waktunya dirasa pas, ia akan mengutarakan isi hatinya yang sebenarnya. Urusan diterima atau ditolak, ia tak mempermasalahkan hal itu, yang penting ia sudah jujur dengan perasaannya, dan berdamai dengan hatinya. Ya, Yoshi yakin.
"Kim Junkyu," panggil Yoshi saat langkahnya telah membawanya sampai di depan gedung fakultasnya. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, ia akan segera pulang ke rumah. Tapi siapa sangka ia malah bertemu dengan pemuda manis yang akhir-akhir ini tak bisa lepas dari pikirannya.
Yoshi tak kunjung mendapat sahutan.
"Akan pulang?" tanyanya, berinisiatif untuk memecah keheningan di antara keduanya.
Sedangkan pemuda berparas mirip seperti koala itu masih setia dalam diamnya, tak berniat menjawab pertanyaan Yoshi, pria yang akhir-akhir ini juga tak bisa hilang dari ingatannya. Ah, lebih tepatnya Kim Junkyu itu tak bisa berkata-kata sangking malunya. Iya, ia rasa seperti itu.
Alhasil ia hanya menganggukkan kepalanya sekali. Ayolah, ini bukanlah Kim Junkyu seperti biasanya. Kim Junkyu yang orang lain kenal adalah Kim Junkyu yang tidak lemah dan pemalu seperti ini, melainkan Kim Junkyu yang gemar menindas dan menatap remeh penuh aura mengintimidasi orang-orang yang ia yakini berada di kasta lebih rendah darinya.
"Di mana sopirmu, atau mau ku... antar?"
Junkyu menggeleng ribut. Dengan semburat merah yang tanpa permisi bertengger di pipi cabinya, pemuda imut itu berkali-kali lipat terlihat lebih imut. Sangat menggemaskan. Mengundang orang ingin mengarunginya dan membawanya pergi, kabur entah ke mana. Apalagi ia anak orang kaya, pemuda seperti Kim Junkyu seperti ini memanglah sangat rawan menjadi korban penculikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Bonita [Junkyu x All]
Fanfiction[JUNKYU HAREM] Sepenggal kisah tentang si Bonita, Kim Junkyu. __________________ Treasure's Boyslove Fan Fiction, a One/Two Shot Stories. koala_insom, 2021.