Warning: very OOC i guess demi keberlangsungan cerita, harsh words seperti biasa, mungkin beberapa typo, kosakata tak beraturan, slight IchiSama, dsb.
Please enjoy. Don't like? Don't read.
Samatoki terbangun dengan peluh membanjiri tubuh serta nafas yang tersenggal. Mimpi buruk kembali menghampiri dirinya. Mengenai kejadian dua tahun lalu, itu sudah biasa. Ia hampir terbiasa. Namun kali ini tak hanya itu.
Ia bermimpi dimana Chuuoku juga mengambil MTC darinya. Mengambil crew nya. Mengambil kedua rekannya. Mengambil rumahnya.
Mengambil Jyuto dan Riou dari dirinya.
Air mata yang sejak tadi menyeruak ingin keluar berusaha ditahan. Berkali-kali ia mengingatkan pada dirinya bahwa itu hanyalah mimpi. Rekayasa pikiran yang tak mungkin terjadi.
'Bagaimana jika itu ternyata sebuah pertanda?'
'Bagaimana jika Jyuto dan Riou benar-benar akan meninggalkanmu?'
'Untuk apa mereka bertahan dengan pemimpin lemah sepertimu?'
Berbagai pemikiran negatif menusuk Samatoki dari segala sisi. Suara dalam kepalanya menolak semua pemikiran bahwa yang barusan adalah mimpi.
Kurang lebih sudah tiga puluh menit Samatoki berdebat dengan suara dalam kepalanya. Dan kondisinya tak kunjung membaik. Ia butuh seseorang untuk menariknya keluar dari rasa sesak ini.
Dengan tangan gemetar, diraihnya ponsel di samping kasur. Kasur berukuran queen size itu cukup besar untuk ia tiduri sendiri. Ruang kosong di sebelahnya terasa dingin. Ia merasa dingin. Ditambah kenyataan bahwa ia sendirian disini membuatnya semakin menggigil.
Namun dengan cepat ia menepis perasaan itu. Ponsel kini sudah ada dalam genggaman. Orang pertama yang ia hubungi adalah Riou. Dengan tak sabar ia menekan tombol panggil pada kontak mantan tentara itu.
Ditariknya kedua lutut hingga menyentuh dada, lalu ia memeluk keduanya dengan erat. Ujung mata melirik pada jam digital di nakas. Seketika teringat di jam-jam ini biasanya Riou akan pergi berburu dan meninggalkan ponselnya di tenda.
Namun hatinya tetap berharap, setidaknya kali ini saja Riou tak pergi dan mengangkat telponnya.
Lima panggilan. Semuanya tak terjawab.
'Riou sudah tak mempedulikanmu.'
'Apalagi yang kau tunggu bodoh?'
Suara-suara itu kembali membuat gaduh. Kali ini Samatoki tak bisa menahan air matanya untuk tetap di tempat. Perlahan air mata mengalir menuruni pipinya. Namun ia masih punya satu kesempatan.
Ya, ia belum menghubungi Jyuto.
Hanya memerlukan dua panggilan hingga nomor yang dituju mengangkat telfonnya. Setidaknya ia bisa menarik nafas sebentar.
"Keparat, aku baru mendapat tidur 15 menit dan kau kembali membuatku terjaga. Hei, untuk pengingat, pekerjaanku lebih berat daripada milikmu."
Nada suara Jyuto benar-benar seperti terganggu. Nadanya sangat ketus dan terdengar lelah. Samatoki menyesal sudah menghubunginya. Namun ia butuh seseorang untuk bicara. Dan ia tak dapat memikirkan orang lain selain kedua rekannya.
'Kau mengganggunya, dia marah.'
Pikiran Samatoki kembali bersuara. Si surai putih mencoba untuk bersuara guna menjawab lawan bicara tanpa terdengar bergetar.
"A-aku hanya–"
"Hanya iseng?! Ck, aku tahu kau memang hobi menggangguku, namun aku tak menduga bercandamu bisa seketerlaluan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambiguous Relationship [Jyuto x Samatoki]
FanfictionHanya kumpulan oneshot berisi pair Iruma Jyuto x Aohitsugi Samatoki karena saya kekurangan asupan mereka. Ya, ini area uke!Samatoki, bagi yang tidak suka, silahkan minggat ;) Slight threesome MTC if I get the mood. . . . . . Hypnosis Microphone © Ki...