Bagian 10 - Hei...

71 6 0
                                    

Dentingan jam seolah bergerak begitu lambat bagi Yoongi, ia tengah menatap gelisah pada ruang IGD yang sesaat lalu menelan kekasih hatinya itu. Beruntungnya ia, Seokjin mengikutinya dibelakang ketika kejadian tabrak lari itu terjadi, Yoongi yang total blank tidak mampu berbuat apa-apa. Seokjinlah yang dengan cepat menelpon panggilan darurat dan membawa tubuh tidak sadarkan diri Jimin kerumah sakit terdekat.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Yoongi cemas ketika Seokjin, sang teman keluar dari ruang IGD.

"Dia baik Yoon, kau tidak perlu khawatir." katanya. Mata itu sungguh mengisyaratkan kekhawatiran yang berlebih. Seokjin tidak pernah melihat Yoongi yang amat frustasi seperti sekarang ini. "Aku akan menjelaskannya diruanganku. Sekarang, Jimin akan dipindahkan keruang rawat. Kau bisa menemuinya setelah mendengar penjelasan dariku nanti. Ayo!" lanjut Seokjin. Ia bimbing Yoongi disisinya. Menuju ruang kerjanya yang berada jauh diujung lorong rumah sakit.

-

Sayup-sayup, Jimin mendengar percakapan Seokjin dengan Yoongi. Ia sangat mengenal suara kedua orang yang telah lama mengisi hari-harinya itu. Ia meringis pelan, Jimin merasakan ngilu pada sebelah tangannya, kepalanya yang berdenyut nyeripun tidak luput ia rasakan.

"Jim, kau sadar sayang. Hei.. kau mendengarku?" tanya Yoongi ragu. Ia menggenggam sebelah tangan Jimin yang bebas dari jarum infus. Tangannya yang lain juga ia sampirkan pada pipi chubby milik Jimin. Mengelusnya pelan, takut akan melukai kembali tubuh lemah yang kini tengah terbaring diranjang pesakitan.

"hyung.. lepas" dan bukannya menjawab pertanyaan dari sang kekasih. Jimin malah dengan lantang meneriakkan penolakan pada sentuhan Yoongi. Meskipun dengan tenaganya yang tidak seberapa, namun itu dapat dimengerti oleh sang kekasih yang kini menatapnya dengan tampang kecewa.

"Maafkan aku Jim. Aku yang salah, kumohon... jangan seperti ini" ucap Yoongi frustasi. Lelehan sungai kecil telah mengaliri pipi pucat milik Yoongi. Entah sejak kapan dirinya menjadi melow seperti sekarang, namun melihat sang kekasih yang bahkan enggan menatapnya. Membuat hatinya berkali-kali lipat terasa sakit.

Seokjin yang menyaksikan kedua sejoli yang tengah dilanda kegundahan itu berinisiatif untuk maju. Tidak bisa dipungkiri, dirinya juga ikut andil dalam permasalahan pelik mereka berdua. Seokjin tau apa yang menjadi titik masalahnya, namun ia terlambat menyadari. Dari siapa dan untuk siapa keduanya mengeluhkan permasalahannya diawal.

"Hei Jim, tidak apa-apa. Yoongi benar-benar menyesali perbuatannya" kata Seokjin menenangkan. Ia merengkuh tubuh yang lebih kecil darinya itu kedalam sebuah pelukan.

"Aku takut hyung, aku takut ia merasa jijik padaku" jawab Jimin dengan lirihan yang amat pelan. Mustahil untuk didengar oleh Yoongi, namun sangat jelas terdengar oleh indra pendengar milik Seokjin sang dokter.

Dan kini Seokjin menyadarinya. Jimin yang terlalu lembut sangat takut menerima kenyataan. Tapi dibalik semua itu, dirinya bahkan tidak bisa melihat bagaimana posisi Yoongi sebagai sang dominan. Jimin tidak menyadari, bagaimana lelaki pucat itu sudah amat jatuh pada pesona seorang Park Jimin.

"Yoon! Bisa keluar sebentar, aku ingin menenangkannya terlebih dahulu"

"Tap.."

"Kumohon, hanya sebentar"

Pada akhirnya Yoongi mengangguk pasrah. Bahu tegapnya meluruh lesu seiring dengan tubuhnya yang keluar dari ruang rawat inap milik Jimin. Sang kekasih ia tempatnya diruangan khusus omong-omong. Agar lebih leluasa katanya.

-

Setelah hampir menunggu 30 menit, akhirnya Seokjin keluar dari ruang rawat Jimin. Tubuh jangkung itu menghampirinya dengan senyuman tulus yang jarang sekali Seokjin tunjukkan padanya.

YoonMin's Stories (Discontinued)Where stories live. Discover now