Bagian 12 - Small Accident

55 3 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Yoongi yang selalu dengan aktivitasnya. Bergelut dengan mual yang entah kenapa masih ia alami sampai saat ini. Padahal, mengingat usia kandungan Jimin yang sudah menginjak trimester kedua. Harusnya rasa mual itu sudah perlahan menghilang.

Melewati Ibu Jimin yang sedang berkutat dengan masakannya didapur. Yoongi tidak punya banyak waktu untuk menyapa wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu. Dirinya melupakan, jika mereka tengah menginap dirumah Jimin yang berada dibusan. Ia reflek keluar kamar, ketika hanya melihat wajah Jimin yang tengah pulas dalam tidurnya. Meskipun sudah sering diingatkan untuk membangunkan, namun Ia takut mengganggu mimpi pangeran manisnya itu.

Tok.. tok.. tok..

"Nak Yoongi! Kamu tidak apa-apa nak?" Suara ibu Jimin yang Yoongi terpaksa abaikan terdengar dengan lembut. Ia menatap sekilas pintu kamar mandi yang terbuat dari plastik itu sebelum kembali merunduk kedalam water closet. Perutnya terasa berkali-kali lipat lebih sakit daripada kemarin.

Kenapa?

Ish... sialan

Yoongi jadi berfikir, punya dosa apa ia pada kekasihnya itu? Kenapa anaknya begitu rewel dan menyiksanya sampai seberat ini?

Pening melanda, lelaki bermarga Min itu berkumur beberakali sebelum mencuci wajahnya yang nampak pucat berantakan. Menepuknya berkali-kali, hingga menimpulkan rona merah yang kentara dengan kulit pucatnya. Ia menghela nafasnya kasar, sebelum tangan kekar itu meraih gagang pintu untuk kembali menemui calon mertuanya yang mungkin tengah mengkhawatirkannya.

"Yoongi.. nak.. kamu tidak apa-apa sayang?" tanya Ibu Jimin panik. Pasalnya ia melihat calon menantunya itu berlari tergesa-gesa ke kamar mandi saat ia hendak menyapanya.

Yoongi menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak apa-apa bu! hanya kebiasaan setiap pagi. Aku tidak ingin menganggu Jimin jika harus memakai kamar mandi didalam" sang Ibu mengangguk mengerti.

"Duduk nak, biar ibu membuat kopi untukmu" Yoongi tersenyum menanggapi. Berucap terima kasih ketika cairan hitam itu sudah sampai ditangan pucatnya.

"Bu... Yoongi titip Jimin sebentar ya" kata Yoongi memulai pembicaraan. Sang ibu hanya diam memperhatikan. "Yoongi harus pergi ke seoul sekarang. Titip salam pada Jimin, maaf tidak bisa pamit langsung" katanya lagi.

"Loh... kenapa buru-buru nak? Ini masih pagi. Bahkan ayah Jimin juga masih bergelung dengan selimutnya." Kini gantian Yoongi yang memberikan senyum gummy nya.

"Yoongi harus menemui seseorang Bu, perihal pesta pernikahan kami nanti. Karena waktunya yang mepet. Yoongi tidak ingin mempercayakan hal sepenting ini pada sembarang orang" sahut Yoongi lagi. Ia juga berat meninggalkan Jimin disini sesungguhnya, seperti suami yang ditinggal istrinya. hehe... ia sudah terlalu terbiasa dengan kehadiran lelaki mochinya itu.

"Tidak ingin sarapan terlebih dahulu?" tanya Ibu Jimin lagi, dirinya beranjak dari kursi tempat duduknya. Berniat mengambilkan makanan untuk sang calon menantu yang nampak lebih letih dari biasanya.

"Ibu... tidak perlu" kata Yoongi mencegah. "Yoongi bisa membeli makanan dijalan. Ibu bisa siapkan sarapan untuk Jimin dan Ayah saja, Yoongi harus buru-buru bu" lanjutnya yang juga beranjak. Yoongi meninggalkan kopi hitamnya yang telah ia tegak separuhnya untuk mengambil jaket miliknya yang tersampir di kastop dekat kamar mandi.

"Terima kasih kopinya bu, maaf Yoongi tidak bisa membantu membereskan" Ibu Jimin mengangguk

"Iya, tidak apa-apa Nak" kata sang ibu menimpali "Hati-hati ya nak. Hubungi Jimin saat istirahat dijalan nanti, anak manja itu pasti sangat mengkhawatirkanmu" Yoongi terkekeh.

"Iya bu, Yoongi mengerti"

"Ya sudah. Ayo.. ibu antar kedepan" Yoongi tersenyum hangat sebelum mengangguk pelan.
Keduanya berjalan beriringan melewati taman kecil didepan rumah Jimin. Rumah itu sederhana, namun memiliki kehangatan yang luar biasa bagi Yoongi. Rumah kedua tempatnya pulang selain Jimin tentu saja.

YoonMin's Stories (Discontinued)Where stories live. Discover now