Bagian 8 - Pulang ke Seoul (Yoongi sakit lagi)

73 8 0
                                    

Meskipun dengan perdebatan yang sangat alot, akhirnya Yoongi dan Jimin memutuskan untuk kembali ke seoul. Mengabaikan ceramahan Jimin yang terus mengumandang, Yoongi memasukkan barang-barang miliknya dan tentu milik sang kekasih. Ah.. oleh-oleh yang dibeli Jimin juga tidak kalah banyak omong-omong. Yoongi masih sedikit pusing, ditambah dengan omongan Jimin yang seolah tidak ada habisnya itu malah membuatnya semakin pusing saja.

"Jim diamlah ku mohon! Aku pusing mendengarnya. Kita sudah sepakat untuk pulang bukan? Kenapa kau terus saja mendumal tidak jelas eoh?" Yoongi memegang kedua bahu Jimin agak keras, hingga membuat sang empu meringis tertahan.

"Hiks.." satu rengekan lolos dari bibir tebal itu, membuat Yoongi dengan sigap meraih Jimin dalam dekapannya.

"Oh tidak sayang mianhae, aku tidak sengaja sungguh"

"Aku maafkan. Dan aku yang menyetir, titik" Yoongi melongo melihat Jimin melengos begitu saja dihadapannya dengan menghapus air mata palsu yang terjatuh sejenak. Ingin mengelak, namun keinginan sang kekasih adalah mutlak perintah untuknya. Biarlah, toh tubuhnya memang belum pulih sepenuhnya.

"Jika saja keadaanku tidak seperti ini Jim. Kuterkam kau ditengah jalan" Jimin menyengir bersama kedua orangtuanya. Astaga.. sayang sekali Yoongi pada keluarga ini.

"Kau masih bisa menerkamnya lain kali nak. Pergilah kerumah sakit nanti, kau tetap harus memeriksakan keadaanmu. Mengerti?" Yoongi menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ah.. ia jadi malu.

"Ye.. eommonim. Tapi kurasa tidak perlu, Jimin saja sudah cukup merawatku dengan baik"

"Apa sih hyung. Sudahlah ayo.. nanti kita terlalu malam sampai diapartemen" Jimin memeluk sang ibu dan ayah bergantian "Aku pastikan Yoongi hyung mendapatkan suntikkan eomma, jangan khawatir" bisiknya ditelinga sang eomma. Jimin melambaikan tangannya sejenak sebelum kedunya memasuki mobil sport milik sang kekasih.

.

Dalam perjalanan, Yoongi benar-benar enggan menyeruakkan suaranya. Ia terus memejamkan matanya setelah beberapa saat mobil mereka memasuki jalan tol.

"Hyung.. kau ingin berhenti dulu di rest area? Istirahat dulu yah" Yoongi yang merasa terpanggil membuka kedua matanya perlahan.

"Tidak perlu Jim, kita akan sampai malam jika istirahat dulu. Atau kau ingin istirahat dulu? Aku bisa meng.."

"TIDAK PERLU MIN YOONGI" Jimin menyerobot heboh.

"Astaga telingaku Sayang" Yoongi memalingkan kepalanya pada jendela disampingnya. Kembali mengabaikan sang kekasih yang kini tengah bersungut tidak jelas.

"Pokoknya harus aku yang menyetir. Kau ini tidak peka keadaan sekali sih hyung. Dasar kakek tua" Yoongi menggelengkan kepalanya tidak habis fikir. Memangnya ia tuli apa? Kakek tua?

"Tsk..."

.

Perjalanan terhitung aman hingga mobil yang dikendarai oleh Jimin sampai di basement apartement mereka. Meskipun Jimin harus menepikan kendaraannya beberapa kali untuk mengecek keadaan Yoongi yang nampaknya sudah lebih baik, Jimin tampak puas dengan kemampuannya.

"Hyung.. bangun. Kita sudah sampai" kata Jimin memanggil sang kekasih. Ia guncang tubuh putih pucat itu pelan hingga Yoongi membuka kedua matanya perlahan.

"Hm.. aku bangun" katanya menimpali. Yoongi merapatkan jaket yang dikenakannya ketika ia turun dari mobil.
Melirik Jimin sejenak. Yoongi menghampiri sang kekasih kemudian menarik lengan kecil itu cepat. "Biarkan barang-barangnya. Kita masuk terlebih dahulu"

Jimin menatap Yoongi heran "Loh.." namun hanya senyum maklum yang dapat Jimin berikan. Kekasihnya mungkin sudah terlalu lelah untuk beres-beres mungkin. Ia mengangkat kedua bahunya acuh. Biarlah.. toh tidak ada makanan apapun yang dititipkan ibunya ataupun oleh-oleh yang sekiranya bisa dikonsumsi oleh teman-temannya.

-

"Hyung mau tidur lagi apa gimana?" Tanya Jimin sesaat setelah mereka memasuki apartemen, Yoongi merebahkan tubuhnya disofa ruang tv. Itu mengapa Jimin bertanya.

"Hm.. aku masih mengantuk Jim. Bisa bawakan aku selimut, aku ingin tidur disini saja" Jimin menatap sang kekasih bingung.

"Gak papa hyung? Nanti sakit pinggang gimana?" Tanya Jimin bingung. Namun ia tetap menuruti perintah sang kekasih. Ia membawa selimut baru dari dalam lemari dan juga bantal tipis agar Yoongi bisa lebih nyaman dalam tidurnya.

"Terima kasih Jim"

"Tentu hyung" jawabnya kemudian mengusap kepala Yoongi yang setengah tenggelam dalam selimut yang dibawakan olehnya. Mengecup pucuk kepala Yoongi gemas.

"Panggil saja aku jika kau butuh sesuatu ya hyung. Aku beres-beres dulu, ah.. sekalian mandi juga" Yoongi hanya berdehem kecil. Dunianya telah sampai pada titik nikmat yang enggan ia tinggalkan.

-

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam saat Jimin selesai membereskan barang-barang mereka. Ya.. Jimin memutuskan untuk membongkar bawaan mereka sendirian tanpa sepengetahuan Yoongi. Tidak apa-apa, toh mereka juga akan membongkarnya jika dilakukan nanti. Anggap saja ini pemanasan sebelum tidur.
"Ck.. apa yang kau fikirkan Park Jimin"

Jimin mendekati Yoongi yang masih meringkuk disofa ruang tv mereka. Menggoyangkan tubuhnya perlahan. "Hyung.." panggil Jimin. "Ah.. hyung, ireona" kini Jimin memeluk Yoongi dari belakang. Bersyukurlah Min Yoongi mempunyai sofa yang luas, sehingga Jimin tidak perlu berhimpitan dengan sang kekasih.

Yoongi yang merasakan tubuhnya didekap bergumam lirih. Ia mengusap lengan Jimin yang melingkar dipingggangnya. "Aku tidak mau pindah" jawab Yoongi dengan suara seraknya. Jimin mengangguk dalam bahu sang kekasih.

"Besok ke dokter yah hyung. Tubuhmu panas lagi" yang kembali dijawab Yoongi dengan gumamannya. Sakit sialan..

-

YoonMin's Stories (Discontinued)Where stories live. Discover now