Langit masih terlihat agak gelap, suasana juga masih terlihat sunyi. Pagar sekolah pun pada jam segini tentu saja belum dibuka. [Name] melirik jam tangan, masih jam 05:50. Dari luar pagar ia terdiam sejenak, kepalanya mendongak menatap gedung yang menjulang tinggi didepannya. Mulutnya sedikit terbuka, kagum dengan pemandangan yang menyambutnya begitu ia datang ke sekolah itu.
"Luar biasa..." gumamnya masih menatap penuh arti gedung-gedung sekolah yang menjulang tinggi itu. "Tak ada salahnya juga aku kabur kesini ternyata," ujarnya sambil terkekeh pelan.
Kedua tangan [Name] memegangi pagar besi itu, dan menatap gembok pagar yang terpasang di tempatnya. "Aku ingin masuk, tapi pagarnya masih terkunci..."
Ia lantas mendongak ke atas, menatap ujung-ujung pagar yang meruncing. "... apa aku panjat saja ya?"
"Hehe..." [Name] menyeringai jahil, "Tentu saja."
[Name] mundur beberapa langkah, sejenak menatap pagar dan mengira-ngira berapa meter tinggi pagar itu.
"Hmm..." Ia menyentuh dagu, "...dua meter? Baiklah."
Tangan [Name] berpegangan pada batangan besi, kaki kanannya terangkat dan mulai memijaki salah satu celah batangan pagar horizontal. Dengan lincah ia memijak satu persatu batangan pagar hingga mencapai bagian puncak pagar yang meruncing.
Sejenak ia terpaku begitu berdiri di atas. Angin pagi yang menyegarkan menerbangkan surai [h/c] gadis tu, membuatnya betah berada di puncak pagar tanpa berpegangan tangan. [Name] melebarkan tangannya. Tidak ada rasa takut akan jatuh sekalipun. Rasanya ada efek menenangkan saat berada diatas sana. Bebas, seperti terbang.
'Baiklah, sudah cukup,' [Name] kembali menurunkan tangannya dan melirik sekeliling. 'Bisa-bisa nanti aku dikira gila.'
Wushhh
Brak!
[Name] mendarat dengan sempurna. Sejenak ia menatap keluar area pagar yang tampak sepi, bangga dengan usahanya yang berhasil melewati satu penghalang. Meskipun ia juga merasa dirinya tidak ada feminimnya sama sekali–sayangnya memang kenyatan. Lihatlah, untung saja ia memakai celana jeans hitam panjang saat memanjat pagar. Kalau tidak? Ya pikirkan saja sendiri.
Tenang saja, roknya ia simpan kok.
[Name] memutar badan 180°, menghadap ke lapangan luas berhiaskan pohon-pohon sakura yang tersebar di beberapa titik membuat pemandangan tampak cantik. Dan diperindah dengan satu pancuran air besar di tengahnya.
Satu pemandangan indah sebelum memasuki area gedung-gedung sekolah sesudahnya. Kakinya melangkah menuju pancuran air ditengah pekarangan dan ia duduk di kursi panjang yang ada disana. Tangan [Name] merogoh saku tas untuk mengambil hp. Lantas menghidupkan layar dan membuka catatan. Ada beberapa informasi penting tentang sekolah yang sedang ia pijaki saat ini, dan untung saja dari jauh-jauh hari ia sudah menyiapkannya.
Tentu saja, menyiapkan diri sebelum berperang adalah suatu keharusan, bukan?
SMA Koudo Ikusei
Merupakan SMA elit di Tokyo yang dibangun oleh pemerintah dengan fasilitas super mewah. Memberikan jaminan nyaris 100% bagi lulusannya untuk masuk ke universitas ataupun dipekerjakan. Sistem asrama, dan poin yang diberikan sebagai uang saku untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Yang lebih penting, tidak ada peraturan sekolah yang mengikat, sehingga para murid bebas melakukan segala hal yang mereka inginkan.
Beberapa hal itu saja mungkin kebanyakan orang sudah banyak yang tahu. Sejenak sekolah ini terlihat seperti surga, bukan?
[Name] menggeser layar hpnya lagi ke bawah, ada hal yang lebih penting dari itu.
Sekolah elit ini memperbolehkan muridnya untuk bebas bahkan melakukan pelanggaran sekalipun, 100 ribu poin yang diberi setiap bulan, pastinya mereka tidak akan sebaik itu. [Name] sendiri yakin, ini seperti ada jebakan-jebakan tersembunyi yang tanpa disadar bisa membuat seseorang jatuh jika sedikit saja salah langkah.
"Sepertinya ini belum cukup," Sejenak netra milik [name] tertuju ke arah taman, "...mungkin aku akan cari lagi nanti," lanjutnya bergumam.
[Name] melirik jam yang ada di sudut kiri layar hp, sudah 30 menit berlalu. Layar hp dimatikan, [Name] beranjak dari sana. Sebentar lagi akan ada banyak orang yang datang, ia harus memakai roknya sekarang juga.
»»——RUN AWAY!——««
Aula sekolah tampak ramai dengan banyaknya murid baru yang berkumpul dan berbaris dengan rapi. Mereka saat ini sedang menunggu seseorang untuk segera naik ke atas panggung lalu menyampaikan sepatah kata ucapan selamat yang mungkin bagi sebagian orang terasa membosankan itu.
Tidak terkecuali dengan [Fullname], yang saat ini berdiri di posisi paling belakang barisan sambil memasang wajah malasnya.
"Ck, kenapa harus ada kata pembuka? Kenapa tidak langsung masuk ke kelas saja?" gerutunya pelan. Menyesal ia datang ke sini hanya untuk mendengarkan kalimat basa-basi, harusnya ia menunggu di kelas saja tadi—itupun kalau boleh.
Netra [e/c] melirik murid-murid lain, dari posisinya berdiri berbagai macam tipe murid bisa terlihat dengan jelas. Ada yang diam saja, ada yang berbincang dengan teman baru di kiri-kanan—padahal belum waktunya berkenalan, dan ada juga yang seperti dirinya—mengamati situasi.
"Sekarang kita dengarkan kata sambutan dari ketua OSIS."
[Name] menatap datar, lalu menghela napas. Ini pasti akan memakan waktu yang sangat panjang.
~Tsudzuku~
Bintang kecilnya jangan lupa ditekan ya😃😇⭐
~See you next chapter! ><
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY!
Fanfiction[Name] hanya ingin lari, kalau perlu dari kehidupan ini. Bolehkah? "Hei, mau berlari bersamaku?" Ayanokouji Kiyokata, pemuda itu datang dengan segala kemisteriusannya. Lalu mengulurkan tangan, mengajak untuk bersama melepas dari belenggu yang mengi...