[Name] menopang tangan kanannya di pagar besi pembatas, sementara tangan kiri gadis itu terangkat. Terdapat sebuah gelang besi aneh berukuran kecil yang berukirkan 5 digit angka acak terpasang dengan cantik disana. Ia hanya bisa menatap datar sekaligus bingung. Sudah beberapa bulan ia kabur dan sudah berbagai cara pula ia lakukan, tapi kenapa gelang itu tidak juga bisa dilepas?
"[Surname]-san."
Alunan suara berat itu sontak membuatnya berbalik, menatap sesosok Ayanokouji Kiyokata berdiri beberapa langkah dihadapannya.
"Ya?"
Ayanokouji maju beberapa langkah, lalu berhenti tepat disamping [Name]. Sejenak kepalanya menunduk menatap satu persatu kotak kolam renang yang dipenuhi teman-teman sekelasnya.
[Name] juga turut menunduk, sekilas melihat Kushida yang dengan antusiasnya terus menarik tangan Horikita untuk berenang ditengah kolam dan hanya ditanggapi datar oleh gadis bersurai hitam itu. Juga beberapa murid lain yang memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan bersenang-senang di dalam air karena saat ini sedang jam kosong. Dari ujung mata [Name] melirik Ayanokouji disamping, jika diperhatikan lagi bukankan mereka bertiga terlihat dekat?
Lalu, ada angin apa pemuda yang penuh tanda tanya itu menemuinya seperti ini?
"Apa kau... ada waktu?"
2 menit mereka terdiam, dan pertanyaan itulah yang keluar dari mulut Ayanokouji.
"Ada. Kapan saja, mungkin...? Kecuali saat sekolah," ujar [Name] menjawab dengan agak ragu.
Tidak. Jika disebut ragu, mungkin setengahnya benar, tapi setengahnya juga salah. Sejujurnya saat berada dalam radius beberapa meter dari Ayanokouji pun, [Name] hanya bisa merasakan perasaan waspada.
Dengan kata lain, [Name] tidak bisa mempercayai Ayanokouji, dan itu ia rasakan sejak awal sekolah.
[Name] yang sekarang hanya bisa menutupi sikap itu dengan bersikap datar. Dan berusaha untuk tidak sedekat mungkin dengan siapapun, membuatnya terlihat seorang siswi yang anti sosial.
"Jam 3 sore, aku ingin mengajakmu ke cafe."
[Name] sontak menoleh, sejenak mengerjapkan mata bingung. "A-ah... Baiklah."
Keheningan yang kembali melanda. Ayanokouji dan [Name] terlihat lebih betah menonton teman-teman sekelas mereka yang bersenang-senang dibawah, daripada mencoba membuka suara untuk mengusir kesunyian diantara mereka.
Ayanokouji menatap wajah manis [Name] dari samping setelah puas menonton pertunjukan dibawah mereka. Daripada melihat kebawah, tatapan kosong [Name] lebih terlihat ke arah melamun.
Disadari [Name] atau tidak, ia tidak peduli. Ayanokouji mempersempit jaraknya dengan gadis itu, membuat [Name] tersentak pelan.
Sebuah timing yang pas. Sekarang posisi mereka berhadapan dengan jarak hanya 5 cm. Mata [eyes/colour]nya bersiborok dengan netra caramel milik Ayanokouji.
Lengan bawah kanan Ayanokouji tertopang pada pagar besi pembatas dibelakang punggung [Name], sedangkan tangan kirinya terangkat menyelipkan helaian rambut [hair/colour] gadis itu ke belakang telinga. Gadis itu hanya bisa mematung. Tatapan Ayanokouji begitu dalam dan sendu, berhasil membuat napasnya terhenti sesaat.
Beberapa detik kemudian, tangan kiri Ayanokouji berpindah mengusap pipi halus milik [Name]. Pemuda itu bisa merasakan suhu dingin pipi gadis di depannya ini yang menjalar di tangannya.
Setelah melakukan itu, Ayanokouji kembali memasang raut wajah datar khasnya. Menarik tangan dari pipi [Name], mundur beberapa langkah, lalu berbalik meninggalkan [Name] yang masih berdiri mematung dengan tatapan tak percaya.
[Name] terduduk lemas, tangan kirinya berpegang erat pada pagar besi pembatas. Tangan kanannya mencengkram erat dasi dan seragam putih tepat bagian dada, merasakan degupan kencang jantung yang bekerja.
Tes
Air mata jatuh tanpa komando. Perasaan itu, perasaan aneh yang bisa membuat pertahanannya runtuh kapan saja. [Name] benci ini. [Name] begitu membenci perasaan aneh yang membuatnya terlihat menyedihkan sekarang.
'Apa-apaan kau, Ayanokouji?!'
Run Away! © Melychn
S
O
O
N
!
~Tsudzuku~Book sebelah blum kelar dah bikin book baru lagi :v
Lanjut? Tekan bintang kecil di bawah ini, ok?😃👌
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY!
Hayran Kurgu[Name] hanya ingin lari, kalau perlu dari kehidupan ini. Bolehkah? "Hei, mau berlari bersamaku?" Ayanokouji Kiyokata, pemuda itu datang dengan segala kemisteriusannya. Lalu mengulurkan tangan, mengajak untuk bersama melepas dari belenggu yang mengi...