Sial! Meresahkan.

7 2 1
                                    

"Serah gue lah," balas Angelina.

Di sebrang jalan Angelina melihat sang Ibu kandungnya sedang tertawa terbahak-bahak beserta adik tiri dan ayah tirinya di mobil.

Angelina hanya dapat tersenyum miris, melihatnya. Aku tak bisa melakukan apa-apa lagi, termasuk menyatukan keluargaku lagi, aku hanya bisa melihat mereka bahagia dengan keluarganya masing-masing.

"Heh! Jangan bengong." Bhalendra mengikuti arah pandang Angelina, menautkan kedua alisnya, pikiran Bhalendra bertanya-tanya. Bhalendra menepuk pundak Angelina, dengan tersentak Angelina sadar bahwa ada seorang lelaki di hadapannya.

"Sorry, sorry. Ayo pulang," ajak Angelina membuat Bhalendra tercengang.

"Lah, tadi lu gak mau pulang bareng gue."

"Itu tadi! Sekarang beda. Ayo pulang, nanti gue tunjukkin jalannya."

Brum .. brum ...

Bhalendra menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi, dan tak disengaja Angelina memeluk
dengan erat perut Bhalendra.

"Jangan kenceng-kenceng dong, gue takut," ujar Angelina.

"Iya-iya maaf." Dengan menetralkan kecepatan gas motornya Bhalendra berkata.

Percakapan mereka sirna begitu saja, sesaat Bhalendra berkata maaf kepada Angelina. Tak ada satu pun di antara mereka yang memulai topik baru lainnya.

Angelina hanya menunjukkan jalan menuju rumahnya, dan Bhalendra hanya mengikuti arah yang ditunjuknya saja. Sesampainya, mereka di rumah Angelina yang dikelilingi oleh tembok dan pagar yang menjulang tinggi, terlihat sangat elegan dan mewah.

"Ini rumah Lo?" tanya Bhalendra

"Y."

Singkat, padat, dan jelas. Perempuan itu jika mood nya sudah dirusak oleh siapapun, dia akan terlihat sangat menyebalkan. Bhalendra hanya memutar bola matanya malas, apa jadinya jika dia benar-benar suka dengan Angelina yang sangat membosankan.

"Ya udah gue, pulang. Sama-sama!"

"Makasih."

Angelina membalikkan badannya, langkahan kakinya menuju kamarnya, yang di sana banyak sekali kenangan yang tak akan pernah ada siapa pun yang bisa masuk kecuali dirinya. Dia akan sangat marah jika di antara anggota keluarganya atau siapa pun itu masuk ke dalam kamarnya.

"Gue cape! Gue sakit! Gue ... Arghh intinya gue mau pindah alam."

Gadis itu sangat kesal, melihat Ibu kandungnya tertawa bersama keluarga barunya itu. Kenapa dari dulu ia tak bisa merasakan hal itu. Ah! Shit sangat menyebalkan.

Menatap nanar bingkai foto di depannya, tersenyum miris melihat foto ayah dan ibu kandungnya sedang menikmati acara sakral waktu itu. Sewaktu yang tidak berwaktu-waktu.

"Ibu, Papa. Aku ingin seperti adik-adik tiri ku. Yang bahagia selalu menikmati rumah yang tenang, dan keluarga yang harmonis tanpa ada yang mengganjal. Tetapi, kenapa aku hanya menganggap rumah ini semua tempat di mana aku mencari kesedihan. Sangat diluar ekspektasi yang terlalu tinggi," ucap Angelina.

-_-

Hari yang gelap dalam waktu yang tidak tepat. Pagi ini pukul 06.00 WIB Angelina akan menuju sekolah, tetapi dengan cuaca yang sangat tidak mendukung. Membuat jiwa ambisnya belajar ke sekolah runtuh seketika.

"Ish! Kenapa pake segala hujan si. Gak hati, gak cuaca sama aja. Membosankan."

Ceklek

Angelina membuka pintu kamarnya, dengan langkah malas. Ia akan pergi ke sekolah dengan mood yang minggu-minggu ini berantakan.

Tangga demi tangga ia turuni dengan hentakan kasar yang terdengar dari sandal yang sedikit ngeri dengan harganya.

Di bawah. Di meja makan yang dipenuhi dengan makanan yang terlihat lezat dan nikmat. Dan di sinilah Angelina, dia memutar bola matanya malas.

"Sakit hati gue, astagfirullah. Sakit." batin Angelina.

"Angel, sarapan." Entah ketus, entah malas menawarkannya. Perkataan Ibu kandungnya sangat menyebalkan bagi Angelina.

Adik tirinya dan Ayah tirinya, ia ambilkan. Kenapa dengan Angelina tidak diambilkan? Tidak adil. Untung saja kesabaran Angelina hari ini masih menumpuk.

Perempuan itu meraih roti beserta selai coklat yang sangat ia sukai. Bagi dia selai coklat adalah bahan untuk membalikkan mood supaya good lagi.

Tin tin

Suara klakson mobil yang terdengar asing. Mobil ayah tirinya ia hafal, tapi ini berbeda. Pasti ada tamu.

"Bi! Tolong bukakan pintunya," perintah Firman, ayah tirinya.

"Siap, Tuan."

Bi Nunung, pembantu yang setia tulus mencintai Angelina. Tapi, tak pernah memihak kepada siapapun jika ada permasalahan di rumah ini.

Bi Nunung pun membukakan pintu, terkejut. Dalam batin Bi Nunung tumben sekali ada teman sekolahnya Neng Angel.

"Permisi, Bi. Saya Bhalendra, teman sekolahnya Angelina. Angelina nya ada Bi?" tanya Bhalendra.

"Ada, sedang sarapan. Tunggu sebentar ya," ujar Bi Nunung.

"Iya, Bi. Terima kasih."

Bi Nunung bergegas menuju meja makan untuk menemui Angelina yang sedang makan dalam keheningan.

"Neng. Ada teman sekolah eneng, di depan," kata Bi Nunung.

"Siapa, Bi? Cewek or cowok?" tanya Angelina.

"Laki-laki. Neng," jawab Bi Nunung.

"Ibu, Ayah, Dek. Aku pamit sekolah, assalamualaikum." Angelina langsung bergegas menuju pintu utama. Siapa sih? Tumben sekali ada yang ke sini.

Sesampainya Angelina di depan sambil menenteng sepasang sepatu sekolah yang berwarna hitam. Tidak ada unsur estetika sekali perempuan ini. Bhalendra yang melihatnya dari bawah ke atas dibuat gemas.

Sial, nih cewek meresahkan.

Hallo Epribadehh
Apa kabar semua...
Part ini agak memusingkan, tapi ya sudahlah. Nikmati saja <3

BANTUIN SEMANGAT DONG, BIAF AING GAK NANGEES LAGI. WKWK

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang