Chap 2

52 6 2
                                    

Gulf merapatkan jaket yang ia kenakan. Ia tengah menunggu mew yang hendak menjemputnya. Kondisi gulf sudah pulih semenjak 2 hari yang lalu.

Hari ini hari senin, gulf datang ke sekolah lebih cepat tentunya. Ia bukan tipe lelaki yang urakan. Baginya tepat waktu adalah sebuah prioritas.

Motor besar mew berhenti tepat dihadapan gulf. Mew membuka kaca helm full facenya. Ia tersenyum dan menyodorkan helm ke arah gulf. Dengan senang hati gulf menerima helm yang disodorkan oleh mew, lalu naik ke motor dibantu oleh mew.

Mew mulai melajukan motornya dengan kecepatan ringan. Sekarang masih pagi, jalanan belum terlalu ramai. Udara segar belum tercampur dengan polusi yang kian hari kian meningkat.

Mew menghentikan motornya di parkiran sekolah. Gulf turun terlebih dahulu, ia menyodorkan kembali helm dan membiarkan mew yang meletakkan nya.

Mew juga melepaskan helmnya. Ia mengacak rambutnya, penampilan mew jauh dari kata rapi, gulf berdecak melihatnya.

"Phi kapan sih jadi anak bener?" tanya gulf, tangannya tak tinggal diam, ia memasang dasi yang tadi hanya di kalungkan asal oleh mew.

Mew menatap gulf, "sengaja, biar phi diperhatiin kamu."

Gulf menghela nafas, ia tersenyum manis lalu tak lama menginjak kaki mew dengan kencang, mew meringis, ia segera mengejar gulf yang sudah berlari terlebih dahulu.

Langkah gulf terhenti didepan pintu kelasnya. Gulf mengangkat jari telunjuknya untuk mewanti-wanti mew. "Ikut upacara, awas kalo ngga ikut. Jangan lupa sarapan. Topinya juga dipake."

Mew berhenti dihadapan gulf. Ia mengangkat tangan berlaga hormat.

Kelas bagi siswa unggulan.

Walaupun urakan, mew tetap cerdas dalam hal akademik. Beda dengan gulf yang begitu-begitu saja. Dan yang paling menyebalkan adalah mew sekelas dengan art.

Gulf masuk kedalam kelasnya, ia duduk di tempat yang hampir setahun ini ia tempati. Gun, teman sebangku gulf menurunkan ponselnya. "Pagi mas gulf."

"Mas-mas, emang gua tukang jamu." canda gulf. Gun tersenyum lalu kembali asik dengan ponselnya.

Sekarang gulf juga sama. Ia meraih ponselnya. Pesannya pada mew hanya dibaca saja. Gulf memilih membuka media sosial lainnya. Matanya tak sengaja menatap akun mew yang baru saja mengunggah instastory.

Gulf yang tadinya semangat empat lima sekarang berubah bad mood melihat sosok art yang muncul dalam story mew.

Dasar, nyebelin.

Ya gimana anak satu sekolah ngga nganggep gulf pacarnya mew, mew nya kaya ngga peduli gitu. Gulf kan jadi emosi sendiri.

Gulf menghela nafas, ia kesal. Namun yang bisa ia lakukan adalah diam. Karena kalau mereka bertengkar pasti ujung-ujungnya mew akan membela art.

Ngga usah ditanya sakit atau ngga. Jelas sakit, banget malah.

"Gulf," Gun menyodorkan ponselnya yang berisi story akun mew.

Gulf manggut-manggut tak semangat. "Iya." sahutnya.

Gun merasa prihatin. Pasti berat menjadi gulf, belum lagi para pendukung mew dan art yang sering menyudutkan gulf tanpa sepengetahuan mew.

Tidak hanya fisik, perkataan mereka juga terkadang menikam dan membuat gulf terpukul. Gun mengusap lembut lengan gulf dan tersenyum menenangkan.

Gulf menepuk balik pundak gun, "ngga papa kok gun. Udah biasa elah." Bohong, walaupun sering tetap saja rasanya sakit.

"Yaudah yuk kelapangan." ajak gun. Ia meraih topinya yang berada di meja.

Begitupun gulf, ia meraih topi dan berjalan berdampingan dengan gun. Gulf sempat menoleh ke arah mew. Mew diluar dengan teman perkumpulannya dan tentu saja ada art yang masih memegang ponsel mew.

Gulf tersenyum ketika mew menyadari keberadaannya. Begitupun mew, ia ikut tersenyum dan melambaikan tangan yang membuat teman mew terdiam.

Tanpa suara gulf berkata 'duluan', mew mengangguk

"Heran mew, masih aja sama dia." seru joss

Mew menghela nafas, "ngga usah mulai."

"Lagian nih mew, art tuh lebih lebih dari dia. Kenapa mesti sama dia sih?" Kali ini kao yang bersuara.

Mew mengepalkan tangannya. Bagaimana pun gulf itu pacarnya, kenapa ia memilih gulf juga bukan urusan mereka. Mew berusaha menekan emosi, teman-teman mew memang tak menyukai gulf. Mereka pikir gulf adalah pria sok lugu dan penghancuran hubungan orang.

"Dia pacar gue." tegas mew, ia beranjak menuju lapangan.

Teman mew segera menyusul mew, mereka berjalan di belakang mew dan yang paling menonjol adalah art.

Mereka berdecak kagum melihat kecantikan art dan betapa serasinya ia berjalan disampingnya mew.

Gulf meremas celananya. Matanya terasa perih mendengan pujian kecocokan mereka berdua dan hinaan kepadanya. Gulf menunduk, ia takut mew menyadari ia terluka. Gun yang menyaksikan merasa tersentuh. Baginya gulf adalah lelaki yang terlalu sabar.

Gulf menenangkan dirinya, ia mengangkat kepalanya dan berusaha tersenyum sebisa mungkin.

Mew ternyata tengah menatapnya. Sepertinya ia khawatir. "Masih sakit?" tanya mew tanpa suara.

Gulf menyatukan jari telunjuk dan jempol nya, membentuk tanda ok. Mew mengangguk lega dan kembali terlibat dalam pembicaraan teman-temannya.

Upacara sudah dimulai. Susunan upacara terus dibacakan dan dilaksanakan. Saat ini pembina upacara tengah mengeluarkan amanatnya.

Gulf sesekali mencuri pandang ke arah barisan kelas mew. Mew tengah berbicara dengan art yang baris dibelakangnya. Gulf memperhatikan keduanya dengan intensif.

Tak lama tubuh art tumbang, dengan gesit mew membawa art menuju ruang kesehatan. Gulf terpaku, nafasnya tertahan. Ia segera memalingkan matanya dari mew yang tengah membawa tubuh tak berdaya milik art dengan wajah panik.

Banyak dari mereka yang memberikan tatapan remeh termasuk teman-teman mew. Bisa dibaca mereka mengatakan "mampus Lo" melalui tatapan mereka. Gulf menepuk dadanya dua kali. Sesak.

"Gulf mau ke uks? Lo sakit?" bisik gun

"Ngga gw gapapa gun." Gulf berusaha mencairkan suasana.

Gun mengangguk, "yaudah nanti gw traktir istirahat kedua deh, gimana?"

Gulf menatap gun yang lebih pendek sedikit darinya. "Nah bagus, baru temen gw nih"

"Yee dasar"

Gulf tersenyum, ia kembali menatap ke arah pembina upacara yang masih terus mengoceh. Gulf jelas tidak memperhatikannya. Kepalanya memikirkan apa yang tengah dilakukan mew dan art di uks.

Tanpa gulf sadari upacara telah berakhir. Gun mengajak gulf ke kelas dan dengan segera gulf mengangguk. Ia berjalan dengan cepat, gun sendiri kelimpungan mengejarnya.

Hingga di koridor menuju kelas gulf benar-benar berlari, entah apa yang dilihatnya yang jelas gun lelah mengejarnya. Gun tiba dikelas dengan ngos-ngosan. Ia menatap ke arah gulf yang senasib dengannya.

"Kenapa lari sih gulf? panik gun

"Ngga sih, iseng doang." gulf nyengir, dengan segera gun melempar pulpen yang berada diatas meja guru. Namun tembakannya melayang membuat gulf mengulurkan lidah mengejek gun.

Gun menghentakkan kaki pertanda kesal, "awas lo gulf."

Halo semuaaa

Aku bakal lanjut kalau yg vote udh 30an yaa, tapi ttp aku bakal upload cuma sampe di chapter 3 dulu jadi jangan lupa vote nyaaa

Maaf kalo ada typo atau lain sebagainya tolong bantuannya ya

Who's the Boyfriend? | MewgulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang