Anak Komplek 2

5 2 0
                                    

***

Malam itu, Nina dan Amel sedang hangout disalah satu café hits yang belum lama ini buka. Café dengan nuansa outdoor itu benar-benar menarik perhatian anak muda dikota itu, tak terkecuali Nina dan Amel.

"Parah banget lo. Sekolah kagak, tapi hangout lancar." SeruNina, andai tadi ada Amel pasti sudah babak belur perempuan yang ngajak ribut dia tadi.

Amel terkikik kecil, "Jadi gimana sih kok bisa jambak-jambakkan?"

"Tau tuh cewe gila, rabies kali." Sungut Nina kesal mengingat kejadian tadi.

"Masa cuma karena gue bilang ga sopan langsung ngamuk."

Amel kembali tertawa mendengar cerita Nina yang sangat menghibur.

"Eh eh, Ingat ga sih tadi gimana muka kak Bagas waktu kita minta nomornya," Ucap Amel lalu tertawa geli mengingat hal itu.

Nina juga ikut tertawa mengingat hal itu, "Gua kira gue doang yang salfok. Cengo banget." Nina masih tertawa.

Memang tadi mereka berdua meminta nomor WA Bagas karena tak sengaja melihatnya didepan rumah lagi buang sampah. Tentu saja Bagas sempat bingung tapi akhirnya memberikannya karena kasihan melihat wajah memohon dua tetangganya.

Oh ya, Amel—Amellya Putri—juga merupakan tetangga Nina, satu-satunya teman perempuan Nina di komplek makanya Nina sangat dekat dengannya. Amel itu kutu buku, sangat suka dengan yang namanya buku. Dan kamarnya tidak jauh berbeda dengan perpustakaan. Tapi ada untungnya juga, karena suka buku Amel jadi langganan anggota Olimpiade Sains di sekolahnya, dan selalu masuk peringkat tiga besar tingkat nasional.

Sangat berbeda dengan Nina yang baru melihat barisan huruf saja sudah terlelap.

"Ohya, olimpiade lo bulan depan kan?" Tanya Nina sambil menyeruput chocovaltine nya.

"Iya, masih ada satu buku yang belum abis gue pelajari." Ucap Amel tampak lesu,

"Biasa emang berapa lama lo ngabisin satu buku?" Tanya Nina penasaran. Amel terlihat memikir sebentar lalu menunjukkan angka lima dengan jarinya.

"Lima minggu?" Amel mengernyit lalu menggeleng,

"Lima hari." Jawabnya membuat Nina melotot,

Gila, Jika Nina dikasih buku Sains dengan tebal 100 lembar, dia akan menghabiskan sekitar waktu tiga tahun untuk mempelajari semuanya.

"Eh itu bukannya Leo ya?" Ucap Amel menatap kearah pintu masuk, Nina refleks juga mengikuti arah pandangan Amel. Dan benar saja, Leo datang bersama dua temannya dengan pakaian casual tapi entah mengapa tampak sangat menarik. 

Leo's effect.

Nina melotot kaget saat pandangannya bertemu dengan Leo, dengan secepat kilat ia mengalihkan matanya. Nina berdoa dengan khusyu dihati nya agar Leo berpura-pura tidak mengenalnya. Kejadian tadi masih membuat Nina tidak nyaman.

"Hai, boleh gabung?"

Sial sial sial

Kenapa dari sekian banyak café harus café ini, kenapa dari sekian banyak waktu, harus sekarang, dan kenapa dari sekian banyak tempat harus di mejanya. Terlalu banyak kenapa dikepala Nina.

"Maaf ya, meja lain udah penuh terus kata Leo kalian tetangganya. Kalo ga nyaman kami bisa pindah kok." Ucap salah satu teman Leo dengan ramah dengan senyum manis yang mengalihkan dunia Amel dan Nina.

"Santai aja, Leo emang tetangga kami kok." Ucap Amel bersikap ramah. Sementara Nina sibuk menghindari tatapan Leo yang menatap nya seperti orang ngutang.

ANAK KOMPLEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang