bagian 1

14 1 0
                                    

Jika pertemuan ini adalah takdir, maka aku harap tidak akan pernah ada perpisahan dalam pertemuan ku dengan mu.
■ ■ ■ ■ ■

/brak/

"Hei cupu!" ujar seorang cowok sambil menggebrak meja.

"Heh, sia ngadèngè aing teu bangsat? (Lo denger gue gak bangsat)." Ucapnya lagi, pada laki laki berkacamata yang tengah duduk dikursi sambil membaca bukunya. Yah dia memang sering kena bully, tapi otaknya sangat cerdas jadi dia tidak bisa dianggap remeh. 'si kutu buku' itu julukan anak anak kelas untuknya. Selalu membaca dimana pun dan kapanpun, termasuk waktu istirahat sekarang.

"Jangan lupa kasih gue jawaban buat ulangan matematika! awas kalau lo sampai lupa hh lo bakal tau akibatnya". ancam rio pada bintang. Rio itu memang preman kelas, tak heran jika dia selalu keluar masuk ruang bk. Bintang hanya diam saja, tak menanggapi rio. Sampai rio kesal sendiri dan pergi keluar kelas meninggalkan bintang yg tetap asik membaca untuk persiapan ulangan.

Hari ini ulangan akhir semester 1. Sebagian siswa mempersiapkan diri mereka, dan sebagian lainnya hanya berleha-leha.

"Hei, kamu udah persiapan buat ulangan matematika belum? Ya Tuhan, aku benar benar pusing." Ucap seseorang dari belakangku. Membuatku sedikit terkejut.

"Ya? Pastinya dong!" balasku menoleh kebelakang, dengan menunjukkan senyum yang paling menawan.
Ryuna sera al malik, itu namaku. Duduk dibangku kelas 2 SMA, di salah satu sekolah negeri favorit di kota Bandung. Aku lahir dan besar disini, di kota yang penuh dengan kenangan didalamnya.

"Ya ampun, bisa bisanya kamu tersenyum seperti itu disaat-saat seperti ini? Bahkan kepalaku saja hampir mau pecah"
Dia Leora Kinanti, salah satu dari 3 sahabatku. Dia memiliki wajah yg manis, dengan gigi gingsulnya. Sangat ahli dalam mata pelajaran biologi. Tapi jika kalian bersama dengannya,  pasti kalian tidak akan kuat walau hanya 5 menit saja. Karena dia sangat cerewet tiada tara.

"Hehe.."

Aku dan Leora berada dalam satu kelas, berbeda dengan kedua sahabatku yg lain, mereka ada di kelas sebelah.

Tak lama kemudian bel masuk berbunyi.

/kriingg/

/Tak tak tak/

Suara sepatu pengawas sudah terdengar dari kejauhan, dan semakin jelas. Semua siswa terlihat tegang, dan wajah mereka pucat. Karena kami sudah tahu, bahwa yang akan mengawas hari ini di ruangan kami adalah guru bahasa inggris yang super killer.

/Ceklek/

"Selamat siang anak-anak.." sapa bu Merida, saat memasuki kelas.
"Siang bu..." serentak siswa menjawab, dengan keringat yang bercucuran.
"Oke kita mulai saja ulangannya hari ini .... bla bla bla." jelas bu Merida. Dan kami pun memulai ulangannya.

/kriingg/
Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan ulangan telah selesai dan kami harus pulang.

"Huaaaa" kata leora histeris setelah keluar dari kelas.

"Sudah sudah, kenapa sih ra?" tanyaku, walaupun aku sudah mengira-ngira alasan ra menjadi histeris.

"Ini tidak adil, bagaimana mungkin hasil aku belajar susah payah tapi yg keluar di soal sangat berbeda dan aku hanya bisa mengerjakan beberapa saja, dan yg lainnya kamu pasti tahu kan?"

"Hahaha tahu, pasti cap cip cup kan? Makanya kalau belajar tuh jangan pas H-1 mau ulangan, kamu sih suka banget belajar dadakan kayak tahu bulat aja. Itu namanya bukan 'belajar dengan susah payah' " Ujarku, sambil berjalan meninggalkannya.

"Hehe.. Ya habisnya aku males, aku gak suka matematika. Aku itu udah belajar dan mendengarkan dengan baik apa yang pak ridwan ajarkan, tapi tetep aja gak ada yang masuk ke otak! Makin sini makin susah aja itu materi bikin sebel."

ANURAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang