1. rambut aneh

327 79 26
                                    

NOTIFIKASI dari ponsel yang tergeletak di atas meja membuat kedua kelopak mata itu membuka. Sayup-sayup, indra pendengarannya menangkap suara teman-teman sekelasnya. Kelopaknya mengerjap beberapa kali hingga [Name] terbiasa dengan cahaya di sekitarnya.

Setelah meregangkan kedua lengannya, dia mengambil ponselnya yang sempat berbunyi beberapa detik lalu. Kedua bola obsidian [Name] mendelik lebar, seakan-akan bola matanya bisa copot ketika dia melihat SMS yang dikirimkan oleh sang kaichou.

Kaichou
Tolong nanti jangan pulang terlebih dahulu. Sepulang sekolah nanti ada rapat hingga pukul tujuh malam.

Hampir saja pemudi dengan surai dikuncir kuda itu akan melempar ponselnya dari jendela ketika seorang gadis menepuk pundaknya.

"Psst ...! Anak manisss~"

Surai hitam legam dengan potongan rambut cepak. Tak lupa senyum meremehkan yang sering terpampang di wajah rupawannya. Takahashi Kaede. Rekan [Name] di OSIS, tapi akhir-akhir ini Kaede menganggap [Name] sebagai temannya.

"Kau cocok jadi preman-preman tukang penggoda yang sering kusemprot dengan merica." Nada sinis jelas-jelas terdengar dari perkataan [Name].

"Makasi buat sarannya, kayaknya bakal kucoba."

"Anak edan."

Kaede mengibaskan telapak tangannya. "Aku ke sini bukan untuk basa-basi ya, manisss. Cuma mau mengingatkan, jangan lupa nanti ada rapat OSIS sampai jam enam petang."

Tangan [Name] sudah gatal ingin membalikkan meja di hadapannya. Dia berusaha melupakan pesan singkat kaichou, tapi si cewek serampangan yang apesnya adalah rekan [Name] di OSIS ini malah mengingatkannya.

"Aku sepertinya tidak ikut rapat hari ini." Tiba-tiba [Name] berdeham, "Rasanya aku nggak enak badan."

Kaede mengernyitkan dahinya, ekspresinya jelas-jelas menunjukkan bahwa dia tak percaya dengan alibi [Name] secara tiba-tiba. "Lha? Emangnya kau bisa sakit?" Lalu gadis itu terkikik.

"Kerjaanmu dari tadi bikin darahku mendidih saja!"

Kaede yang masih terkikik lalu mengatupkan kedua tangannya. "Maaf, maaf! Cuma bercanda."

[Name] melipat kedua tangannya di dada seraya merotasikan bola matanya. Sementara itu, Kaede menarik kursi secara asal dan menempatkannya tepat di samping [Name].

"Kalau kulihat-lihat daritadi, wajahmu tampak tertekan. Memangnya apa yang kau pikirkan sampai kau kelihatan payah begini?" Kaede merangkulkan lengan kirinya ke pundak [Name].

Si tokoh utama kita ini berusaha untuk tidak menghiraukan kata-kata mengejek yang dilontarkan Kaede, sekali pun dia memang perhatian.

"Aku kayaknya masih belum terbiasa dengan OSIS di SMA."

"Cuma gitu doang?" Kaede memastikan dengan memandang [Name] lekat-lekat. [Name] mengangguk seraya balas menatap Kaede dengan tatapan datarnya, padahal dalam lubuk hatinya, pemudi itu ketar-ketir jika dia ketahuan berbohong.

"Ya sudah, kau pulang sana. Biar aku yang mengatakan kepada kaichou kalau kau sedang nggak enak badan."

[Name] terperanjat dengan perkataan Kaede. Wajahnya menyunggingkan senyuman. "Trims, Kaede!"

══════════════════

[Surname] [Name] telah menggeluti dunia organisasi semenjak SMP, terutama OSIS. Karena masa SD yang kurang menyenangkan ditambah beberapa faktor internal, [Name] ingin mencari pelampiasan agar dia tidak terpuruk dalam kesendirian lagi. Oke, memang masih ada ayahnya, tapi, masa cuma ayahnya saja yang menjadi temannya?

meet with strangers [rindou h.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang