Rose

471 76 29
                                    

Matanya menatap nanar ke arah langit-langit kamar.

Mengingat kejadian malam kelam saat itu, membuat Rose sakit hati. Ia ingin sekali menikam Razka menggunakan belati tajam berulang-ulang hingga dadanya hancur tercabik-cabik seperti dirinya yang kini telah hancur.

Air mata Rose menetes perlahan melewati pipinya yang putih mulus namun warna putih itu tak semulus biasanya karena masih tersisa noda lebam kebiruan di pipi dan sudut bibir Rose.

Pria itu sungguh kejam, Rose bersumpah akan membalas perlakuan Razka lebih kejam lagi. Ia tidak akan membiarkan Razka bebas lebih lama lagi. Ia akan menghadapi apapun dan melakukan cara gila apapun demi melenyapkan Razka.

***
"Kamu membuat masalah?"

Razka tersentak dari lamunannya. Sejak beberapa hari terakhir, ia memikirkan keadaan Rose namun ia terlalu pengecut untuk menemuinya.

"Javeed, apa aku terlihat seperti sedang bermasalah?"

"Ya."

Pria bernama Javeed itu, menatap tajam pada Razka. Mungkin hanya dia yang berani menatap seperti itu pada Razka karena seluruh penduduk kota takut padanya dan sangat menghormatinya.

"Apa alasanmu menuduhku seperti itu?"

Javeed menuju meja kerjanya dan mengambil beberapa kertas lalu melemparkannya ke arah Razka.

"Baca itu!"

Razka mengambil salah satu kertas dan membacanya. Dadanya bergemuruh dan tentu saja, ia tak menyangka Rose senekad itu. Berani-beraninya dia menulis kasus pelecehan itu dan mengangkatnya ke sosial media.

Hal itu dapat berimbas buruk pada karirnya. Razka tidak mau apapun yang telah ia bangun dengan susah payah, hancur begitu saja karena masalah ini.

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan," ucap Razka beranjak bangun dari tempat duduknya.

Razka memang sering mendatangi ruangan kerja Javeed yang berada di lantai tiga rumahnya.

Javeed tak menjawab ucapan Razka. Ia tahu apa yang harus ia lakukan yaitu melenyapkan orang-orang yang beresiko mengancam bisnis atau mengancam reputasi seorang Razka.

Sebagai bayangan seorang Razka, selama ini ia telah melakukan tugasnya dengan baik. Ia rasa, saat ini adalah masalah mudah karena ia hanya harus menyingkirkan wanita gila harta.

Javeed sudah pernah menyingkirkan wanita-wanita lain sebelumnya. Mereka selalu bersandiwara dengan mengatakan hamil, mendapatkan tindakan pelecehan dan lain sebagainya namun kenyataannya semua itu bohong. Para wanita itu mengarang cerita demi bisa mendapatkan seorang Razka, pebisnis muda kaya raya.

Javeed duduk di kursi kerjanya, ia mengotak-atik sesuatu dengan laptopnya kemudian ia tersenyum ketika akun sosial media milik Rose telah berhasil ia lenyap-kan.

Rose mengumpat kesal saat ia akan menulis sesuatu lagi ke akun sosial media miliknya, ternyata akunnya sudah menghilang.

"Aku tidak akan menyerah."

Rose kembali membuat akun sosial media dan kembali memposting tentang musibah yang ia alami. Ia tak peduli meskipun seluruh dunia melihatnya kotor saat ini karena memang seperti itu penilaian orang, mereka akan memandang jijik padahal ia adalah korban. Mereka hanya melihat buruknya saja bahkan lucunya, mereka kadang dengan sadis menuduh korban terlalu gatal. Padahal, tidak ada seorang wanita pun yang mau mendapatkan tindakan pelecehan.

"Sial!!" Rose mengumpat cukup keras karena lagi-lagi akun sosial media miliknya lenyap.

Rose bukanlah wanita lemah. Ia masih terus berusaha membuat akun sosial media lainnya lagi tanpa Rose sadari perbuatannya membuat salah seorang jengah.

Ya. Seseorang itu adalah Javeed. Ia jengah karena sepertinya wanita bernama Rose itu keras kepala dan pantang menyerah. Mau tak mau Javeed harus menemuinya dan mengadakan negosiasi dengannya. Jika bisa teratasi, ia tidak perlu menyingkirkan wanita itu tapi jika terus berkeras kepala, ia tak segan-segan untuk melenyapkannya.

***
Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Jalan-jalan tampak sepi dan beberapa toko tutup lebih awal namun tak menyurutkan langkah seorang pria dengan celana jeans serta jaket kulit sederhana itu berjalan menyusuri jalanan.

Pada bibirnya juga terselip sebuah batang rokok yang sesekali ia hisap dan meniupkan asapnya ke udara.

Matanya menajam saat mendapati wanita incarannya tengah sibuk mengelap meja dan mungkin kedai kopi mungil miliknya akan tutup seperti yang lainnya.

Pria bernama Javeed itu menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya sampai mati kemudian berjalan cepat menuju kedai itu.

"Satu cangkir kopi pahit, please!" ucapan Javeed mengagetkan Rose.

"Maaf tapi aku akan tutup, mungkin bisa datang lain kali." Rose tersenyum ramah.

"Aku sangat kedinginan dan aku membutuhkan minuman hangat."

Rose menatap pria itu sekilas. Ia merasa tidak pernah melihat pria itu sebelumnya.

Konyol, kata-kata itu tiba-tiba keluar dari pikiran Rose. Tentu saja, kota ini sangat luas. Ia tak mungkin mengenali wajah orang satu persatu.

"Apa kamu bisa memberikannya untukku?"

Pertanyaan Javeed membuyarkan pemikiran Rose. "Ya, tunggulah sebentar."

Javeed mengangguk kemudian memilih duduk menatap ke arah jalanan yang sepi.

Tak lama Rose keluar dengan segelas kopi yang mengepul jika tak tertutup rapat.

"Aku membungkusnya." Rose menyerahkan kopi itu.

"Terima kasih. Berapa harganya?"

"Tidak usah."

Bukan rose tidak membutuhkan uang atau dia wanita berhati malaikat yang rajin berbagi tapi saat ini ia ingin pria itu segera pergi dan ia bisa menutup tokonya.

"Aku akan membayar lebih jika kamu tidak bermain-main lagi."

Rose menatap pria itu aneh. Ia tak mengerti apa maksud dari ucapannya.

"Berapa uang yang kamu butuhkan?"

"Apa maksudmu?" Rose benar-benar masih tak mengerti.

"Aku masih berbaik hati mau memperingatkan kamu. Berhentilah bermain-main karena aku tidak segan-segan untuk melenyapkanmu."

Bibir Rose terangkat, ia tak menyangka jika Razka mengirimkan seseorang untuk melenyapkannya. Meskipun pria itu tidak menyebutkan nama Razka tapi Rose yakin jika pria itu suruhan Razka.

"Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu tapi aku tidak takut dengan ancamanmu. Aku sudah mati sebelum kamu melenyapkanku."

"Jika kamu masih melanjutkan aksi konyol-mu itu, aku akan benar-benar mencabut nyawamu."

"Wah___apa kamu bayangan seorang Razka yang sering orang sebut-sebut mengerikan?"

"Itu tak penting."

"Aku pikir jika kamu itu dia. Aku rasa pemikiranku salah. Aku pikir kamu pria hitam, buruk rupa. Ternyata kamu tak seburuk dan semengerikan rumor yang beredar," ucap Rose panjang lebar tanpa rasa takut. Justru ia merasa tertantang dan memiliki ide baru yang tiba-tiba muncul di otaknya.

Ide yang benar-benar gila. Ia menginginkan bayangan Razka berpihak padanya.








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JAVEED'S OBSESSION (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang