Jaga Diri Baik-Baik

703 51 1
                                    

Hehehe

:)

"PINK IN ME"

"PINK IN ME"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



                "Kenapa kamu... masih single?" tanya Off patah-patah, banyak jeda di antara kata, menyiratkan keseganan yang tiada akhir sekalipun sebelumnya dia telah berucap maaf, khawatir menyinggung perasaanku. Padahal, aku rasa semua teman-teman kami dan dia sendiri tahu, aku ini orang macam apa. Belum lagi, ini bukan pertama kalinya dia bertanya, dan pertanyaan seperti itu di usiaku ini bisa kukendalikan. Tidak ada lagi sakit hati, tak peduli seberapa sering ayahku pun bersumpah serapah soal itu. Aku tahu benar apa yang perlu diucapkan. Bahkan aku sampai hafal pola-pola pertanyaan dan jawaban berikutnya.

"Mungkin, aku masih belum bisa move on dari cinta monyet aku." Jawabku lurus. Ah, monyet-monyet sialan. Klise sekali di umur setua ini.

Off bergerak gusar. Kedua tangannya berkali-kali ganti posisi tumpang tindih, seolah berusaha bersembunyi, menyembunyikan kilau emas putih di jari manisnya. Kakinya bergantian menopang tubuh, bukan karena pegal, tapi tak tahu harus berbuat apa lagi. Barangkali baginya jawaban bernada candaan itu tak terdengar gurauan belaka. Aku tahu pastinya kenapa.

"Hahaha... kamu masih punya cinta monyet." Katanya dengan tawa garing. Aku tak tahu Off masih bisa sekikuk ini bagai baru usia 20 tahun, lucu. Dia begini karena bisa mengendus siapa cinta monyetku setelah permainan Truth or Truth tadi siang di gedung GMM. Aku geleng-geleng kepala saja. Apalagi ketika dia lagi-lagi berucap maaf.

Aneh. Off Jumpol bertingkah tidak seperti Off Jumpol.

"Hey!" tegurku, mulai jengkel mendengar permintaan maafnya.

"Hehehe... aku baru tahu soal ini," dia menyahut canggung.  "Kamu belum pernah cerita sebelumnya," cengiran khasnya itu menjadi salah satu bagian favoritku tentangnya. Cengiran itu yang membuat Off Jumpol menjadi Off Jumpol. Giginya berderet rapi dan putih. Sok centil. Aku masih ingat bagaimana bentuk raut cengirannya itu ketika kami belum menjadi siapa-siapa di dunia industri hiburan ini. Giginya masih berdesakan dengan tinggi yang tak sama rata. Setelah aku memberinya saran, dia mengikutinya dengan baik, dan aku bangga kepada diriku sendiri di masa lalu atas nasehat itu. Aku telah jatuh hati sebelum dia memperbaiki bentuk giginya, dan coba lihat sekarang, dia tambah mempesona dengan gigi indah itu. Sayang, aku cuma bisa menikmatinya diam-diam.

"Lama banget kamu nyimpen perasaan itu," katanya lagi, menyambung bahasan ketika kami masih bermainan permainan itu di gedung tadi.

Aku menunduk, memperhatikan sepatu Nike putihku yang mulai dipenuhi bintik-bintik pasir bercampur tanah yang melompat dari cipratan air hujan.

"Memang." Jawabku dingin, mengingat penyesalan yang masih membekas hingga saat ini. "Mungkin dia gak tahu kalau dia itu cinta monyet aku."

"Kalau gak diucapin, besar kemungkinan sih ya dia gak akan tahu. Kalau boleh tahu, memangnya dia siapa?"

OffGun : Pink in MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang