"Bro, lu ok?"
Arm mengeluarkan sekantung hitam besar sampah dari pintu apartemennya. Dia tertegun sampai menunda membuang sampah yang baunya menyengat itu. Memang aneh bersih-bersih jam sebelas malam, badan sudah lelah pula seharian syuting ke luar kota berkendara dan bermasalah, tapi Arm tak bisa tahan melihat ruangannya seperti bekas peperangan. Dia ingin menyelesaikan pekerjaannya cepat-cepat lalu pergi tidur. Rasanya remuk badannya ini, tapi kemudian penampakan Off yang terhuyung menabrak pintu apartemen menghentikan tekad itu.
Arm terdiam memperhatikan ada yang aneh dengan tubuh Off. Barangkali itu karena mantel hitamnya yang oversize? Atau dari cara kepala Off berputar ke arahnya lalu tersenyum menyapa? Atau dari kekehan yang kedengarannya Off mabuk? Lho? Off bisa mabuk? Sejak kapan si Brengsek itu minum alkohol? Arm merengut, tak yakin dengan dugaan mana pun.
Tidak bisa dibiarkan. Off punya alergi. Terakhir kali Off menderita alergi, dia tumbang tak berdaya dengan ruam di sekujur tubuh. Tentu saja sebagai seorang teman, tapi lebih karena Arm tinggal sebelahan dengan Off, Arm mengurusnya. Jika tidak, kejadian itu bakal tampak seperti Arm merencanakan pembunuhan dengan memanfaatkan alergi si Jumpol. Oh, tidak. Apaan sih... P'Arm bukan tipikal orang begitu. Dia memang sungguhan peduli pada Off. Makanya dia menaruh kantung sampahnya, bahkan tak repot-repot meluangkan waktu buat menutup pintu apartemennya sendiri, alih-alih langsung menghampiri Off.
"Off, kau-"
Tapi Off merosok ke cela pintu apartemen dan pintu ditutup dengan cepat dengan bunyi debum yang memekak, menggema di seluruh koridor apartemen malam hari yang sunyi, hampir terasa bagai tamparan dan penolakan yang membekas di hati Arm.
"Sssshhh... si breng... mhh!!" Arm menggeram, berkacak pinggang, menimbang apakah dia perlu mempedulikan Off atau menghubungi Tay dan mencari tahu apa yang terjadi pada Off. Barangkali mereka berdua habis hang out.
Tapi...
DUK! DUK! DUK!
Arm menggedor pintu apartemen Off yang terkunci rapat, tak mempedulikan apa kabar tetangga lain yang mendengar mereka. Arm setengah geram, setengah kesal, setengah pamrih, setengah ingin menghajar Off yang kerjaannya kalau pulang malam bikin khawatir dan bikin jengkel, bikin Arm susah tidur tenang.
"Off! Lu ok?"
Tidak ada jawaban, karena aku membungkam mulut Off. Aku yang bersembunyi dalam buntalan mantelnya seperti anak kangguru, melekat, entah apakah P'Arm menyadari Off memiliki empat kaki, atau lihat mantel ini... keliatan aneh dikenakan dua orang sekaligus meski pun oversize.
Aku melotot memperingatkan Off supaya tidak bersuara.
"Lu mabuk, hah? Off!"
Aku geleng-geleng, menekankan perintahku kepada Off. Lalu Off menurunkan tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OffGun : Pink in Me
Fiksi PenggemarHidup seorang selebriti itu pada dasarnya sudah gila, tapi coba apa yang akan terjadi kalau orang gila menjadi selebriti? --- Tau tidak, Off? Motor melaju tak sekencang tadi siang, tetapi angin yang berembus tetap terasa menusuk, bahkan buat aku yan...