[the sequel of Choi Tower]
8 tahun berlalu sejak kejadian hari itu. Kejadian Andrew yang hampir menodai ku. Yang artinya sudah 8 tahun lelaki itu mendekam di dalam jeruji besi. Ia tak pernah keluar sekalipun, tuntutan terus dilayangkan oleh ayahku untuk membuatnya tetap berada di dalam sana.
Yang artinya bendera perang telah berkibar selama itu diantara keluarga Bae dan Choi.
"Aku kemarin nemuin Andrew", aku menoleh ke arah Vernon yang duduk di sebelah ku.
Kami sedang ada di tengah tanah lapang, duduk di atas kap mobil jeep nya, menunggu matahari terbenam.
"Lalu?", tanyaku bingung.
"Dia makin kurus", Vernon saat ini tengah mengunyah choco bar yang tadi kuberikan padanya. "Masih benci banget sama aku".
"Tjih! Gatau diri!", aku memutar bola mata kesal, Andrew masih saja tidak merasa bersalah, hal ini menjadi salah satu alasan dirinya tak bisa keluar dari penjara, lelaki itu ogah meminta maaf baik pada Vernon maupun aku. Memang benar-benar parasit!
Vernon terkekeh pelan, masih menikmati choco bar nya sambil memandang lurus ke depan, ke arah matahari yang mulai tenggelam.
"Gimana kerjaan kamu? Denger-denger kamu dapet tawaran kerjasama dari perusahaan Jepang lagi", Vernon tak menoleh, lelaki itu hanya mengangguk membenarkan. "Kamu terima?"
"Chance never come twice", aku mengangguk tanda mengerti. "Kamu sendiri? Aku denger lagi nyiapin tuntutan ke Babel Group".
"Eum, sidang perdananya minggu depan"
"Good luck", Vernon selesai dengan choco bar nya. Dan sekarang lelaki itu sudah turun dari kap mobilnya. Mencoba meraih lenganku untuk menurunkan ku seperti biasa.
Belum sempat ia mengangkat ku, aku menahan tangannya dan menggeleng kan kepala cepat. "Belum mau pulang....", rengek ku.
"Kamu bukannya harus prepare buat tuntutan itu? That's a big case (y/n)", mata kami bertatapan, tangannya masih ada disela lenganku.
"Gamau! Gamau pulang!", aku menurunkan tangannya, kemudian melipat tanganku di depan dada, memasang mimik wajah kesal yang sama sekali tidak mengintimidasi Vernon, lelaki itu malah tertawa sekarang.
Vernon menumpukan kedua tangannya di kap mobil nya, di sisi kanan dan kiri ku, mencondongkan badannya menatapku sambil tersenyum.
"Masalahnya bukan di kamu aja, aku besok ada penerbangan pagi, jadi harus pulang sekarang, mau istirahat", tak lagi mempedulikan aku yang menolak atau tidak, Vernon mengangkat ku turun dari kap mobilnya. "Lagian nanti ayahmu keburu pulang"
Aku menghela nafas malas, beginilah hubungan kami sekarang. Kami bertemu diam-diam tanpa sepengetahuan ayahku, karna kalau beliau mengetahuinya, aku mungkin akan dikirim ke luar negeri saat itu juga.
Aku dan Vernon benar-benar tidak memiliki harapan dan itu membuatku frustasi, aku hanya menginginkan lelaki itu, tapi dunia tidak mengizinkan kami bersatu.
"Kenapa kita terus ketemu?", Vernon baru saja menjalankan mobilnya saat aku mengajukan pertanyaan itu, lelaki itu sedikit mengernyitkan dahinya, bingung dengan pertanyaan ku. "Ga ada harapan lagi diantara kita, Why we still use to meet each other?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita SVT Dan Kamu
Short StoryApapun yang terlintas, semua tentang mereka. Keinginan berada dalam sebuah situasi bersama mereka. Overthinking yang selalu terlintas di kala sunyi melanda. Sekarang kamu akan dibawa berandai, membaca sebuah cerita yang sebenarnya ingin kau ceritaka...