01. About Lara

13 2 0
                                    

💔About Lara💔

-Happy Reading-

"Selamat ulang tahun, Ma. Ini kado dari Lara." Lara menyodorkan kotak kado di hadapan mamanya.

Dewi yang sedang bercermin tampak tidak acuh. Sibuk memperhatikan pantulan diri di cermin, wanita itu mengabaikan Lara.

"Ma—"

"Ck!" Dewi berdecak kesal. Menatap malas kotak kado di tangan Lara. "Taro di situ! Ribet banget sih," ucapnya sangat kesal.

Melihat wajah Lara saja mampu membuat mood-nya rusak, kemudian kembali memeriksa riasannya.

Lara meletakkan kotak kado di atas meja rias, kemudian masih berdiri canggung.

Dewi melirik tajam. "Apa lagi?!" sentaknya membuat Lara kaget.

"Keluar sana!" usirnya kejam. Lara akhirnya berbalik, berjalan perlahan keluar dari kamar orang tuanya itu. Lara sama sekali tidak menunjukkan kesedihan di wajahnya. Ini sudah jadi hal biasa.

"Tunggu bentar!" Dewi memutar badan membelakangi cermin, membuat Lara menghentikan langkahnya.

"Nanti nggak usah muncul di depan saya. Saya tidak mau pesta ulang tahun saya rusak, karena liat wajah kamu."

Tanpa menjawab Lara keluar dari sana. Sebelum menuju dapur, Lara kembali menghentikan langkahnya, menyadari mamanya juga telah keluar dari kamar, dengan kotak kado pemberiannya ditangannya.

Dewi berhenti di dekat tong sampah, dan tanpa perasaan membuangnya di sana. Menepuk kedua tangannya seakan menghilangkan debu, kemudian melangkah pergi.

Lara tersenyum kecut, mendekati tong sampah, kembali memungut kotak itu dan membawanya ke kamarnya.

*****

"Selamat ya, Bu! Bayinya perempuan," ucap dokter dengan bayi perempuan di pangkuannya, mendekatkan kepada Dewi.

Dewi yang baru saja melahirkannya membulatkan matanya.

"Apa kamu bilang? Perempuan? Jangan bohong, Dokter!" ucapnya tidak terima.

"Dokter sendiri yang bilang bayi saya laki-laki, mana mungkin jadi perempuan?"

Beberapa perawat yang membantu proses lahiran menatap satu sama lain.

"Maaf, Bu. Sepertinya ada kesalahpahaman."

"Sini! Saya mau lihat." Dewi menariknya kasar, memastikan jenis kelamin bayi yang baru saja dilahirkannya.

Matanya kembali membola. Aura kebencian terlihat jelas di sana.

"Ini bukan bayi saya!" Perawat yang menyadari amarah Dewi langsung mengambil bayi itu menjauh darinya.

"Kembalikan! Saya mau bunuh dia, saya tidak pernah melahirkan bayi perempuan. Buang dia!" teriaknya.

Dokter mencoba menenangkan Dewi yang menangis histeris.

"Bunuh! Saya tidak mau melihat dia." Dewi menutup telinganya saat suara tangis bayi itu menggema di dalam ruangan.

"Buang! Saya tidak mau dengar suaranya!" Dewi semakin berteriak.

"Sa—sakit!" rintihnya kemudian perutnya yang terasa mulas.

"Ini kenapa? Perut saya mules!"

Dokter itu mendekat. "Sepertinya ibu mau melahirkan lagi."

"To—long, ini sakit sekali!"

*****

"Bayinya laki-laki," ucap Dokter itu.

Mata Dewi berbinar penuh lelegaan. Akhirnya dia bisa bangga pada suami dan mertuanya. "Anakku! Sini! Berikan sama saya!" Dewi memangku anak keduanya, tersenyum penuh haru.

About LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang