Part 2

431 49 2
                                    

"Bagaimana jika aku datang lebih cepat? Apa kamu akan tetap menikah dengannya?"

Feyna terdiam sesaat. Namun akhirnya kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Ben tanpa menjawab pertanyaan pria itu.

Jujur, Feyna sedikit ragu. Kejadian tadi belum selesai ia cerna dengan baik, dan sekarang pertanyaan Ben semakin membuatnya bingung.

Sepanjang jalan pulang Feyna terus gelisah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan katakan pada Arka dan Ben. Ada rasa marah dalam dirinya karena harus menghadapi ini semua menjelang hari pernikahannya.

Begitu sampai di rumah, Feyna langsung memarkir mobilnya. Ia ingin segera mandi dan tidur. Sepertinya ia perlu istirahat untuk mencerna semuanya dengan baik.

"Fey..."

Feyna menoleh. Arka tampak tersenyum. Dan enah mengapa, begitu melihat Arka, seluruh lelah yang Feyna rasakan seakan rontok dari tubuhnya. Dengan cepat Feyna berlari kearah Arka dan memeluknya erat.

"Wah, ternyata keputusanku untuk datangi kamu adalah pilihan yang tepat"

"Maksudnya?" Tanya Feyna tanpa melepas pelukannya

"Tadi aku mau langsung pulang, tapi aku jadi kepikiran kamu yang kayaknya cape banget. Jadi aku kesini untuk bawakan susu strawberry kesukaan kamu"

Ucapan Arka barusan seakan menampar Feyna dengan keras dan membuatnya tersadar. Bodoh! Seharusnya ia tahu, dan tidak perlu ragu. Orang yang ia butuhkan adalah Arka. Walau Ben orang yang ia tunggu bertahun-tahun, namun Arka sudah berhasil mengambil tempat Ben dihati Feyna.

"Coba aku liat, aku mau liat wajah lelah kamu" ucap Arka seraya melepas pelukannya namun dengan cepat Feyna kembali memeluk Arka dengan erat

"Arka..."

"Kenapa, sayang? Ada yang ganggu kamu? Atau ada masalah di kantor? Kamu boleh cerita ke aku, siapa tahu aku bisa bantu"

Tanpa Feyna sadari air matanya mulai menetes. Ia merasa bersalah. Menyesal karena ia sempat ragu tentang perasaannya. Seharusnya ia langsung sadar saat bertemu dengan Ben, bahwa orang yang ia cintai adalah Arka.

"Fey, kamu nangis?" Tanya Arka khawatir

"Arka, maafin aku. Aku sudah berbuat salah. Kamu boleh marahin aku atau apapun itu yang penting maafin aku..."

Arka melepas pelukannya. Ia menepuk kedua bahu Feyna dan menatapnya dengan lembut.

"Hey, ada apa? Kenapa sampai nangis begini?"

Feyna tertunduk. Tidak berani menatap Arka.

"Aku bohong sama kamu. Alasan aku tidak bisa kebutik bukan karena cape, tapi karena Ben..."

Arka terdiam. Ben? Feyna menyebut nama Ben? Ia harap ia salah dengar.

"Karena siapa, Fey?"

"Ben" jawab Feyna dengan tegas

"Dia di Indonesia?"

Feyna mengangguk.

"Lalu kenapa kamu nangis?"

"Karena aku salah. Tadi aku sempat ragu. Aku ragu sama perasaanku sendiri" jawab Feyna disela isak tangisnya

"Dan sekarang? Kamu masih ragu?"

Feyna menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Tidak! Aku sayang sama kamu, Arka. Cuma kamu..."

Arka tersenyum puas lalu mengacak rambut Feyna dengan lembut.

"Aku ngerti kok, Fey"

Feyna menatap Arka yang tersenyum padanya.

"Kamu sudah lama menunggu dia. Wajar kalo kamu sempat terusik. Yang penting, sekarang kamu sudah tahu untuk siap perasaanmu. Dan itu sudah cukup bagiku" ucap Arka seraya menyeka air mata Feyna

Feyna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang