4

431 32 0
                                    

"Selamat tidur, Sayang."

Karen memejamkan matanya dan tersenyum. Levi mendekatinya dan mengecup pipi omega muda tersebut. Setelah Karen dirasa tidur, Levi beranjak dari kasur dan mengendap keluar kamar. Pintu ditutup perlahan, Levi menengok kamar Eren yang letaknya lumayan jauh dari kamar Karen.

"Aku harus berpamitan pada Eren sebelum pulang."

Walaupun masih tergambar jelas di kepalanya wajah menyeramkan Eren tadi, Levi memaksakan dirinya berjalan mendekati pintu kamar Eren. Tapi setelah berada di depan pintu, Levi bisa merasakan Eren sedang sangat stres. Nyalinya kembali ciut. Walaupun terhalang pintu kokoh, aroma stres Eren tercium sampai ke luar kamar. Levi melemas, seolah Eren memang berniat membuat Levi tunduk padanya.

Tanpa Levi sadari, aroma tubuh Eren semakin kuat. Lalu pintu terbuka. Levi semakin melemas. Seketika Levi jatuh terduduk. Sebagai balasan dari aroma tubuh Eren yang sangat kuat, celana Levi basah berkat cairan omeganya.

"Apa yang kau lakukan di depan kamarku?"

Levi merasa kepanasan. Dengan gerakan kaku, Levi mendongak dan menatap Eren sayu.

"M-mau.. pamit..."

"Kau tidak minum suppressant lagi?"

Eren berjongkok di depan Levi. Dagu yang meneteskan keringat disentuh agar Levi tetap menatapnya.

"Uhm..." Levi mengangguk lemah.

"Baguslah." Eren memeluk Levi dan membawanya ke kamar.

"Tidak!" Levi menggeleng. Ia harus pulang bagaimanapun caranya. Jika tidak, maka Erwin akan menghajarnya kembali.

"Kau akan pulang dan bertemu Erwin lalu membagi heat bersamanya?"

Levi kembali menggeleng. Lengan Eren diremat pelan dan didorong perlahan.

"Kalau tidak pulang —ngh! Erwin akan memperkosaku."

"Hmm?" Eren memiringkan kepalanya. Pintu ditutup, Eren menuntun Levi agar duduk di kasurnya. "Bukankah dia kekasihmu, kenapa sampai memperkosa."

"B-bukaan!"

"Lalu?"

Levi tidak kuat menjelaskannya. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Eren. Bibir bawahnya digigit kuat demi menahan rasa panas yang ada di tubuhnya.

"Pilih, Levi," Eren menyentuh dagunya lagi dan membuat Levi menatapnya, "aku atau Erwin?"

Air mata perlahan perlahan berkumpul di kelopak matanya. Levi beralih meremat kaus Eren dan menariknya.

"Er.. ren..."

.

Masih larut malam. Kedua pria berbeda dinamik masih terjaga setelah malam panas mereka. Si Alpha, Eren, tidur terlentang dengan lengan kiri sebagai bantal untuk Levi dan tangan kanannya menyentuh punggung Levi. Si Omega, Levi, tidur terlungkup menimpa setengah tubuh Eren dengan tangan kiri di dada Eren.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?"

Levi menatap Eren sebentar lalu menatap tangannya. "Erwin mempunyai seorang anak. Sejak kehamilan istrinya, Erwin semakin sering menghabiskan waktu bersama keluarganya."

Sebelum melanjutkan ceritanya, Levi mengulum bibir sebentar. Cerita ini akan terdengar menggelikan untuk Eren tapi menyakitkan untuk Levi sendiri.

"Aku kesepian di rumah, jadi aku sering jalan-jalan keluar sendirian. Tapi setiap aku pulang malam, Erwin pasti sudah menunggu di apartemenku. Awalnya Erwin hanya khawatir, tapi lama kelamaan, Erwin malah mengekangku agar tidak keluar. Aku semakin tertekan berkat itu dan balik menyalahkan Erwin."

Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang