ᬵ halaman terakhir

3.5K 704 253
                                    

。 ∷ │𝐃𝐢𝐚 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐭𝐚𝐡𝐚𝐫𝐢𝐧𝐲𝐚

•••

Manjiro sedang dalam dilema. Haruskah ia tetap bersama dengan (Name), atau meninggalkannya saja?

Ada harga yang harus dibayar. Tidak ada yang gratis didunia ini.

Seperti orang yang bekerja demi uang, dan orang yang mengeluarkan uang demi makan.

Jika ia memilih bersama (Name), bukankah Manjiro jadi bertanggung jawab atas keselamatan gadis itu?

Tapi jika dia meninggalkannya, bukankah kau menjadi seorang antagonis kejam, Manjiro?

Kau meninggalkan seseorang tanpa memberinya alasan, dan menghancurkan hatinya.

•••

"Uwaa, (Name)-chin membuatkan bento untukku?"

"Iya, apa kau suka?"

"Enaaak!"

"Bagus—astaga, Mikey! Kau tidur?!"

"(Name)-chin, aku sakit."

"Sakit?!"

"Uhm, namanya penyakit rindu."

"Heh! Sejak kapan kau bermulut manis?!"

"Ahahaha, wajahmu merah sekali!"

"Mikey—!"

"Aku mau kita putus."

"Apa maksudmu?"

"Berhenti menggangguku!"

"Mi—"

"Kita sudah bukan siapa-siapa, bisa berhenti bersikap sok akrab?"

•••

Ingatan itu bertumpang tindih. Dari manis ke pahit. Ini seperti menaruh garam di atas luka. Sebenarnya, dari mana semua ini menjadi salah?

Apakah keputusannya untuk memutuskan (Name) tanpa alasan salah?

Ah, peduli setan. Manjiro merasa otaknya akan meledak sebentar lagi.

"Mikey!"

Pintu kamar dibuka secara tiba-tiba. Menampilkan Ken yang muncul dengan napas terengah-engah.

"Kenchin, apa—"

"(NAME)-CHAN SADAR!"

•••

Mikey berdiri di hadapan (Name) dengan senyuman khas. Wajahnya terlihat biasa walau dadanya bergemuruh. Antara takut dengan senang. Antara ragu dengan malu.

"Hai (Name)-chin. Mau bicara sebentar denganku?"

•••

Manjiro menyesal. Laki-laki itu merendahkan harga dirinya, dan menundukkan kepala pada sang gadis bermahkota hitam.

Kata maaf tidak sesedarhana itu. Kata maaf tidak sesepele itu.

Karena pada kenyataannya, kalian pun terkadang sulit untuk mengucapkan kata maaf bukan?

𝐒𝐀𝐓𝐔𝐑𝐍𝐔𝐒! sanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang