Akhir tanggal February 2022
Sebuah mobil hitam tampak berhenti di sebuah villa kecil dan memperlihatkan sosok Denise yang baru saja keluar dari mobilnya. Dinginnya cuaca saat ini membuat Denise bergegas berlari memasuki villa pribadinya dan masuk ke sebuah ruangan kecil. Di dalam sana, Denise langsung duduk dan beristirahat dengan memeriksa kamera digital yang ada di tangannya. Denise tampak serius melihat semua foto yang dia ambil beberapa waktu lalu karena dalam kamera tersebut memperlihatkan banyak foto-foto Dita yang di ambilnya secara diam-diam.
"You're so pretty!" Denise tidak kuasa menahan senyum kekagumannya terhadap Dita.
"Boleh aku menculikmu? Semakin hari kau semakin terlihat menggoda sebagai kekasih orang lain." Senyuman jahat pun muncul di wajah Denise. Sejak pertemuan dirinya dengan Dita terjadi, Denise akhirnya menjadi terobsesi dengan mantan kekasihnya itu. Denise diam-diam selalu membuntuti Dita dan memotret Dita dengan kamera yang tidak pernah absen di bawanya. Denise bahkan menghiasi dinding ruangan itu dengan foto-foto Dita dan membuat ruangan itu terlihat seperti studio foto sekarang.
"Aku rasa aku sudah tidak bisa menahan diri lagi sekarang, ottoke Dita-ya? Haruskah aku menyingkirkan Jinny eonni demi mendapatkanmu kembali?" Denise pun tersenyum setan dan tertawa sendiri seperti orang gila.
"Aigoo apa aku menjadi orang jahat sekarang? Aku tidak mungkin bisa menyingkirkan Jinny eonni. Tapi setidaknya aku bisa merebut Dita dari tangannya. Dita harus kembali padaku dan menjadi milikku lagi." Denise kembali tersenyum setan lalu tangannya tiba-tiba bergetar dan pandangannya sedikit kabur.
"Sial aku membutuhkan barang itu sekarang." Denise pun menyimpan kameranya. Selanjutnya dia terlihat menghubungi seseorang dan keluar dari ruangan itu.
"Halo, apa barang pesananku sudah ada?" Tanya Denise.
"Tentu dan sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju villamu." Denise merasa lega mendengarnya.
"Bagus, aku sangat membutuhkannya sekarang."
"Don’t worry, sebentar lagi aku akan tiba."
"Ok, I'll wait." Denise mengakhiri panggilan telephonenya lalu mencoba menghilangkan rasa pusingnya dengan merokok. Setelah merasa tenang Denise kembali melihat foto Dita di layar ponselnya.
"Aigoo aku benar-benar sudah rusak sekarang. Aku yakin kau adalah obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan kerusakanku." Denise tersenyum tipis. Dalam kondisinya saat ini sebagai pecandu narkoba, Denise merasa membutuhkan Dita di sampingnya dan merasa yakin bahwa Dita adalah obat yang bisa menyembuhkannya dari candu obat-obatan terlarang.
"Aku membutuhkanmu Dita. Kau benar-benar harus kembali padaku." Denise pun menyimpan kembali ponselnya dan menunggu kedatangan temannya.
Di sisi lain, mobil yang di tumpangi Jinny dan Dita terlihat melintas di jalan raya. Sepulang dari kantor, keduanya terlihat bahagia karena di sepanjang jalan mereka selalu di suguhi dengan pemandangan dari iklan-iklan Lisa sebagai brand ambassador mereka yang terpasang di beberapa lokasi.
"Senangnya melihat iklan dari brand kita terpampang di mana-mana sekarang. Dan karena Lisa, setiap pulang bekerja aku menjadi sangat lelah dan terpaksa menyuruh kekasihku untuk menyetir sekarang." Jinny tersenyum ke arah Dita yang sedang menyetir.
"Dan rasa lelahmu terbayar lunas dengan kesuksesan. Congratulations, akhirnya D&J fashion menjadi cabang perusahaan yang terbaik nomor satu sekarang hehehe." Jinny tersenyum puas mendengarnya karena beberapa waktu yang lalu mereka telah mengadakan rapat di kantor pusat dan anak perusahaan yang di pimpin oleh Jinny mengalami peningkatan yang sangat pesat dan menjadi yang terbaik nomor satu untuk saat ini.
"Gomawo chagiya, aku masih tidak percaya dengan semuanya. Anak yang paling malas dan bodoh ini akhirnya merasakan kesuksesan juga hahaha." Dita terkekeh.
"Memang sudah seharusnya. Dan jujur ada sesuatu yang membuatku kesal saat melihatmu berinteraksi dengan beberapa orang tadi." Jinny mengerutkan keningnya.
"Apa yang membuatmu kesal?"
"Kau selalu terlihat populer di mana-mana. Gadis-gadis muda yang berkerumun denganmu tadi, aku kesal karena beberapa dari mereka tampak genit dan berusaha merayumu. Dan yang membuatku lebih kesal aku tidak bisa menyeretmu dari kerumunan gadis-gadis itu karena aku harus menjaga sikap." Tawa pun keluar dari mulut Jinny dan melihat Dita sedikit cemberut.
"Are you jealous?"
"Tentu saja aku cemburu. Mereka gadis-gadis cantik siapa yang tidak takut kekasihnya mungkin akan tergoda." Jinny kembali tertawa.
"My love Dita, selebriti populer seperti Rosè saja aku tidak tergoda dan menolak cintanya demi dirimu, apalagi mereka yang merayuku tadi. Sekali pun aku di kerumuni oleh gadis-gadis cantik aku tidak akan tergoda karena dirimu jauh lebih menggoda dari siapa pun." Dita akhirnya tersenyum konyol dan merasa tersipu.
"Benar juga hehehe. Tapi bukankah normal jika aku cemburu karena mereka merayumu tepat di hadapanku."
"Ya itu memang normal dan kau juga membuatku cemburu akhir-akhir ini." Kali ini Dita yang terlihat mengerutkan keningnya.
"Aku membuatmu cemburu? Karena apa?" Dita mulai penasaran dan tetap fokus menyetir.
"Aku selalu mendapat laporan dari Ogawa bahwa ada beberapa bawahanku yang berniat mengincarmu. Mereka bahkan selalu menggodamu karena ruangan kalian berdekatan."
"Nugu?"
"Menurutmu? Ogawa bilang kau bahkan sering mengobrol bersama mereka dan makan siang bersama saat aku sedang tidak ada di kantor." Dita pun terkekeh.
"Jisoo sunbaenim dan Soeun memang dekat denganku sekarang, tapi aku sudah memberitahu mereka bahwa aku mempunyai kekasih. Kau tidak perlu khawatir karena mereka juga mengerti dan menggodaku hanya sebatas hiburan."
"Really? Tapi kau tidak memberitahu mereka bahwa kekasihmu adalah aku kan?"
"Tentu saja tidak, celaka jika mereka tau hahaha."
"Barangkali saja kau memberitahu mereka hahaha. Dan aku minta maaf karena malam ini mejamu aku pindahkan ke ruanganku."
"Waeyo?"
"Agar orang-orang tidak bisa menjangkaumu dan menggodamu lagi. Mulai besok kau akan terkurung di ruangan yang sama denganku hahaha." Jinny tertawa puas sementara Dita terlihat menggelengkan kepalanya.
"Sungguh aku merasa takut sekarang. Semoga hal-hal yang menyesatkan tidak terjadi saat kita sedang bekerja."
"Tentu saja itu akan terjadi karena hanya ada kita berdua di sana."
"Somebody please help me." Jinny hanya terkekeh dan tidak lama Dita menghentikan mobilnya di depan gedung apartment mereka.
"Mengapa berhenti di sini?" Tanya Jinny.
"Aku akan ke mini market sebentar."
"Ah okay." Dita berpamitan untuk pergi ke mini market terkedat sementara Jinny langsung memarkirkan mobilnya dan menunggu Dita di rumah. Selama di mini market, Dita tidak menyadari bahwa seseorang sedang memperhatiknnya dan menunggunya di luar. Selang beberapa menit kemudian, Dita akhirnya keluar dari mini market dan membuat orang itu tersenyum melihatnya.
"Selamat malam sweetheart!" Sontak Dita menoleh ke arah sumber suara dan merasa tidak senang karena orang yang di lihatnya adalah Denise.
"Sedang apa kau di sini?" Tanya Dita dengan datar.
"Tentu saja untuk melihatmu." Denise tersenyum polos sementara Dita yang merasa tidak penting untuk meladeninya kembali melangkahkan kakinya.
"Dita wait!" Denise menahan Dita dengan mencengkram salah satu tangannya.
"Lepaskan."
"Shiro."
"Mau aku hajar?"
"Tentu saja tidak."
"Maka lepaskan tanganku sekarang juga." Dita mulai terlihat marah dan Denise enggan melepaskan tangan Dita dari cengkramannya.
"Kim Denise, kau benar-benar mau di hajar?"
"Kau tidak perlu repot-repot untuk menghajarku karena aku hanya ingin melihat wajahmu dari dekat. Lihatlah kau semakin cantik dan aku sangat merindukanmu." Dita mendesah panjang dan menatap Denise dengan tenang.
"Terimakasih karena telah merindukanku. Tapi maaf aku sudah mempunyai kekasih dan kau tidak pantas mengatakan hal itu padaku sekarang." Denise tersenyum tipis.
"Aku tau tapi aku tidak bisa menahan diriku. Aku sangat merindukanmu dan aku tidak peduli walau kau sudah mempunyai kekasih sekali pun." Dita mulai kesal dan segera menepis cengkraman tangan Denise.
"Kau pasti sudah gila." Dita pun kembali berjalan sementara Denise kini membiarkannya pergi dan menatap punggung Dita dengan kagum.
"Saranghaeyo Dita-ya!" Teriak Denise dan Dita hanya mengabaikannya. Setelah Dita menghilang dari pandangannya, Denise tersenyum evil dan merencanakan sesuatu di pikirannya.
"Permainan akan segera di mulai." Denise kembali tersenyum evil dan meninggalkan lokasi. Sementara di dalam rumah, Dita yang merasa tidak tenang bergegas menghampiri Jinny yang sedang berdiri di depan jendela kamarnya.
"Chagiya!" Panggil Dita dengan lembut dan langsung memeluk erat tubuh Jinny.
"Hah akhirnya aku merasa tenang sekarang." Layaknya sebuah obat, memeluk Jinny membuat Dita merasa tenang dan aman kembali.
"Are you okay?" Tanya Jinny yang terlihat bingung.
"I'm okay, aku hanya merasa lelah hehehe." Jinny tersenyum mengerti dan membiarkan Dita beristirahat di pelukannya. Setelah merasa puas, mereka akhirnya pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
***
07:00AM
Mobil yang di tumpangi Jinny dan Dita terlihat berhenti di depan gedung kantor mereka yang masih sepi. Pagi ini Jinny memiliki jadwal penting di luar kantor sehingga mereka berdua berangkat lebih awal dari rumah.
"Dita, kau bisa ikut denganku jika kau mau."
"Aku rasa tidak perlu karena kehadiranku tidak begitu penting untuk jadwalmu hari ini hehehe."
"Aku akan bertemu dengan beberapa bos cantik kau yakin tidak mau ikut?" Goda Jinny yang membuat Dita terdiam sejenak.
"Di kantor ada banyak tugas yang belum aku selesaikan jadi lebih baik aku selesaikan pekerjaanku. Selama aku percaya padamu aku tidak akan khawatir hehehe." Jinny terkekeh dan Dita bersiap untuk turun dari mobil. Sebelum turun Dita tidak lupa untuk memberikan kecupan di bibir Jinny dan mereka pun berpisah.
"Sepertinya sudah ada beberapa orang yang tiba di kantor." Dita pun bergegas masuk ke dalam gedung dan menyapa beberapa orang yang sudah ada di sana. Dan saat melangkahkan kaki di lantai utama, sesuatu menarik perhatian Dita karena dia melihat dua orang baru saja berlari ke pintu darurat.
"Bukankah itu Ogawa sunbaenim dan Soodam? Tumben sekali mereka sepagi ini sudah tiba." Rasa penasaran membuat Dita tersenyum idiot lalu tiba-tiba melepas kedua sepatunya dan menyusul mereka dengan langkah yang mengendap-endap. Di sekitar tangga darurat, Dita mengintip ke bawah tangga dan melihat bayangan dua orang di sana.
"Sedang apa mereka di sana?"
Dita pun mulai curiga dan mencoba melihat dari arah lain dengan langkah yang sangat hati-hati. Detik selanjutnya, Dita di buat terkejut karena telinganya mendengar suara dari decakan ciuman. Kecurigaannya pun semakin menjadi dan membuatnya kembali mengintip ke bawah. Sebuah kejutan karena Dita melihat temannya dan Ogawa begitu asik berciuman di bawah tangga dan membuat Dita melebarkan matanya dengan tidak percaya.
"Aku akan berpura-pura tidak melihatnya."
Dita yang merasa pandangannya ternodai memutuskan untuk meninggalkan tempat masih dengan langkah yang mengendap-endap agar tidak mengganggu momen mereka.
"Astaga sepagi ini mataku sudah ternodai. Apa-apaan barusan itu? Apa mereka berkencan?" Dita bertanya-tanya dengan pikirannya dan tersenyum idiot karena mungkin temannya sudah bertemu dengan cintanya.
"Jika mereka memang berkencan itu berita yang bagus dan aku akan berpura-pura tidak tau untuk sementara waktu hahaha." Dita pun kembali mengenakan sepatunya dan pergi menuju ruangan Jinny yang kini menjadi ruangannya juga. Sementara di bawah tangga, dua orang yang baru saja selesai berciuman kini terlihat saling bertatapan dengan senyuman malu-malu mereka.
"Soodam-ah, kau sungguh tidak marah lagi padaku?"
"Aku sudah mengatakan tidak mengapa masih bertanya hehehe."
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kekasihku ini benar-benar tidak marah lagi." Soodam terkekeh lalu memukul kecil bahu Ogawa karena Ogawa terus menatapnya dengan tatapan menggoda.
"Sunbaenim, mari kita lanjutkan nanti. Aku merasa tidak nyaman karena kita sedang di kantor." Ogawa terkekeh.
"Baiklah." Pasangan yang diam-diam sudah menjalin asmara itu bergegas kembali ke ruangan mereka.
Beberapa jam kemudian. Jinny yang baru saja menyelesaikan urusannya di salah satu ruko miliknya terlihat keluar dari pintu utama dan berjalan menuju mobilnya. Di tengah perjalanan, seseorang memanggilnya dan Jinny melihat Denise berlari menghampirinya.
"Hi gadis raksasa, kau sedang apa di sini?"
"Aku hanya kebetulan lewat dan melihatmu di sini."
"Ah aku pikir kau sudah berbelanja di ruko milikku hahaha."
"Memang sudah tapi beberapa hari yang lalu. Ngomong-ngomong eonni, aku tidak melihat Dita. Apa dia tidak bersamamu sekarang?"
"Dita sedang di kantor saat ini. Mau aku kirimkan salam damai padanya? Dia bilang kalian teman sekolah dan saling bermusuhan." Denise terdiam dan tawa kecil pun keluar dari mulutnya.
"Eonni, dia sungguh mengatakan itu?"
"Memang itu yang dia katakan padaku setelah kau berkunjung ke rumahku. Ada yang salah dengan itu?" Denise pun tersenyum nakal.
"Aigoo eonni, sepertinya dia tidak memberitahumu. Dia benar-benar tidak mengatakan apa pun lagi selain yang eonni katakan barusan?" Jinny mulai bingung.
"Hanya itu yang dia katakan. Apa ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku?" Jinny terlihat penasaran dan membuat Denise kembali tersenyum nakal.
"Jika dia tidak memberitahumu itu sudah pasti dia menyembunyikan fakta bahwa aku adalah mantan kekasihnya."
"What? Kau bilang apa barusan?"
"Dita, dia adalah mantan kekasihku." Jinny terlihat terkejut dan mematung sesaat.
"Yah anak nakal ini tidak lucu. Kau pasti sedang menggodaku." Denise terkekeh.
"Mengapa harus menggodamu jika pengakuanku itu memang benar."
"Lalu mana buktinya? Aku ingin melihat buktinya untuk memastikan."
"Sebentar." Denise mencari ponsel dan dompetnya dari saku jeansnya namun dia lupa bahwa dia meninggalkan kedua barang itu di mobilnya.
"Mianhae eonni, semua bukti yang ingin aku tunjukan tertinggal di mobilku hehehe." Jinny menggelengkan kepalanya dan menyilangkan kedua tangannya.
"Jika tidak ada bukti maka aku tidak akan percaya, bleee!" Jinny menjulurkan lidahnya dan kembali melangkahkan kakinya.
"Aku masih mencintainya, apa boleh aku memilikinya lagi?" Langkah Jinny langsung terhenti dan kembali menghampiri Denise.
"Kau bilang apa?"
"Aku masih mencintai kekasihmu dan aku sedang meminta ijin jika seandainya aku ingin merebut dia dari tanganmu eonni hehehe." Denise tersenyum polos sementara Jinny mengeluarkan tawanya dengan di sengaja dan mengejutkan Denise dengan jeweran di telinganya.
"Kau mau merebut Dita dari tanganku, really?" Jinny menarik telinga Denise ke atas dan membuat Denise berteriak kesakitan.
"Eonni aww, a-appo."
"Dasar anak nakal. Jika kau berani macam-macam padaku maka telingamu tidak akan utuh sekarang. Kau mau?"
"A-ampun eonni aku tidak mau, ampun, ampun." Jinny akhirnya melepaskan Denise.
"Yah eonni, kau galak sekali."
"Itu karena kau sudah seperti adikku sendiri jadi aku tidak segan untuk menghukummu jika kau nakal. Awas saja jika kau menganggu Dita."
"Hehehe ampun aku hanya bercanda." Denise pun melangkah mundur dan melambaikan tangannya.
"Aku harus pergi sekarang. Dan sampaikan kepada Dita bahwa aku sangat tergila-gila padanya."
"You want to die?"
"Run!" Denise langsung melarikan diri.
"Yah dasar anak kurang ajar aish!" Jinny mulai merasa kesal sekaligus bertanya-tanya apa Denise hanya menggodanya atau justru sebaliknya.
"Apa yang sebenarnya terjadi di antara Dita dan Denise? Perasaanku menjadi tidak enak sekarang." Jinny yang merasa bingung memutuskan untuk segera pergi ke kantornya dan akan menanyakannya kepada Dita.
Sementara di kantor, Dita yang sedang sibuk di depan laptopnya mendengar seseorang membuka pintu dan melihat sosok Jinny tersenyum padanya.
"Selamat siang Dita sayang!"
"Selamat siang sajangnim sayang. Urusanmu sudah selesai?" Jinny menjawab dengan anggukan kepala lalu mengunci pintu ruangannya.
"Senangnya aku tidak sendirian lagi di ruangan ini hehehe." Dita hanya terkekeh lalu Jinny pergi ke belakang Dita dan memeluknya dengan mesra.
"Kau terlihat sibuk sekarang." Dita terkekeh.
"Memangnya kenapa hmmm?"
"Aku hanya merindukanmu sayang." Jawab Jinny dengan menciumi leher Dita.
"Yah kita sedang di kantor."
"Tenang aku sudah mengunci pintu dan aku tidak akan melakukan hal lain selain menciummu."
"Yang benar saja." Jinny hanya terkekeh lalu mencium pipi Dita dan turun lagi ke lehernya. Hal yang di lakukan Jinny tentunya membuat Dita tidak bisa fokus dalam mengerjakan pekerjaannya.
"Inilah yang aku khawatirkan jika kita di tempatkan dalam satu ruangan." Pada akhirnya Dita merasa ingin membalas perlakuan Jinny. Dia segera memutar kursinya dan membiarkan Jinny duduk di pangkuannya. Selanjutnya yang terjadi adalah keduanya berciuman dengan mesra tanpa peduli di mana mereka berada. Di sela-sela ciuman mereka, jeritan kecil keluar dari mulut Dita karena Jinny baru saja menggigit bibirnya dan otomatis ciuman mereka terhenti.
"Berbahaya jika di teruskan. Mari kita hentikan sekarang, aku harus kembali bekerja."
"Ah wae? Kita baru saja melakukan pemanasan cintaku hahaha."
"Pemanasan apanya. Sajangnim baru saja menggigit bibirku." Jinny tertawa.
"Mian, aku terlalu gemas padamu hehehe." Dita menggelengkan kepalanya.
"Apa tidak ada sesuatu yang harus di kerjakan sekarang?" Tanya Dita.
"Untuk saat ini tidak ada, semuanya sudah aku bereskan tadi malam. Dan sekarang aku merasa sangat merindukanmu karena kita berdua sangat sibuk akhir-akhir ini." Dita tampak tersenyum mengerti.
"Mau bagaimana lagi, dalam waktu yang singkat perusahaanmu berkembang dengan pesat dan sudah sewajarnya kita berdua sibuk sekarang hehehe."
"Aku bersyukur karena usahaku membuahkan hasil yang sempurna. Tapi di sisi lain aku merasa kecewa karena kita selalu melewatkan malam erotis kita akhir-akhir ini, ottoke?" Dita tertawa kecil.
"Kita memiliki banyak acara akhir-akhir ini. Setelah semuanya selesai waktu kita akan kembali normal dan bisa bersenang-senang setiap malam. Sekarang lebih baik ambil kursimu dan bersantai saja di sampingku."
"Okay!" Jinny bergegas mengambil kursinya lalu duduk di samping Dita dan menunggu Dita menyelesaikan pekerjaannya. Dan selama menunggu Dita, Jinny mulai memikirkan apa yang di katakan Denise beberapa waktu lalu.
"Aku masih tidak percaya bahwa Denise adalah mantan kekasih Dita. Tapi demi memastikan, aku harus menanyakan hal ini padanya."
Jinny melirik Dita dan merasa khawatir Denise mungkin tidak bercanda bahwa dia akan merebut Dita dari tangannya.
"Anak nakal itu, aku harap dia hanya bercanda."
Jinny pun mencoba menenangkan dirinya dan berpikir positif hingga dia akhirnya melihat Dita baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
"Ahhh finally! Sekarang tinggal mengalihkan perhatianku kepada sajangnim tercinta sembari menunggu jam makan siang hehehe." Jinny tersenyum lebar dan baru saja mendapat ciuman manis di pipinya.
"Satu lagi." Jinny menunjuk d bibirnya dan Dita yang tertawa mengerti langsung menciumnya dengan singkat.
"Done hehehe." Jinny pun tersenyum puas dan mulai serius untuk menanyakan perihal Denise.
"Chagiya aku ingin menanyakan sesuatu yang serius padamu. Tapi aku mohon jawab dengan jujur."
"Memangnya apa yang ingin kau tanyakan?" Jinny terlihat mengatur napasnya sejenak.
"Kim Denise, apa benar dia mantan kekasihmu?" Dita cukup terkejut dan langsung terdiam dengan pertanyaan yang di lontarkan Jinny.
"Dita?"
"H-hah?"
"Apa benar Denise mantan kekasihmu?"
"S-sajangnim, bagaimana kau bisa tau?"
"Aku tidak sengaja bertemu dengan Denise dan dia memberitahuku bahwa kau adalah mantan kekasihnya. Jadi itu sungguhan?" Dita pun mendesah dan merasa harus jujur sekarang.
"Aku minta maaf sebelumnya jika aku tidak berterus terang saat itu. Memang benar Denise adalah mantan kekasihku dan aku harap kau tidak marah padaku sekarang." Jinny tersenyum tipis dan merasa sedikit kecewa bahwa yang di sampaikan Denise rupanya benar.
"Mengapa tidak memberitahuku sebelumnya? Kau tinggal berterus terang dan aku pasti tidak akan marah."
"Karena aku merasa ragu, apalagi setelah mengetahui fakta bahwa kalian pernah memiliki ikatan yang sangat dekat. Itu sangat mengejutkanku dan akhirnya aku merasa ragu untuk memberitahumu. Aku minta maaf." Dita mulai takut akan di marahi sementara Jinny terlihat tersenyum mengerti.
"Jadi, orang yang kau ceritakan padaku saat di jembatan itu adalah Denise?" Dita menganggukan kepalanya.
"Aigoo andai kau memberitahuku lebih awal mungkin tadi aku sudah memutuskan telinganya hahaha." Melihat Jinny tertawa membuat Dita merasa lega sekarang.
"Kau tidak marah?"
"Mengapa harus marah? Dia hanya masa lalu yang buruk bagimu bukan? Dan yang terpenting kau sudah bahagia bersamaku sekarang." Dita tersenyum lega.
"Gomawo. Dan satu hal yang perlu kau tau, kehadirannya tidak akan mengubah apa pun termasuk perasaanku padamu. Jujur aku sangat membencinya dan tidak mau bertemu dengannya lagi jadi aku mohon lindungi aku dari dia hehehe." Jinny terkekeh dan mengacak-ngacak poni Dita dengan gemas.
"Kau tidak perlu khawatir sayang. Dia seperti seorang adik bagiku namun jika dia macam-macam padamu tentu aku tidak akan segan untuk memberinya pelajaran."
"Aku lega mendengarnya. I love you."
"I love you too."
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
MY GIRLFRIEND is MY SECRETARY
KurzgeschichtenAnother story about Dita x Jinny Di khususkan untuk pembaca 18+