15. Agent M-33-RA

38 5 3
                                    

~POV Meera~

Akhirnya, datang juga dia!

"Halo, Bang!" sapaku.

"Oh, hai," balasnya. Dia segera menuju meja kami dan mulai duduk.

"Meera," kataku sambil mengulurkan tangan.

"Bagas," katanya sambil menyambut uluran tanganku.

Aku sedikit meremas tangannya dan melepaskannya sambil agak mengelus (susah menjelaskannya dengan kata-kata). Kulihat raut wajahnya berubah menjadi tegang.

"Gue Linda," kata Linda. Dia melakukan hal yang sama denganku. Sebelum dia datang, aku sudah memberi tahu Linda apa yang harus dilakukannya, sejauh ini dia bisa bersikap natural. Bagus sekali.

"Tadi macet, Bang?" tanyaku dengan nada yang sangat manja dan aku sendiri jijik mendengarnya.

"Ah, nggak juga sih, hehe," katanya salah tingkah.

"Ohh, pasti dia ada urusan sama pacarnya," kata Linda.

Umpan yang sangat bagus! Oke, aku harus menyambutnya!

"Jadi Abang punya pacar ya? Heemm kukira masih single," kataku dengan nada super imut.

"A-aah nggak kok. Gue jomblo, suer!" katanya.

"Beneran?" kataku sambil mengedip-ngedipkan mata, sok cantik.

"Iyaa!" katanya. Wajahnya sangat tegang, dia terlihat gelisah.

Oke, sekarang waktunya masuk ke acara utama.

"Oh iya, Bang. Minum dulu lah, panas disini," kataku. Aku membagi minumannya. Yang kanan untukku, yang tengah untuk si Bagas, yang kiri untuk Linda. Baiklah, aku tidak salah, kan? Tadi bartender genit itu bilang wiskinya yang tengah.

Aku mengangkat gelasku sedikit, lalu menyeruputnya. "Ahhhh ...." desahku.

Dia mengambil gelasnya. Lalu menyeruput wiski itu.

Wajahnya terlihat mulai rileks. Dia mendesah juga.

Nah, sekarang waktunya acara utama.

Aku menenggak cairan soda itu dua tegukan dan meletakkannya dengan agak keras di meja, kemudian menaruh kepalaku di meja juga. "Ahh, rasanya di sini makin panas," kataku.

Bagas sepertinya mulai mabuk. Dia berkata, "Yeah, you're hot, Baby."

Gila, jijik banget dengarnya. Tapi tidak masalah, rencananya berjalan sempurna.

Ngomong-ngomong, aku memakai tank top dan sweater, aku membuka sweaterku dan 'tanpa sengaja' membuat tali tank topku melorot sebelah, aku tidak repot-repot membetulkannya, malah menggeser kursiku ke arahnya dan menyender di pundaknya.

"Bang, kepalaku berat," gumamku.

Dia memelukku dengan tampang 'lapar'. Aku sedikit memberontak, dia memelukku semakin erat.

Aku mengambil gelas wiskinya, lalu mencelupkan telunjukku di sana, kemudian menyentuhkannya di bibirnya.

"Janji, jangan bilang siapa-siapa. Sebetulnya gue agak 'kesepian'. Sudah lama sekali sejak gue terakhir 'main'," desahku.

"Mau 'main' sama gue?" katanya.

"Ada syaratnya," kataku sambil berkedip manja.

Dia sepertinya sudah sangat 'lapar'. Matanya seperti ingin. menelanjangiku. Gila, jijik banget.

"Apa itu?" tanyanya tidak sabaran.

"Kasih gue akses ke CCTV UNJ, lu milih 'ini'," kataku sambil mengisyaratkan ke dua benda yang membuatnya sangat 'lapar' itu, "atau duitnya Sofyan?" lanjutku.

Aku Cinta AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang