Pelik

29 11 0
                                    

Sound: Dan (Sheila On7) cover Luthfi Aulia feat Brisia Jodie

Langit Dan Senja berkendara melewati jalanan-jalanan di kota Bandung. Tak ada tempat yang mereka tuju, siang itu mereka hanya terus menyusuri seluruh jalanan kota Bandung. Tak pernah absen tawa Senja ketika bersama Langit. Bahkan di antara suara bising kendaraan yang berlalu lalang, suara tawa Senja yang paling terdengar di telinga Langit.

Motor Langit sudah menepi di halaman rumah Senja. Karena masih ada waktu sekitar satu jam lagi untuk mereka bertemu dengan Bumi. Yang pada akhirnya, maembuat Langit memutuskan untuk menunggu di rumah Senja. Langit dan Senja berjalan beriringan masuk ke dalam rumah.

"Kamu udah ijin sama Bunda kan? Kita sampe sore loh," tanya Senja.

"Iya udah. Tenang aja," jawab Langit.

"Assalamu'alaikum. Ma?" ujar Senja. Mama lalu keluar dari kamar menuju ke ruang tamu.

"Wa'alaikumsalam. Eh ada tamu," kata Mama sembari menghampiri Senja dan Langit.

"Iya, Tante. Langit numpang ngadem ya," ujar Langit sembari mencium punggung tangan Mama.

"Iya boleh. Kamu udah makan? Tante siapin ya," ujar Mama pada Langit yang sudah duduk di sofa tepat di samping Senja.

"Eh, ga usah, Tante. Kan Langit jadi enak kalo disiapin," sergah Langit sembari terkekeh.

"Ma, ga mau siapin makan juga buat aku?" tanya Senja yang heran melihat sikap Mamanya yang begitu manis pada Langit.

"Gak usah. Kamu kan udah pernah Mama siapin makanan," kata Mama sembari tertawa kecil.

Mendengar kata-kata Mama membuat Langit tertawa. Senja yang menoleh sudah memasang wajah kesalnya.

"Udah, Ma. Nanti aku aja yang siapin makan buat Langit. Mending Mama masuk kamar aja, bobo siang," ujar Senja.

"Beneran? Mama aja yang siapin," ujar Mama keukeuh.

"Ma!" seru Senja kesal.

"Iya, iya. Mama tinggal ya," ujar Mama yang lalu pergi meninggalkan Senja dan Langit di ruang tamu.

Suasana menjadi hening seketika. Senja yang hanya fokus pada handphone-nya, tidak sadar Langit terus meliriknya.

"Ehm.. Ehmm. Duh, seret nih. Mana panas banget di luar," ujar Langit akhirnya bersuara.

"Eh iya, lupa," kata Senja menoleh pada Langit. "Mau minum apa? Mau sekalian makan juga gak? Biar aku siapin."

"Eh, gak usah, minum aja. Minumnya gak usah yang manis-manis. Soalnya udah ada kamu yang manis," jawab Langit dengan nada menggoda.

"Ihh, geuleuh. Bilang aja air putih gitu. Bentar ya," ujar Senja sambil berlalu menuju dapur. Langit hanya terkekeh mendengar kata-kata Senja.

Lalu tak lama, Senja kembali dari dapur dengan segelas air putih di tangannya.

"Nih, silakan," kata Senja sembari memberikan segelas air putih yang ia pegang pada Langit.

"Makasih, Sayang," kata Langit sembari tersenyum.

Senja terkejut dengan kata-kata Langit. Ia menoleh ke arah belakang memastikan Mama tidak mendengar kata-kata Langit barusan.

"Ih, apaan sih? Nanti kalo Mama denger gimana?" tanya Senja.

Sedangkan Langit yang sedang menyeruput air putih tidak menghiraukannya.

"Bentar ya, aku ke kamar dulu mau naro buku. Kamu kalo mau tidur dulu gapapa. Ya tapi di sofa," kata Senja sembari terkekeh.

Selaksa Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang