Renjun melangkah lesu ke dalam sekolah, sudah tiga hari ia dan Jaemin jarang berinteraksi.
Jaemin menjemput dan mengantar Rara pulang sekolah, pergi bersama Rara entah ke taman, mall, ataupun kemana saja asal bersama Rara kalau kata Jaemin.
Ia dan Jaemin hanya berinteraksi di sekolah, sekedar makan di kantin dan mengobrol di kelas. Baru kali ini ia benci berbicara dengan Jaemin, siapa yang tidak kesal jika lelaki yang disukai malah menceritakan orang lain? Terlebih itu adalah gebetannya.
"Ayo nonton! Ada film horror baru tayang di bioskop!" Ajak Jaemin excited
"Sama gebetan lo aja" Jawab Renjun malas-malasan
Jaemin yang mendengar itu malah memeluk Renjun dari samping, membuat lelaki bermarga Huang sedikit terkejut.
"Gue kangen main sama lo Njun, akhir-akhir ini gue sama Rara terus. Yuk nonton ya? ya?" Bujuk Jaemin, membuat Renjun menghela nafas pelan dan menjauhkan tubuhnya dari Jaemin.
Bukan risih, ia hanya takut jika pipinya semakin memerah akibat perlakuan Jaemin barusan.
Lantas Renjun hanya menganggukkan kepala, membuat Jaemin lagi-lagi memeluknya senang.
🦊🦊🦊
"Biar gue yang antri, lo duduk aja" Ucap Jaemin pada Renjun yang ingin pergi membeli popcorn
"Ga, gue aja" Tolak Renjun
"Gue gamau kaki lo pegel gara-gara ngantri sepanjang itu, Na Renjun" Ucapnya lagi, membuat Renjun sedikit salah tingkah
"Y-ya terserah lo aja" Jawabnya pasrah, Jaemin yang tau Renjun salah tingkah hanya tersenyum kecil kemudian pergi membeli popcorn
Setelah Jaemin benar-benar pergi, Renjun menunduk sambil tersenyum. Berusaha mengontrol jantungnya yang berdetak kencang.
Na Renjun.
Na Renjun.
Na Renjun.
Renjun menggelengkan kepalanya, menghilangkan suara-suara Jaemin memanggilnya Na Renjun yang terus-terusan berputar di otaknya.
Kini mereka sudah duduk di bagian tengah, karena terlalu jauh dan terlalu dekat sangat tidak nyaman untuk menonton layar lebar.
Film baru dimulai 15 menit yang lalu, namun Renjun sudah mencekal tangan Jaemin seakan menyalurkan rasa takutnya. Sang pemilik tangan hanya terkekeh menatap ekspresi wajah Renjun yang menurutnya terlihat menggemaskan saat ketakutan.
Jaemin sangat suka ketika Renjun memeluknya, maka dari itu ia memilih menonton film horror setiap kali bersama Renjun.
Dan benar saja, Renjun berteriak kencang saat penampakan hantu muncul di layar lebar dan memeluk Jaemin dengan erat. Memilih bersembunyi dibalik punggung milik Na Jaemin.
"Dasar penakut" Cibir Jaemin sambil memakan popcorn, Renjun mendengus kesal. Ia juga kesal dengan dirinya yang sangat takut dengan sesuatu yang berbau horror.
"Jaem, pengen ice cream" Regek Renjun sambil menarik-narik hoodie mint yang dikenakan Jaemin.
"Iya ntar beli" Jawabnya singkat, seakan tidak ingin diganggu
"Sekarang.." Ucap Renjun namun tidak dipedulikan Jaemin
"Na.. Suaranya serem, ayo keluar. Beli ice cream aja" Rengeknya lagi
Renjun melepas pelukannya pada Jaemin untuk menutupi telinganya agar tidak mendengar suara-suara mengerikan itu.
Jaemin menghela nafas pelan, memilih mengalah daripada bayinya terus-terusan ketakutan seperti ini.
Renjun tersenyum senang saat Jaemin menarik tangannya dan menuntunnya untuk berjalan sambil menunduk agar tidak mengganggu orang lain yang sedang menonton.
"Huftt, ga lagi deh nonton horror" Ucap Renjun setelah keluar dari bioskop, kemudian mengelap keringat didahinya yang sebenarnya tidak ada. Hanya mendramatisir saja.
Setelah membeli ice cream, mereka masuk ke butik pakaian yang berada di mall. Membuat Renjun mengerutkan keningnya, ia tau bahwa Jaemin sangat membenci berbelanja pakaian karena sangat membuang waktu.
"Mau nyari apa?" Tanya Renjun
Jaemin berdehem, "Ehm, buat Rara"
Renjun hanya mengangguk pelan, lebih tepatnya mengangguk tanpa semangat saat tau bahwa Jaemin rela memilih-milih baju untuk gebetannya itu. Menyebalkan.
"Lo mau beli juga gapapa, gue beliin" Ucap Jaemin pada Renjun yang dibalas gelengan, ia memilih pamit untuk ke toilet sebentar.
"Dia se ga peka itu ya sama perasaan gue?" Monolog Renjun sambil menatap pantulan wajahnya di cermin
"Gue tau lo lagi pdkt sama cewe, tapi jangan pernah ceritain dengan wajah bahagia lo ke gue Jaem. Gue benci ngerasain sakit setiap kali ngeliat lo bahagia sama orang lain" Ucapnya seakan pantulan dirinya adalah Jaemin
Setelah perasaannya sedikit lega, ia membasuh wajahnya dan kembali ke butik. Namun dering telepon yang ternyata dari Jaemin membuat perasaannya tidak enak.
"Njun? Lo pulang sendiri ya? Gue mau jemput Rara di tempat les. Hati-hati"
Tut tut
Telepon dimatikan sepihak, bahkan Renjun belum menjawab ucapan Jaemin.
Lagi-lagi ia kalah dengan perempuan bernama Rara itu.
Renjun memilih berjalan dibawah derasnya hujan, tidak peduli jika ia akan sakit atau apapun itu. Yang jelas ia butuh air hujan untuk menemani air matanya yang tidak berhenti menetes.
"Kenapa lo harus bikin gue ngerasa spesial disaat lo cuma nganggep gue sahabat? Kenapa lo harus bersikap manis disaat lo punya orang lain yang lo sayang? Kenapa Jaem?" Ucapnya sambil berteriak, acuh tak acuh dengan pandangan orang yang memandangnya dengan aneh.
Tangisan Renjun pecah, ia memilih berdiri di jembatan. Jembatan dimana ia mengenal Jaemin dulu.
Flashback
Renjun berjalan riang, langkahnya terhenti saat melihat indahnya kota jika dilihat dari jembatan ini. Suasananya yang sedikit sunyi membuatnya nyaman berdiam diri, sampai seorang lelaki berdiri di sebelahnya dengan setangkai bunga mawar.
"Buat lo" Ucapnya singkat kemudian menyodorkan bunga itu pada Renjun
"Huh?"
"Gue tadi nolongin orang yang keberatan bawa barang, terus dikasih ini. Gue gasuka, buat lo aja" Jelasnya
"Oh iya, gue Jaemin. Na Jaemin" Timpalnya
Renjun hanya mengangguk, menerima bunganya tanpa mengatakan siapa namanya. Ia tidak terlalu suka berkenalan dengan orang lain.
Jaemin pergi begitu saja, Renjun hanya mengangkat bahu tidak peduli.
Baru saja ia akan pergi, lelaki tadi kembali dan mencekal tangannya.
Renjun menatapnya bingung saat Jaemin menyelipkan bunga disela-sela rambut dan telinganya, terlihat cantik dimata Jaemin.
"Lo.. Cantik" Ucap Jaemin tanpa sadar, membuat Renjun salah tingkah.
"Ehm, nama lo?" Tanyanya pelan, takut jika Renjun tidak akan menjawabnya
"Huang Renjun" Jawab Renjun sambil menatapnya, kemudian tersenyum tipis
Flashback end
Renjun tersenyum disela-sela tangisnya, tidak peduli semenyakitkan apa. Jika itu untuk Jaemin, mungkin Renjun mampu menahannya.
Mungkin.
TBC