Chapter 20

2.7K 115 34
                                    

Saat ini Maura sedang berada di restoran untuk mengundurkan diri sebab ia masih trauma mengingat kejadian tempo hari. Leyla yang mendengar Maura hampir di lecehkan terkejut sebab tidak pernah ada kejadian di mana karyawan restoran nya di lecehkan seperti Maura. Tetapi Leyla tahu kenapa Maura hampir di lecehkan karena memang Maura sangat cantik tidak seperti pelayan umum nya.

"Baiklah aku akan memberimu gaji selama kau bekerja disini." ujar Leyla dan Maura pun berterima kasih. Maura keluar dari ruangan Leyla dan berniat untuk mencari pekerjaan lain sebab ia harus mendapatkan uang untuk membayar pengobatan Papi nya yang cukup mahal yaitu 15 juta bahkan nanti mungkin jauh lebih besar sebab Papi nya juga masih menginap di rumah sakit.

"Aku harus mencari pekerjaan di mana lagi." gumam nya bingung karena ia tak tahu harus mencari kemana lagi pekerjaan yang tidak perlu memakai Ijazah sekolah. Apa ia harus mencari pembantu? Tetapi Maura menggelengkan kepala nya. Maura berjalan menelusuri trotoar sampai ia melihat sebuah mobil sport berhenti di dekatnya. Siapa itu? Maura bingung kemudian ia melihat kaca mobil terbuka memperlihatkan Aline yang bersama Arka.

"Ra, masuklah. Aku mendengar Papi mu masuk rumah sakit, aku berencana menjenguknya sekarang." ujar Aline membuat Maura terdiam. Apakah ia harus ikut dengan Aline dan juga Arka? Aline keluar dari dalam mobil dan menarik Maura untuk masuk ke mobil.

"Ayolah Ra. Kau terlalu banyak berpikir, kita harus cepat karena Arka memiliki banyak pekerjaan." jelas Aline dan mau tak mau Maura memasuki mobil Arka dengan berat hati karena sungguh rasa nya sangat canggung dan seperti dugaan nya memang sangat canggung. Lihatlah Maura yang duduk di belakang terdiam tidak tahu harus mengatakan apa.

Sebenarnya ia ingin mengobrol tetapi lidahnya terasa kelu melihat Arka dan juga Aline di kursi depan. Maura memutuskan untuk menatap luar dari jendela dan berpikir nanti ia akan mencari pekerjaan lain setelah Aline pulang nanti."Apa sekarang Om Tommy baik baik saja?" Aline menoleh kearah Maura.

"Kedua kaki Papi ku patah tulang tetapi sekarang dia sudah membaik." jelas Maura dengan canggung karna tak sengaja kedua mata nya berpapasan dengan Arka dari balik kaca kecil yang berada di tengah mobil. Maura merutuki jantungnya yang berdebar meski hanya bertatapan dengan Arka. Ya Tuhan bagaimana ia bisa melupakan sosok Arka!

Hening.

Tidak ada yang mengatakan satu patah pun lagi membuat Maura tak nyaman dan ingin segera sampai ke rumah sakit."Ar, kita mampir ke restoran depan. Aku ingin membeli makanan untuk tante Elen dan Om Tommy."

"Tidak perlu Lin. Lebih baik kita langsung ke rumah sakit." sahut Maura cepat ia ingin segera sampai ke rumah sakit. Apakah Aline tidak sadar bahwa suasana di antara mereka bertiga sangat canggung dan kikuk? Aline pun tersenyum dan tetap menyuruh Arka berhenti di depan restoran.

Aline keluar dari dalam mobil untuk membeli beberapa makanan meninggalkan Maura dan juga Arka di dalam mobil. Maura terdiam menatap sekeliling tanpa menatap Arka yang saat ini ia yakini sedang menatapnya lewat kaca. Kenapa dia terus menatapku seperti itu? Apa dia tidak tahu bahwa itu membuatnya tidak tenang.

"Jangan mengatakan kepada Aline bahwa kemarin kau datang ke Mansion ku. Aku tak ingin Aline salah paham." suara bariton itu membuat Maura terkejut.

"Aku tidak mengatakan apapun kepada Aline." balas Maura dan Setelah itu keheningan terjadi dan Aline datang membawa banyak makanan dan Arka pun melajukkan mobilnya kembali. Di perjalanan Maura berusaha tidak menoleh kearah depan sebab di sana Maura melihat Aline yang bermanja-manja dengan Arka yang sedang menyetir.

"Sedikit saja sayang. Please." Aline merengek dan akhirnya Arka pun membuka mulutnya dan menerima makanan yang di berikan Aline. Aline tersenyum bahagia dan menyuapi Arka.

Yang TerdalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang