Lagi-lagi, televisi yang menonton dia. Bukan dia yang menonton televisi.
Dalam posisi paling tidak nyaman lantaran keterbatasan ruang, berbaringlah dia di sekitar bungkus kudapan dan makanan instan yang berserakan. Belum sempat merapikan, sudah terlanjur ketiduran. Padahal, dia sudah mencoba bertahan agar tidak melewatkan acara bincang-bincang malam kesukaannya. Namun, apa daya? Kombinasi penat dan kenyang lebih dari cukup untuk membuat siapa pun terlelap seketika.
Televisi memperlihatkan dua pria melalui layar kaca. Satu di antaranya duduk di atas sofa tunggal. Nah, menilai dari penampilan, kentara sekali bahwa pria itu adalah bintang tamu. Sementara pria lain yang duduk di belakang meja sembari memegang kertas kecil merupakan pembawa acara.
"Kau telah berada di industri ini selama dua puluh tahun lebih. Koreksi aku jika salah."
"Tidak, kau benar. Tidak benar sepenuhnya, tentu saja. Aku tidak menghitung, tetapi aku yakin angkanya memang di sekitar itu."
"Anggaplah kita membulatkannya! Adakah hal yang kau lewatkan selama dua puluh tahun ini?"
"Yah, seperti yang kau lihat. Aku sendirian di umur 37 tahun. Aku melewatkan banyak hal. Itu jelas."
"Dengan semua yang kau miliki dan kau capai, apakah itu semua setimpal?"
"Aku rasa."
"Adakah satu hal yang amat ingin kau lakukan jika dapat kembali ke dua puluh tahun lalu, Jonathan Stewart?"
"Satu hal? Ini sulit."
"Ayolah, bung. Pilihlah yang paling kau inginkan!"
"Sungguh, ini sulit. Namun, aku akan menjawab... aku ingin menyampaikan apa yang mesti aku sampaikan ke satu────beberapa orang, barangkali. Kau tahu, ketika muda, kita sering berpikir bahwa kita memiliki banyak waktu untuk semuanya. Itu memang benar. Tetapi, kita sering lupa bahwa waktu tidak pernah menunggu kita. Satu hari kau berpikir masih ada esok. Esok hari, semuanya telah terlambat. Jadi, yah... itu keinginanku."
"Oh. Ya, Tuhan! Kau terdengar seperti pernah ditinggal menikah!"
Pembawa acara tertawa akan leluconnya sendiri. Audiens di studio pun ikut tertawa. Tidak ada satu pun yang menyadari bahwa binar di paras sang bintang tamu mulai meredup.
────────────
CHASING AFTER TIMES
────────────"Aku tidak memiliki alasan untuk bersedih. Apa yang telah terjadi, hanya dapat jadi pelajaran. Apa yang berpotensi akan terjadi, masihlah sebuah misteri. Jika aku terlalu memikirkan masa lalu dan masa depan, maka masa sekarangku akan berantakan. Sekarang adalah yang terpenting. Tidak ada waktu untuk menyesal atau bercemas ria."
"Apa esensi dari berusaha terlalu keras? Aku telah melewatkan segalanya dan terlambat menyadari bahwa ini bukanlah hal yang aku ingin. Kini, aku terjebak dalam konsekuensi konstan serta lingkaran yang aku percaya dapat membawaku kabur dari kenyataaan. Aku tidak melihat diriku di masa depan. Aku hanya melihat diriku di masa lalu."
───────────
ditulis oleh cashoward
───────────Segala sesuatu yang tertulis di Chasing After Times bersifat fiksi sehingga nihil keterkaitan antara karakter-karakter di pengisahan dengan rupa yang digunakan. Penggunaan rupa anggota NCT tidak lebih dari sekadar penggambaran. Mohon agar tidak keliru dengan yang fiksi dan yang asli.
Kisah ini merupakan metropolitan pop yang mengandung unsur romansa sesama jenis, konten eksplisit dan dewasa. Berhati-hatilah dalam memilih bacaan.
Akhir kata, selamat menikmati!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing After Times
RomanceBerbekal tekad bulat dan nekat kuat, Joan Jenkins meninggalkan Connecticut dan merantau ke Los Angeles demi mewujudkan cita-citanya untuk menjadi penulis naskah film termahsyur abad ini. Sayang seribu sayang, nihilnya koneksi antara dia dengan orang...