Chapter 2 - Painful Words

19 1 0
                                    

"Gue belum tau siapa nama lo" Kata Daffa sambil mencoba mengatur nafasnya karena barusan mengejar Aletta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue belum tau siapa nama lo" Kata Daffa sambil mencoba mengatur nafasnya karena barusan mengejar Aletta.

Kalian belum sadar? Dari tadi tidak ada yang memperkenalkan diri diantara mereka.

Aletta menoleh dan melihat Daffa. Sedikit kaget karena Daffa memegang tangannya .

Aletta tersenyum, kemudian mengambil tangan Daffa yang sedang memegang tangannya lalu menurunkan tangan cowok itu.

"terimakasih atas tumpangan dan juga pertolongan kamu tadi , saya pergi dulu" Aletta membungkukkan badannya sedikit. Kemudian berjalan memasuki rumah sakit itu.

Daffa tersenyum memandangi kepergian Aletta. Tubuh yang tidak terlalu tinggi itu nampak menjauh. Sungguh ia masih gemetar karena tadi bisa merasakan tangan Aletta yang sebenarnya cukup kasar dan dingin untuk ukuran seorang perempuan. Tapi, tetap saja Daffa sangat menyukainya. Bagai disengat listrik, sentuhan cewek itu menggetarkan perasaan Daffa. Menyadari bahwa dirinya terlalu jauh terpikat oleh pesona perempuan itu, Daffa menggeleng kuat.

"tidak, jangan sampai" kata Daffa dalam hatinya. Berusaha menolak fakta bahwa ia tengah dimabuk aura seorang wanita yang baru ia temui.

"Aletta, kita akan bertemu lagi. Nanti" Setelah kalimat itu keluar dari mulut Daffa, cowok itu menyunggingkan bibirnya. Membentuk sebuah senyuman yang terlihat ... picik ?

~~

"Mama udah baikan?" Tanya Aletta. Ia duduk di sebelah sang bunda yang sudah bertahun-tahun sakit.

Yang ditanya hanya diam saja. Tidak, ia tidak sedang tidur. Wanita tua itu hanya menatap ke langit-langit atap rumah sakit. Entah apa yang ada didalam pikirannya. Yang jelas wanita yang sedang tiduran di kasur pasien itu tidak ingin melihat wajah seseorang yang hampir setiap hari datang ke kamarnya. Ya, Aletta .

"Ma, tadi udah makan? Pake lauk apa?" Aletta masih berusaha mengajak Mamanya berbicara. Mengajak mamanya mengobrol ringan. Walaupun sebenarnya , wanita tua itu jarang sekali menjawab pertanyaan Aletta. Jangan berpikir bahwa Naya-Ibu Aletta bisu. Tidak, mama Aletta tidak bisu. Tidak juga sakit jiwa. Sang ibu hanya tidak suka melihat kehadiran anaknya disini, selalu.

"Maaf ya Ma, Aletta tidak bisa bawa apa-apa. Ini sudah malam, Aletta baru pulang kerja jadi tidak sempat membawakan mama makanan ringan dan pakaian hangat "

Akhirnya sang ibunda menoleh kearah Aletta. Melihat anaknya sendiri dengan tatapan yang sinis.

"jadi pelacur?" Tanya Naya. Lalu tersenyum meremehkan .

Aletta tertunduk. Bak ribuan jarum menusuk ulu hatinya. Tidak , Aletta tidak menangis. Cewek itu sudah mengalami berbagai macam cobaan dan celaan sepanjang hidupnya. Tapi, kalau boleh jujur, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada celaan Ibunda sendiri.

Aletta sejujurnya masih ingin berlama-lama menemani Naya. Tapi, ia tidak tahan akan perkataan sang Ibunda. Aletta menegakkan kepalanya lalu berdiri.

Hallo, AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang