-Teaser-

15 2 0
                                    

Papa pergi, selama-lamanya. Satu-satunya yang kupunya, hanya Mama. Meski Papa telah pergi, namun aku tetap merasakan hangatnya cinta dari Mama dan juga Papa.

Soal cinta, aku hanya sekedar mengetahui cinta seorang anak terhadap orangtuanya dan juga sebaliknya. Selebihnya tidak. Ya, aku bisa dibilang sangat tidak berpengalaman dalam hal itu. Ditambah lagi, aku sering menangkap hal-hal buruk yang kudengar ketika temanku bercerita kepadaku.

Cinta itu, tak seindah kelihatannya dan kedengarannya. Tak jarang ku dengar terjadinya kekerasan verbal bahkan fisik dalam suatu hubungan. Banyak diantaranya berkata, latar belakang dari kejadian tersebut karena rasa cinta yang berlebih terhadap pasangannya. Bukankah, itu cukup tidak logis untuk dijadikan sebagai alasan?. Rata-rata yang menjadi korban kekerasan itu perempuan, dan banyak di antara mereka yang meski sudah diperlakukan secara tidak baik, namun tetap tidak dapat melepaskan hal buruk itu darinya. Lagi-lagi alasannya karena, cinta.

Menurutku, ini cukup gila. Bukankah cinta itu diwujudkan dalam bentuk saling menjaga satu sama lain? Bukankah dalam suatu hubungan kedua pihak harus sama-sama memiliki peran penting yang sama?. Cerita-cerita di atas membuatku memilih memutuskan untuk fokus dengan cita-citaku terlebih dahulu. Sehingga, selama ini tak ada sekelibat pun pikiranku untuk memulai menjalin hubungan dengan seseorang.

Tepat di umurku yang ke-20, aku dikejutkan oleh diriku sendiri. Aku pribadi pun cukup bingung, bagaimana bisa aku memutuskan hal tersebut dalam waktu yang singkat? Bukankah itu cukup gegabah? Bagaimana jika ke depannya terjadi hal buruk kepadaku?. Sayangnya, pikiran-pikiran tersebut muncul setelah aku memutuskan untuk menerimanya. Gegabah. Satu kata yang menggambarkan diriku saat itu.

Ya, aku sangat mengenal dia, itu yang membuatku memilih untuk menerimanya dan bicara dengannya dalam waktu yang singkat. Karena pada saat itu, aku sangat yakin bahwa jika akhirnya aku bersamanya, bukankah mustahil jika ia melakukan hal-hal buruk kepadaku?.

Betul, dia memang tidak melakukan itu. Prediksiku sangat tepat. Namun, ternyata ada hal buruk lainnya yang ku dapatkan. Aku dibuat buta olehnya, seakan dunia ini hanya ada aku, dia, dan Mama.

Aku melupakan hal-hal kecil yang selama ini terjadi di sekitarku. Aku melupakan sosok penting dalam hidupku. Dia pergi. Dan aku baru menyadari hal itu setelah seminggu lamanya ia menghilang, benar, sebuta itu aku pada hal-hal di sekitarku. Aku bodoh, aku benar-benar bodoh. Aku berusaha mencarinya, namun bukankah sudah terlambat?.

Manusia memang begitu, bukan? Ia hanya dapat melakukan hal yang ia miliki saat itu, kemudian menyadari kesalahannya, lalu menyesal, setelah itu berharap semuanya akan kembali seperti semula. Tidakkah mungkin Tuhan pun akan berkata, dibuang kemana saja waktumu selama ini? Setelah menyesal, meraung-raung, ingin semuanya kembali seperti dulu. Mustahil, bukan?. -RPA-


🦋🦋🦋

Tacenda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang