Pukul 05.00 A.M
Alarm itu terus berdering, namun wanita yang berbaring di atas kasur itu tetap terlelap dalam tidurnya. Wanita tersebut bernama Rayya, artinya harum. Ia merupakan mahasiswa semester 3 yang memiliki banyak sekali kesibukan.
Ia menjadi mahasiswa pada pagi hingga siang hari, sekaligus menjadi pekerja part-time sebagai seorang guru private pada sore hingga jam 8 malam. Setelah itu ia gunakan waktu malamnya untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya sebagai seorang mahasiswa.
Waktu tidurnya termakan banyak karena tugas-tugasnya, sehingga ia sering merasa bahwa ia benar-benar butuh waktu tidur yang lebih. Namun, shalat tetap tidak boleh dilewatkan, bukan?.
Ia memasang alarm setiap 5 menit sekali, alarm tersebut dimulai dari pukul 04.30 pagi, sehingga alarm tersebut akan terus berbunyi dalam 5 menit sekali hingga pukul 05.00. Namun, tetap saja, ia akan terbangun jika alarm tersebut berbunyi pada pukul 05.00.
Matanya terasa sangat berat untuk terbuka, kemudian meraih ponselnya untuk mematikan alarm yang terus berdering itu. Namun, jika ia terus-menerus menunda waktunya untuk bangun, ia akan kehilangan waktunya untuk shalat shubuh.
Ia kemudian membuka matanya dan tangannya mulai meraba-raba mencari ponselnya.
"Ma, mati listrik, ya?", ucapnya begitu, namun tak ada jawaban.
Lampu kamarnya mati, padahal Rayya termasuk orang yang tidak dapat tidur dalam keadaan gelap, karena Rayya cukup takut kegelapan.
Rayya kemudian berjalan perlahan dengan keadaan nyawanya belum sepenuhnya berkumpul. Ia menekan tombol lampu tersebut, ia tekan terus-menerus namun tetap saja tidak menyala.
Ia kemudian keluar dari kamarnya, dan berjalan menuju kamar Mama.
"Ma? Mama masih tidur? Mama lagi di kamar mandi, ya? Hmm tapi nggak ada suara air sama sekali. Ma, aku cari senter dulu, ya."
Ia tutup kembali pintu kamar Mama, kemudian melangkah maju menuju ruang tamu. Perlahan tangannya meraba sebuah sofa yang berada di ruang tamu tersebut. Dengan hati-hati, tangannya mulai meraba letak laci yang berada di tengah-tengah sofa tersebut, kemudian saat ia ingin membuka laci tersebut, tiba-tiba---
DUG!!
"Ma? Mama di mana? Mama gapapa? Sebentar, aku ambil senter dulu ya, Ma."
Jari-jari kecil miliknya mulai meraba satu-persatu barang yang ada di dalam laci tersebut, dan, ya! Ia berhasil mendapatkan senter. Tak perlu menunggu lama-lama lagi, ia tekan tombol senter tersebut, dan---
Saklar listrik dinaikkan kembali, dan listrik pun kembali normal.
"Happy Birthday, Rayya!", riuh suara trompet, balon yang dipecahkan, yang membuat Rayya semakin terkejut.
Satu-persatu dari mereka keluar dari tempat persembunyiannya, ada Mama yang tepat berada di bawah meja makan, ada Nadhif dan Mella yang berada di belakang rak buku.
Rayya tersenyum, air matanya mulai terlihat menggenang di kelopak matanya. Kemudian, ia menghampiri Mama, dan memeluknya.
"Mama. I love you, Ma.", ucapnya.
"Mella, Nadhif, makasih yaa. Aku bahkan lupa kalo hari ini ulang tahunku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
Teen Fiction"Merahasiakan semuanya memang bukan satu-satunya pilihan yang dapat dipilih. Namun, menjaganya agar tetap menjadi sebuah rahasia, bagiku, merupakan keputusan paling baik yang harus kupilih." Anonymous. "Mempercayai takdir memang bukan hal yang menj...