Dilema

112 25 4
                                    

“Apakah mencintaimu perlu rumus? Jika iya, jelaskan padaku!”

🕊🕊🕊

Kling... (Notifikasi pesan masuk)

Ternyata pesan dari adikku, Aji. “Mas! Hanna besok ulang tahun.”

Aku kaget saat membaca pesan Aji, aku terdiam dan tidak langsung membalas pesannya. 

“Kenapa Ji?” Ku layangkan Message balasanku.

“Ya, Mas tidak mau kasih dia kejutan gitu?”

“Buat apa? Mas kan masih belum sah jadi suaminya, nunggu pas sudah sah lah, InsyaAllah.”

“Cie cie, yang udah mulai bisa menerima Hanna nie ye...” Aku tidak membalas pesan Aji sebab jika tetap aku balas, dia akan terus membahas Hanna. 

Aku matikan data seluler, hp ku letakkan di atas meja. Segera kuraih kitab yang hendak aku sampaikan buat kajian Ba’da dzuhur. 

*Ba’da: Setelah

Kitab kupegang dengan posisi diri menghadap kiblat, duduk di atas meja belajar adalah hal yang sejatinya bisa membuatku ingat masa kecil dan masa depan.

Teringat masa kecil saat untuk belajar saja aku harus dipaksa Umi, dan untuk masa depan, aku belajar salah satu tujuanku untuk bekal menghadapi masa depan yang mungkin kondisinya sudah tidak akan sama dengan masa sekarang. 

***

Pov: Hanna

Ruang tamu adalah tempat favorite ku bersama ibu, aku sangat suka saat-saat yang seperti ini, aku baring di pangkuan ibu, ibu membelai rambutku, dan kami membahas tentang sesuatu. Terkadang yang dibahas adalah yang aku sendiri belum pernah terpikir ke arah sana, tugas istri mungkin. Aku hanya selalu mengikuti kajian mengenai akhlak istri terhadap suami, tapi untuk mempraktikkan, aku belum terlintas untuk melakukan. 

“Hanna!” 

“Iya Bu,” jawabku sambil lalu beranjak dari baringku. 

“Nanti kamu akan ikut suamimu, jaga baik-baik perasaan suamimu, saat itulah kamu di uji untuk bisa menerapkan semua ilmu yang kamu peroleh di pesantren.”

“Bu, bolehkah Hanna jujur pada ibu?” Air mataku tiba-tiba mengantung. 

“Boleh, Nak. Kenapa tidak?”


“Hanna tidak mencintai Gus Ans.” Aku menunduk, air mata itu jatuh. 

“Kenapa, Nak? Apakah sebelum gus Ans melamarmu, ada orang lain yang ingin serius padamu?”

Aku hanya terdiam, aku bingung harus menjawab apa. Jika aku jawab gus Aji, tentu Ibu tidak akan percaya padaku. gus Aji kemarin mengantarkan gus Ans untuk melamarku, berarti gus Aji sudah tidak ada perasaan apa-apa padaku. 

“Tidak,” jawabku pelan sembari menggeleng dan mengusap rintik dari mataku.

“Jika demikian, apa yang kamu beratkan? Menikah itu tidak semua harus berlandaskan cinta, tugasmu adalah menerima semua kelebihan dan kekurangan suamimu. Patuh pada semua titah suami, surgamu ada padanya.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Uhibbuk!! Gus[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang