Prolog

30 1 0
                                    

Happy reading guys...

Agustus, 2019

Minggu kedua Agustus –malam sabtu tergelap yang tidak pernah seorang Sierra Wingkan lupakan. Menjadi siswi kelas 12 telah membuat rutinitasnya pada tahun itu menjadi bertambah. Selepas dari jam tambahan di sekolahnya, Sierra segera menuju ke Inten –salah satu bimbel paling terkenal di daerah Fatmawati. Selain bimbel akademik yang dijalaninya setiap hari, Sierra juga aktif menghadiri les piano dan biola yang dihadirinya tiap weekend. Tahun 2019 telah menjadi tahun tersibuknya selama tiga tahun belakangan.

Kelas terakhirnya di Inten berakhir pada pukul 8 malam, tetapi Sierra selalu pulang di atas jam 9 malam entah hanya untuk mengerjakan PR dari kelas bimbelnya atau sekedar review materi pada hari itu. Semua tutor dan staff Inten sudah tidak asing denga Sierra dan teman-teman sebimbelnya yang memang selalu memilih untuk stay lebih lama setelah kelas berakhir. "Biasalah anak ambis," begitulah kira-kira kata mereka.

Sama halnya pula malam sabtu itu, Sierra dengan dijemput supir pribadinya baru meninggalkan Inten pukul 9 lebih 15 menit. Malam itu agak berbeda dari malam sebelumnya, hujan deras yang disertas angin dan petir telah membuat mobil-mobil di jalan melaju dengan perlahan hingga menyebabkan macet berkepanjangan di depan sana entah karena apa. Sayangnya rutinitas Sierra hari itu telah membuat badannya sangat lelah dan tidak sabar dengan mecet yang tak kunjung berakhir.

"Pak, ini macetnya masih berapa kilo lagi sih? Udah 10 menit loh kita stuck nggak jalan-jalan," ujarnya dengan kesal

"Kalau di Google map masih sekitar 5 kilo lagi, Non."

"Duh..., udah pasti lama banget dong ini. Bisa-bisa nyampe rumah jam 12 dong, Pak."

"Kalau lewat jalan alternatif gimana, Non? Tapi jalannya agak gelap terus sepi gitu," saran Pak Rudi sambil menengok ke arah belakang.

"Nggak papa deh, Pak yang penting gak kemaleman sampe rumah. Aku udah capek banget ini. Emang mau lewat mana sih, Pak?"

"Lewat belokan yang di samping makam itu, masih 200 meter lagi tapi, Non." Sierra mengangguk diam, jemarinya dengan lincah menggulir screen handphone sambil memilih lagu di playlist favoritnya. Dengan ditemani hujan dan musik klasik yang mengalun indah dari airpods-nya Sierra berlanjut ngantuk dan tertidur.

Sierra terbangun ketika mobilnya baru saja melewati makam. Sambil melepaskan airpods-nya yang masih mengalunkan Für Elise dari Beethoven, Sierra bertanya kembali pada Pak Rudi, "Masih lama nyampenya ya, Pak?"

"Eh udah bangun, Non. Iya nih masih lama. Non Sierra lanjut tidur lagi aja, nanti kalu udah sampe Bapak bangunin."

"Enggak deh, Pak. Ngantuknya udah ilang hehe, aku nemein Bapak aja."

Tak lama kemudian Sierra mendapati mobil BMW hitam metalik keluaran seri terbaru yang terparkir aneh di depan sana. Hujan yang masih turun dengan derasnya membuat ia tidak dapat meilihat jelas apa yang terjadi pada mobil mewah tersebut.

"Pak... Pak... lihat deh kok mobil di depan parkirnya aneh ya. Apa jangan-jangan kecelakaan?" Tanya Sierra sambal mencondongkan badan ke depan.

"Eh iya, Non kayanya kecelakaan tunggal deh."

Rasa penasaran pun membuat Pak Rudi menghentikan mobilnya untuk mengecek keadaan mobil mewah yang sepertinya menabrak pohon beringin tersebut. Pak Rudi lalu turun dari mobil dan mengetuk jendela mobil. Beberapa menit kemudian masih tidak ada respon dari dalam hingga membuat Pak Rudi membuka pintu supir. Terkejut Pak Rudi, ia mendapati seorang lelaki muda yang sudah pingsan di dalam mobil. Dengan kepanikannya Pak Rudi segera masuk ke dalam mobil kembali dan memaggil Sierra, "Non, beneran mobil kecelakaan, masih ada korbannya di dalem. Gimana nih, Non?"

"Loh kok nanya gimana sih, Pak, ya ditolonglah!" Sierra yang panik juga tanpa sadar membentak Pak Rudi dan segera turun dari mobil tanpa memedulikan hujan yang mengguyur deras dan membasahi seragam sekolahnya. 

"Pak Rudi, ini aku telfon ambulance ya terus Bapak telfon kantor polisi. Nanti biar aku yang urus dulu ke RS, bapak tunggu polisi aja di sini sambal jaga mobil ya, Pak. Nanti kalu polisi udah sampe, Bapak bisa jemput aku ke RS." Perintah Sierra segera dilaksanakan Pak Rudi, hingga tak lama kemudia ambulance datang dan membopong korban dalam mobil mewah itu. Sierra yang hanya berbekal handphone dan dompet serta handphone milik korban yang sudah mati total itu segera masuk ke dalam ambulance.

***

Pemeriksaan dokter berlangsung cepat, korban hanya mengalami syok dan luka rirngan di dahi. Beruntung lelaki itu memakai mobil dengan tingkat keamanan yang tinggi jadi kecelakaan tadi tidak membahayakan nyawanya. Setengah jam kemudian Pak Rudi dengan didampingi dua orang polisi masuk ke dalam IGD. Salah seorang polisi segera menghampiri dokter di meja jaganya dan salah seorang lainnya langsung menghapiri Sierra untuk dimintai keterangan sebagai saksi.

Lima belas menit kemudian kedua polisi tadi segera keluar dari IGD sambal membawa handphone sebagai barang bukti. Kedua polisi tadi sepertinya sedang berusaha menghubungi keluarga korban melalui handphone yang sudah mati itu. Genap satu jam kemudian ketika Sierra akan pulang, gadis itu mendengar suara erangan yang sedikit serak dari arah belakangnya. Lelaki yang menjadi korban kecelakaan itu ternyata bangun, matanya berkeliling mengamati seluruh ruangan dan masih tampak agak bingung.

"Lo di rumah sakit sekarang, tadi gue nemuin mobil lo udah nabrak pohon beringin dan lo pingsan jadi langsung gue bawa ke sini."

Lelaki itu tidak bersuara, matanya menatap Sierra dengan tajam tapi seperti kosong. Lelaki yang belum Sierra ketahui namanya itu sedang mencerna semuanya dan bagaimana malam ini tiba-tiba menjadi sangat sial baginya. Untunglah kesadarannya lekas kembali, "Aaah iya, thanks banget udah nolong gue."

"By the way handphone lo ada di polisi ya, mereka ada di luar. Kayanya sih lagi ngehubungin keluarga lo. Oh ya kepala lo nggak papa kan? Atau kerasa pusing gitu? Biar gue panggilin suster sekalian."

"Nggak kok, semuanya aman nggak ada yang sakit," ujar si lelaki tanpa nama sambil menatap lekat netra Siera.

"Syukur deh. Semoga lo cepet sembuh yaa, gue kayanya harus balik sekarang deh, udah mau tengah malam soalnya nggak enak sama orang rumah. Byee," ujar Sierra seraya tersenyum. Ia beranjak pergi dari sana

Lelaki itu tanpa sadar ikut tersenyum dan mencegah Sierra, "Wait, tunggu dulu. Nama lo... siapa?"

"Sierra... Sierra Wingkan," jawabnya seraya melenggang pergi dengan Pak Rudi yang mengekorinya.

***

Thanks for all the readers. Mohon dimaklumi ya kalo ada typo di sana-sini. Silakan like, komen, dan kritik sesuka hati asal dengan bahasa yang baik, owkeyy. Sampai ketemu di part selanjutnya gaiss :))

OBSESIFWhere stories live. Discover now