chapter 1 : Karma

3 0 0
                                    

Happy Watching 🤗

Siang yang cukup panas dikala itu. Terik matahari membuat keringat para murid di SMA Trimurti mulai mengucur deras. Ekskul Pramuka yang mengharuskan setiap siswa siswi kelas X untuk mengikuti kegiatan tersebut tanpa terkecuali walau tetap ada saja yang nekat kabur.

Para siswa siswi kelas X kala itu sedang dalam posisi melingkar di tengah halaman sekolah untuk mengikuti kegiatan pramuka rutin. Seorang kakak kelas XII yang menjadi pemandu saat itu berada ditengah-tengah lingkaran dan mulai memandu jalannya kegiatan yaitu permainan.

Kegiatan pertama diawali pemberitahuan mengenai siapa saja yang belum mengumpulkan barang- barang keperluan kemah dikarenakan minggu depan ada kemah penerimaan tamu ambalan.

Felisya Putri Malika X IPA 2 belum mengumpulkan kayu bakar,mi instan, bulpen dan buku ujar kakak kelas XII itu.

Mendengar nama temannya ikut disebut dalam daftar murid yang belum mengumpulkan barang untuk kemah, sontak aliya langsung menoleh dan menyenggol temannya dengan keras.

'heh lo belum ngumpulin semua barang yang disuruh ?" ujar Aliya dengan ekspresi tak percaya dan mata melotot serta mulut menganga .

"belom, nggak ada duit buat belinya jawab feli dengan malas"

"bisa-bisa nya lo belom ngumpulin,padahal udah dikasih waktu seminggu buat ngupulin fel. Lo selama ini ngapain aja? Kan bisa belinya yang murah-murah gitu. Misal beli pulpennya yang seribuan yang warna-warni itu loh. Terus bukunya beli yang buram yang harga seribuan isi 32 lembar juga bisa kan? Kalo masalah mi instan itu kan tinggal nyomot punya mama lo kan juga bisa. Nah kalo kayu bakar dirumah gua ada banyak tinggal ngambil dibelakang rumah. Kenapa lo nggak nanya sih Fel" jelas Aliya panjang kali lebar kali sisi.

Feli sudah menduga kalo sahabatnya itu akan menceramahinya panjang lebar. Kupingnya sampai panas mendengar ocehan Aliya yang panjangnya macam jalan anyer sampai panarukan. Jujur ia sangat malas dengan kegiatan pramuka apalagi sekolah. Karena sudah stres dan pusing akhirnya ia menyeletuk.

"Mas nafkahin aku dong, buat beli barang-barang kemah" gumamnya random pada kakak kelas XII yang bahkan tidak dia kenal namanya.

Aliya pun hanya memutar matanya melihat tingkah temannya yang makin ngawur dan tidak jelas. Butuh senter nih anak biar otaknya terang dan bisa ada motivasi disekolah.

Permainan pun berlanjut dan kakak kelas XII itupun menjadi pusat perhatian karena menjadi pemandu kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan.

Setelah permainan, ada pengecekan bagi siswa-siswi yang tidak SPL (Seragam Pramuka Lengkap). Bagi yang tidak SPL, maka akan bersiap di eksekusi oleh kakak-kakak dewan yang lain. Kebetulan yang sebenarnya sudah menjadi kebiasaan,feli terciduk tidak SPL karena tidak memakai sepatu hitam pada hari itu.

Aliya hanya dapat mengelus dada saat temannya dibariskan menghadap bendera karena di hukum tidak SPL. Sementara Feli, tak usah ditanya. Dia bahkan dengan suka rela dihukum ditengah teriknya sinar matahari.

Ditengah-tengah hukuman berlangsung, seorang kakak dewan perempuan mulai mencatat siapa saja yang tidak SPL. Tanpa Feli sadari kakak dewan yang tadi memimpin permainan ternyata bertugas mendisiplinkan anak-anak yang tidak SPL. Mereka dihukum untuk membersihkan sampah disekitaran sekolah.

Setelah selesai dihukum Feli kembali ke kelas dan duduk disamping Aliya.

"Tadi dihukum apa?" Tanya Aliya sambil menyenggol feli.

"Mungutin sampah" jawab Feli malas

"Untung nggak disuruh lari muterin lapangan", sahut Aliya lega

"Hm" jawab feli berdehem.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Feli menjadi anak yang pemalas dan sering dihukum. Ia hanya agak kecewa karena tidak diterima di SMA favorit yang dia inginkan. Makanya ia cukup malas untuk bersekolah.

Tak beda jauh dengan Aliya, ia juga tidak diterima di SMA yang ia inginkan. Bedanya Aliya adalah tipe yang agak bodo amat dan pasrah terima apa adanya. Maka dari itu mereka memutuskan untuk mendaftar disekolah yang sama didekat rumah mereka, bahkan tanpa memberitahu kedua orang tua mereka. Alhasil dikarenakan pendaftaran disekolah sekolah sudah ditutup, kedua orang tua mereka pun setuju.

Awalnya saat pembagian kelas, Feli dan Aliya tidak satu kelas. Feli dikelas X IPS 2 sedangkan Aliya di kelas X IPA 2. Namun mereka diberitahu oleh kakak kelas osis bahwa mereka bisa bertukar kelas dengan murid dikelas lain.

Akhirnya dengan mencoba cara itu, mereka akhirnya bisa satu kelas di kelas X IPA 2 tercinta. Kelas yang berisi manusia-manusia dari berbagai suku dan berbagai sifat. Anehnya mereka merasa teman-teman sekelasnya sangat baik dan sangat toleransi satu sama lain. Berbeda dengan saat mereka SMP dulu. Oh iya Feli dan Aliya dulu juga satu sekolah bahkan satu kelas.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RenggangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang