Candor

584 102 62
                                    

Mendung menggelapkan langit sore. Angin kencang bertiup tanpa jeda. Kulihat daun-daun berjatuhan karena angin menerpa mereka dengan kuat. Pasti sebentar lagi akan hujan. Sesuai dengan ramalan cuaca yang aku lihat di berita pagi tadi.

Aku mengeratkan jaketku karena angin bertiup semakin kencang. Seharusnya tadi aku memakai jaket yang lebih tebal. Tapi, dari pada tidak memakai jaket, ini jauh lebih baik.

"Ah! Hujan!"

Seruanmu membuatku berhenti mengamati parasmu. Dengan sigap aku membuka payung yang sudah kutenteng di tangan kiriku. Melindungimu supaya tidak kehujanan. Bisa-bisa kau sakit kalau kehujanan. Aku tidak mau itu terjadi.

"Hina!"

Seketika kau menoleh setelah mendengar suara seorang pemuda memanggil nama seorang gadis. Raut wajahmu memburuk. Kesan ceria yang selalu aku lihat setiap memandangimu kini sirna. Hanya ada wajah dengan raut sedih dan tidak suka.

Tak jauh di depan, seorang gadis berambut oranye berlari menghampiri seorang pemuda pirang yang memanggil tadi memanggil nama. Dia ikut berlindung dibawah payung yang dipakai oleh pemuda itu.

Hina dan Takemichi. Pasangan yang selalu terlihat mabuk cinta di mataku.

"Yuzuha-chan, Mitsuya-kun! Kami pergi dulu!"

Takemichi berteriak pada kita. Sembari melambaikan tangan dengan gaya khasnya yang ceria juga menampilkan senyuman secerah mentari pagi.

"Sampai jumpa besok!"

Hina turut berteriak pada kita. Senyumnya tak kalah cerah dengan Takemichi. Mereka benar-benar pasangan yang kompak.

"Sampai jumpa!" balasku pada mereka sambil melambaikan satu tangan. Tak lupa mengulas senyum tipis.

Tidak sepertiku, kau terus membisu. Respon yang kau berikan pada mereka hanya senyum tipis yang di mataku terlihat sangat dipaksakan.

Meski tak mengucapkan apapun padaku, aku tahu apa yang kau rasakan.

Kau cemburu kan, Yuzuha?

"Ayo pulang, Takashi!"

Setelah beberapa menit berlalu dan hujan semakin deras, akhirnya kau bersuara. Mengajakku pulang.

Diam-diam aku tersenyum karena mendengar suaramu. Jantungku pun berdetak semakin cepat. Seiring dengan panas yang merambat di kedua pipiku.

Ah, aku memang sangat aneh. Hanya mendengar suaramu saja bisa jadi sekacau ini.

"Ayo!"

Kita berdua akhirnya keluar dari bangunan sekolah. Berjalan di tengah lebatnya hujan yang turun. Langkah kaki kita tidak cepat, bahkan cenderung lambat. Akibatnya tubuh kita yang berada di bagian bawah ujung payung menjadi basah lebih cepat. Namun, baik kau atau pun aku tidak ada yang berbicara untuk mempercepat langkah.

Aku tentu saja tidak akan memintamu untuk mempercepat langkah. Tidak akan. Selama aku bisa bersamamu lebih lama, hujan ini tidak akan menjadi masalah.

Tapi, apa alasanmu berjalan selambat ini? Apa kau juga ingin lebih lama bersamaku?

"Maaf merepotkanmu."

Aku mendengus. Sudah kuduga kau akan bilang begitu tetapi tidak kusangka secepat ini. Kita bahkan masih bisa melihat gedung sekolah jika menoleh ke belakang.

"Tidak merepotkan. Lagi pula rumah kita bersebelahan, Yuzuha."

Senyum manismu timbul. Membuat wajahmu yang sedari tadi masam terlihat jauh lebih baik.

"Beruntung sekali aku punya tetangga sepertimu," ucapmu sambil memukul lenganku pelan.

Aku tersenyum. Entah untuk keberapa kalinya setelah bertemu tanpa sengaja denganmu di depan loker sepatu tadi.

𝐂𝐀𝐍𝐃𝐎𝐑 ✦ ᴍɪᴛsᴜᴢᴜʜᴀ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang