━ 3

181 31 9
                                    

KRING

Kami berempat maksudku aku, Bianca, Millie, dan Sadie berjalan menuju kantin sekolah.

Kami mengantri berdesakan. Giliranku tiba, aku hanya membeli air putih dan roti abon sapi.

Aku sengaja membeli roti karena aku sedang menabung.

Aku duduk di sebelah Bianca. Mereka bertiga saling bercengkerama, kecuali aku diam fokus memakan roti.

"(Name) diem-diem bae" kata Sadie lanjut makan. Aku hanya tertawa kecil.

"Kalo dah deket banget, ga waras otaknya" ujar Bianca.

Aku menepuk lengan Bianca, ia meringis pelan.

"Anak monyet kau ya" ejekku.

Kami pun tertawa. Sontak seisi kantin menjerit, aku membalik badan penasaran.

"Astaga mereka dateng! Mereka dateng!"

"Ganteng nya mereka"

"Makan sambil cuci mata, sedap"

"Eits bagi dua"

Ternyata mereka menjerit karena ada geng laki-laki yang disitu juga ada Noah.

Terkenalkah mereka?

Aku kembali membali badan dan menyenggol lengan Bianca. "Itu siapa?" Tanyaku.

"Biasa anak cowo" jawab Bianca, lalu meneguk air minumnya "Dia temen kita juga"

DRETT

Aku mengeluarkan handphone, ada pesan dari mama.

Ibu Negara ♡

Ibu negara ♡
: pulang sekolah langsung ke rumah sakit.

You
: hah? Mama sakit?

Ibu Negara ♡
: gak, intinya dateng aja. Bawa bianca sekalian

You
: 👍🏻

Aku menaruh handphoneku kembali, aku penasaran mama menyuruhku untuk ke rumah sakit, bawa Bianca juga.

Aneh.

"Halo (name)" sapa Noah.

Lamunanku membuyar. Aku menoleh dan mendongak. "Hai noah" sapaku balik.

"Gw finn wolfhard"

"Gw wyatt oleff"

"Gw jaeden martell"

Aku hanya tersenyum. Mereka duduk di meja kami. Mereka mengajakku untuk mengobrol.

Kami sedang membahas film-film dan yang lainnya. Mereka orangnya asik juga, tidak seperti dugaanku.

・ ・ ・

Sepulang sekolah.

Aku dan Bianca berpamitan dengan Millie dan Sadie. Kami berdua berjalan menuju parkiran.

Sontak ada seorang perempuan bersama ketiga temannya sedang berselfie-ria di depan mobilku.

Aku mengernyit, dia mau ngapain.

"Anak baru!" Ketus perempuan itu "Fotoin dong"

Aku mengambil foto menggunakan handphonenya. Jujur rasanya ingin sekali banting handphone miliknya.

Sudah sombong, gak tau diri lagi.

Dia mengambil paksa handphonenya. Aku memutar bola mata dan merogoh isi tas mencari kunci mobil.

Aku menyalakan mobil, ketiganya tercengang. Aku terkikik melihat reaksi mereka.

"Bi, lo yang bawa" kataku, lalu melempar kunci mobil ke Bianca.

Kami bertukar posisi. "Woi minggir" seru Bianca.

Ketiganya pun menghindar.

Bianca menjalankan mobil. Kami tertawa puas.

・ ・ ・

"Hai ma (name) sama bianca udah di rumah sakit"

"Kalo gitu kami ke lantai tiga terus ke kanan"

"Oke"

Aku matikan telfon. "Disuruh ke lantai tiga" Bianca manggut-manggut.

Kami menaiki lift.

Ketika lift terbuka, kami belok ke kanan. Disana ada mama dan tante Lisha, mama Bianca.

"Halo tante" sapaku seraya bersalaman, sedangkan Bianca mengecup pipi mamanya.

"Mama kok gak dicium" ujar mama, aku hanya cengengesan, lalu mengecup pipi mama.

"Pasien (name) vanya" panggil seorang perawat.

Kami semua masuk ke dalam ruangan. Mama dan tante Lisha duduk di kursi, sedangkan aku dan Bianca berdiri.

"Siapa disini yang namanya (name) vanya?" Tanya dokter.

Aku mengangkat tangan kecil.

"Silahkan tidur disana" perawat mengarahkanku untuk tidur di kasur.

Dokter menghampiri dan mengecek detak jantungku.

"Ms Vanya udah makan?" Tanya dokter. Aku mengangguk.

"Ms Vanya relax saja ya" Aku menghela nafas dan menutup mata.

1 jam kemudian

"Silahkan buka mata"

aku membuka mata, penglihatanku jadi lebih cerah dari sebelumnya. Namun itu hanya sementara.

"Bianca, (name).. keluar dulu ya" gumam tante Lisha.

Kami mengangguk, kemudian keluar dari ruangan.

・ ・ ・

don't forget to hit that
-vote and comment

𝗔𝗟𝗪𝗔𝗬𝗦 & 𝗙𝗢𝗥𝗘𝗩𝗘𝗥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang