Chapter #3 - Memorial.

685 71 10
                                    

Kapten Levi belum juga kembali dari evakuasi-nya. Mikasa menatap langit yang sudah semakin gelap, sepertinya ia sudah diam sangat lama di Stohess. Di dalam lubuk hatinya, ia sangat khawatir dengan keadaan kapten-nya.

"Biarkan dirimu berpikir, Mikasa. Buatlah keputusan yang tepat saat ini," ucap Mikasa sambil memejamkan matanya. Ia cukup plin plan apakah ia akan pergi untuk mencari Levi, atau menunggu disana sampai Levi datang.

Tiba-tiba, Mikasa menaikki kudanya, dan mengendarainya dengan sangat tegas. Ia membuat keputusan yang menurutnya adalah keputusan yang tepat, yaitu mencari Levi.

Mikasa cukup kesulitan dengan jarak pandangnya dimana ia sulit melihat jalanan yang sangat gelap, tidak ada penerangan. Menggunakan senter pun sepertinya tidak akan berpengaruh karena kurangnya bahan bakar.

Mikasa mengelilingi tembok Sina selama 3 jam. Namun, ia tidak menemukan tempat keberadaan Levi. Tanpa rasa lelah, ia tidak menyerah untuk mencari keberadaan kaptennya itu. Dapat diperkirakan bahwa Mikasa memulai perjalanannya pada jam 18.00-21.00.

Kini, Mikasa berada di pusat Sina, tepatnya dibagian ibu kota. Ia menembakkan suar hijau ke arah langit, berharap Levi melihatnya dan menghampirinya. Namun, nihil.

Mikasa mulai kelelahan dan merintikkan air mata-nya. Apakah ini adalah akhir baginya? Bahwa ia harus bertahan hidup sendiri? Ia menatap tanah --tempat dimana ia pijaki-- dan mulai menyadari bahwa tanah yang ia pijaki terdapat jejak kaki kuda. Jejak kaki kuda miliknya.

"Jika kudaku memiliki jejak, maka jejak kaki kuda milik kapten pun sama..." pikir Mikasa.

Lekas Mikasa turun dari kudanya, melihat sekeliling apakah ada jejak kaki kuda lain, selain miliknya? Mikasa mengambil senter yang ada di tasnya meskipun bahan bakar nya sudah mulai habis. Ia memukul-mukul senter tersebut, dan akhirnya senter tersebut menyala.

Mikasa menghembuskan nafasnya bahagia. Ia menemukan jejak kuda, yang sepertinya bisa ia asumsikan bahwa jejak itu milik Levi. Namun, ia kembali murung bahwa jejak yang ia temukan juga terdapat di beberapa tempat --Utara, Selatan, Timur, Barat--

"Berpikirlah, Mikasa! Kamu harus bisa menemukan keberadaan pria kerdil itu," ucap Mikasa sambil memejamkan matanya. Lalu ia melihat sekelilingnya. "Jarak paling dekat dari Sina menuju Stohess adalah ke arah timur. Apakah ia pergi kesana?" Mikasa membalikkan kepala-nya ke arah timur.

Pikirannya pun dilanda kebingungan, apa yang akan terjadi jika ia salah menebak keberadaannya? Namun, ia membulatkan tekadnya. Berpikir tanpa bertindak tidak akan menghasilkan apa-apa. Segera ia menaikki kudanya, dan berlaju dengan kecepatan yang sangat cepat menuju timur dari Sina.

Perjalanan Mikasa menghabiskan waktu hampir 2 jam, sampai akhirnya ia dilanda kebingungan lagi. Langit sudah sangat gelap dan ia tidak bisa melihat apa-apa. Senter yang ia gunakan tadi sepertinya penerangan terakhir yang sudah ia pakai. Mikasa kehilangan gairahnya lagi, dan ia mulai menyerah.

Mikasa ingin memberhentikan perjalanannya, dan mengikhlaskan keberadaan Levi. Karena ia sudah mencari Levi selama 5 jam lamanya tetapi usahanya sia-sia.

Namun, matanya dibulatkan dengan kedatangan kuda yang tiba-tiba datang padanya. Itu kuda siapa? Ia langsung turun dari kudanya, dan menangkap kuda itu. Lalu menenangkan nya. "Hey! Kuda yang manis! Kali ini kau aman bersamaku. Apa yang membuatmu kemari?" ucap Mikasa sambil mengelus-elus kepala kuda tersebut.

Kuda tersebut langsung berlari kembali ke arah timur. Mikasa yang menyadari hal itupun langsung menaikki kudanya, dan mengikuti kuda itu. Perjalanan yang menghabiskan waktu 30 menit bersama kuda liar ini sepertinya membuahkan hasil. Ia melihat ada seseorang tergeletak dibawah tanah dengan jubah Survey Corps.

The End Of The World (RivaMika) 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang