your voice

1.1K 182 29
                                    

"Ck, apalagi sih Baji-san?!"

Lelaki bersurai pirang itu-Chifuyu-berdecak kesal. Ini sudah kesekian kalinya ia mendengar suara dering dari telepon miliknya itu.

Bisa Chifuyu hitung, ini sudah sembilan- tidak, sebelas kalinya kekasihnya itu menelponnya untuk membicarakan hal yang tidak penting. Mulai dari pertanyaan biasa seperti apakah ia sudah makan atau belum sampai pertanyaan yang agak aneh seperti apakah atap rumahnya bocor atau tidak.

Chifuyu sebal, Chifuyu kesal!

Ia lantas mengambil ponselnya, lalu menekan tombol untuk menjawab panggilan itu. Dilayar, terlihat ada nama Baji-san dan simbol hati disebelahnya.

"Ada apa Baji-san?" Dengan agak kesal ia akhirnya lebih dulu bertanya. Suara disebrang telepon tampak hening untuk sesaat, sebelum suara berat kesukaannya itu memasuki indra pendengaran Chifuyu.

"Chifuyu, jangan lupa makan siang ya, awas nanti sakit. Kalau kau sakit, nanti akan kupukul si Takemichi." Suara disebrang telepon itu menjawab. Namun, Chifuyu sangat kesal dibuatnya.

"Kau menelpon hanya untuk itu?? Dan kenapa kau mau memukul Takemichi?!" Chifuyu sedikit berteriak. Kesabarannya hampir habis.

"Ups, maaf."

Lelaki bermarga Matsuno itu untuk sekali lagi, menghela nafasnya. "Kalau mau bertanya hal itu, lewat sms juga bisa kan? Dan please jangan pukul Takemichi. Kasihan dia." Ujar Chifuyu dengan suara yang tampak lelah. Baji, yang disebrang sana akhirnya menyadari hal itu.

"Maaf ya Chifuyu. Haah.. Sebenarnya aku hanya ingin mendengar suaramu. Aku merindukanmu."

Deg!

Jantung milik Chifuyu mendadak berdetak dengan cepat. Rona kemerahan tak bisa ia sembunyikan dari wajah manisnya. Dengan sedikit malu-malu, ia bertanya, "Jadi Baji-san menelponku sebelas kali hanya untuk.. mendengar suaraku..?"

Baji terkekeh tanpa dosa.

"Menurutmu?"

Chifuyu yang masih berdiri mematung itu tak bisa menahan senyumannya. Mungkin, kali ini ia akan memaafkan Baji.

"Yasudah tutup teleponnya sekarang, aku harus makan. Baji-san juga, jangan lupa makan ya." Chifuyu berkata dengan lembut, melupakan rasa kesalnya tadi terhadap Baji. Memang, ia tak akan bisa pernah marah kepada lelaki itu. Ia terlalu mencintainya.

"Okay dear. See you tomorrow at school, love you."

Chifuyu merona sekali lagi. Kali ini ia berkata dengan nada yang lirih, namun Baji bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

"Um. Love you too, Baji-san."

- fin -

.

.

.

- o m a k e -

"Baji-san.. kau tidak jadi memukul Takemichi kan?"

"Ha? ....tidak."

"Oke, itu bagus."

"Tapi kalau kau benar-benar sakit, aku tak segan untuk memukul setiap orang yang ada dihadapanku."

"...yang benar saja."

.

.

.

Based on prompt:

Based on prompt:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
sweetness. | bajifuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang