Akhir Cinta Mania

25 4 2
                                        

Lelaki yang berjalan di jalan takdir

Memerlukan pelukan

Sebagai rumahnya

Aku tak tahu bagaimana bentuk rapat dewan namun ini adalah bentuk kecilnya.

Jam di arah angka dua, masing-masing dari kita menatap satu sama lain. Ada yang mengantuk, ada yang lapar dan ada pula yang memiliki kepentingan pribadi. Persis seperti rapat dewan kan?

Para dewan ini ku yakin menatapku dengan maksud yang berbeda-beda. Ya memang masuk akal sih, anggap saja aku terduga dari rapat ini, seakan mereka memutuskan untuk membakarku hidup-hidup atau memasukanku pada kuah indomie. Intinya mereka semua berkumpul disini atas satu alasan: aku.

"Heh bangsat, liat kelakuan maneh! Si Aureli sampe ngurung diri di kamar. Om aing terus-terusan nanya kenapa ke aing. Aing jadi kena dampaknya bajingan!" Dino memulai rapat ini dengan umpatan

Iya, rapat ini perihal aku, Aureli dan kejadian kemarin. Rapat dewan ini berlangsung di kosanku. Para dewan yang berkumpul adalah: Aceng, Dino, Dimas dan Risa. Adit dan Aceng entah kemana.

"Hey, tenang-tenang. Gausah teriak-teriak. Ini udah malem. Nanti di marahin mas Anto." Risa menenangkan

"Tau gini gaakan diajak ke ulang tahun waktu itu, biar gausah ada kejadian-kejadian kayak gini. Bikin susah aja!"

Dino sangat emosi di rapat kali ini, wajar bahwa Aureli yang notabene adalah saudarinya menjadi korban dari seorang lelaki yang tidak bertanggung jawab, yaitu aku.

"Iya tenang gausah pake emosi bisa ga? Diobrolin biasa aja" lagi-lagi Risa berusaha menenangkan

"Maneh juga ya! Terus aja belain! Disini dia yang salah"

Aceng yang sedari tadi tiduran di kasurku sambil meroko tiba-tiba berdiri, menghampiri Dino dan berkata:

"Siniin itu asbak dibelakang lo"

Hanya itu kata-katanya

"Respon dong, kita ngumpul disini tuh buat nyeselesain masalah yang Surya buat" Kata Dino sambil memberinya asbak.

"Iya tau gua, tapi ini nanti abu rokok kemana-mana kalau gaada asbak"

Lagi, hanya itu kata-katanya

Jelas-jelas Dino makin geram

"Gini ya, kalian mungkin ga tau apa yang udah diperbuat si brengsek ini. Dia pertama ngedeketin Aureli, sodara aing, terus dia ngilang gitu aja. Pas si Aureli dapet kabar, malah dia lagi jalan sama mbak Rita. Kan anjing."

"Belum lagi pas Aureli udah nyamperin dia buat minta kejelasan, si brengsek ini malah ngusir Aureli. Mikir jing, malem-malem itu. Dia pergi sendiri kesini, ga bilang-bilang sama sopir. Tolol sumpah."

"Untung dia nelepon aing. Kalau kenapa-kenapa sebelum ketemu aing gimana anjing. Sodara aing itu!"

Hening

Semua anggota dewan cukup kaget, karena Dino sebelumnya belum pernah meledak sedahsyat ini. Kecuali Dimas yang berucap:

"Sur, maneh punya mie? laper"

Semau mata langsung tertuju pada Dimas, tentunya mata Dino memelototinya

"SIA HEREUY GOBLOG?" Dino sudah kepalang emosi

"Kasar ih, kaleum keun lur! Mending sekarang kita semua ngeroko dulu sambil ngopi. Biar adem suasana" kata Aceng seraya beranjak kembali naik ke kasur

"Iya, gaakan beres kalau maneh emosi terus. Pun si Surya ngelakuin semua yang maneh sebutin tadi, aing yakin kok dia punya alesan" tambah Risa

"Terus, terus aja belain"

"Lagian maneh tau kan sifat Aureli kayak gimana, diawal ada niatan kan dari maneh buat jodoh-jodohin. Seengganya sadar diri juga kalau maneh punya salah!" Risa yang sedari tadi berniat menenangkan, mulai menyerang anggota dewan Dino.

Keributan terus menerus berlanjut.

Dino yang menyalahkan aku atas menjadi lelaki yang berengsek

Risa yang membelaku dan menyalahkan sifat Aureli

Aceng yang lebih suka suasana damai

Dimas yang kelaparan

Semua cekcok itu berlanjut sampai pukul 4 pagi dan sampai Angga datang

"Heh nyebut heh, sampe kedengeran ke depan!" seraya melerai mereka semua

Angga yang baru datang langsung mengambil peran sebagai ketua dewan (apakah ketua dewan harus datang terlambat?). Angga memberi kesempatan dari masing-masing kita untuk mengutarakan argumen.

Setelah mendengarkan mereka semua, Angga diam sejenak dan berucap:

"maraneh belegug"

Para dewan lain kebingungan atas maksud ucapaan ketua dewanya

"Kalian semua berdebat tentang apa yang kalian rasa bener, tapi kalian ga ngebiarin Surya ngomong sedikit pun. Kan aneh."

Kalian mempertanyakan apa yang ku lakukan dari tadi?

Oh, aku tidak melakukan apa-apa. Hanya duduk menekuk lutut di pinggiran kamar.

Jujur, aku ketakutan, didatangi teman-temanku pada saat tidur, ditodong berbagai macam pertanyaan, di ceramahi, dibela, di pintai mie nya.

Tapi tidak punya kesempatan untuk bicara.

***

Setelah rapat dewan kemarin, tentunya banyak dampak yang terjadi dan yang paling kentara adalah sikap Dino kepadaku. Iya berantem kayaknya.

Sesungghunya aku sudah mengira hal ini akan terjadi, Dino sangat akrab dengan Aureli, wajar bila dia marah saat saudarinya terluka. Aku turut simpati soal itu, apalagi mendengar bahwa Aureli mengurung diri di kamar.

Apa?

Mau ikut menyalahkan aku juga?

Yasudah, memang salahku

Ini salahku seperti mengiyakan apa yang Aureli inginkan

Ini salahku karena ingin memiliki sosok untuk diriku

Dan salahku juga sebagai lelaki tidak memiliki ketegasan

Ruwet

Memang perasaan dewasa ini tidak bisa disepelekan.

Setelah selesai dari kelas sore, kami yang biasa menghabiskan waktu untuk nongkrong terlebih dahulu kali ini tidak terealisasi. Iya karena masalah kemarin. Toh aku juga tidak menyalahkan mereka semua. Kadang, masing-masing dari kita perlu ruang untuk diri kita sendiri. Apalagi saat mencocokan masalah pertemanan dan percintaan.

Aku memutuskan untuk beranjak, hendak meroko di parkiran kampus

Senja kali ini lebih terasa

Ketika tiba, mataku melihat sesosok wanita yang asing namun tidak asing sedang duduk di bangku parkiran. Melamun menghadap senja.

Aku segera hampiri dan duduk di sebelahnya, seraya berucap:

"Hey, agak geser dong"

Wanita itu memandangku dan tersenyum

"Perasaan masih banyak deh mas bangku kosong lainnya." Kata wanita itu

"Senjanya lebih kelihatan dari sini" balasku

Dia tertawa, manis

"Jadi, bagaimana kabarmu, Cahaya?" tanyaku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Artileri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang