PUTIH

12 2 0
                                    

Ingin mengawali tapi tidak ada awal, ingin mengakhiri tapi tidak bisa di akhiri. Memulai dengan paksaan, perlahan, tapi cepat. Mungkin susah dipahami tapi harus memahami. Sungguh kacau, tidak-tidak ini terlihat sangat rapih dan tertata.

Siren Daeran gadis dengan segala kekuatan dan keahliannya, dipoles diasah dengan baiknya oleh semesta.

2019

Saat semua itu dimulai, yang putih mulai menghitam, tawa terbahak-bahak perlahan menjadi tangis tersedak-sedak. Harus dimulai tapi tidak tau apakah itu akan berakhir.

.......

Pagi hari di SMA Negri 2 Jakarta. sunyi hanya terdengar hembusan angin di sekitar sekolah, ditengah kesunyian berjalan dengan sangat tenang dan anggunnya seorang gadis remaja dengan jaket hoodie yang melindungi nya. Sang gadis memasuki kelasnya dan duduk di bangku miliknya dengan telinga yang tertutup rapat oleh headset nya untuk menutup pendengeran nya dari hal sekitarnya.

Satu per satu murid mulai berdatangan, keramaian pun mulai terasa. Suara hentakan kaki sudah memenuhi penjuru kelas, tapi sang gadis itu hanya tertunduk di mejanya dengan volume suara yang diperbesarnya. Dunia luar menatapnya, tapi tidak ada satu orang pun yang di pandang oleh dunianya. Hanya dia dan dunianya yang paham tentang semua ini.

Kelas dimulai...

oh iya sampai lupa, gadis itu... ya benar! Dia Siren Daeran gadis yang tak dapat disentuh.

Headset sudah di lepasnya, pandangan sudah fokus dan telinganya sudah siap untuk menerima kata demi kata yang disampaikan oleh sang pengajar. Tapi hal yang dia benci terjadi.. yaitu absensi kelas, rasanya terlalu malas untuk mengeluarkan suaranya terlalu membuang tenaga.

absensi pun dimulai satu per satu nama murid murid di bangku kelas 11 IPA 1 dipanggil.

ahh tiba gilirannya

"Siren Daeran"

tanpa suara hanya ada acungan tangan putih bersih seperti tak pernah terkena cahaya matahari.

"Siren Daeran"

Tolong siapapun beritahu kepada sang guru Siren sudah mengangkat tangannya

Tetap hening tanpa sedikit pun suara.

"oke hadir ya Siren" menoleh ke arah Siren yang masih dengan acungan tangannya

Semua mata tertuju padanya, semua bisikan mulai terdengar oleh telinga Siren. sungguh Siren sangat tidak peduli itu.

"oke anak anak absensi sudah selesai, kita mulai pembelajaran hari ini. Tolong dibuka buku bab 1 ya" titah guru tersebut.

Penjelasan panjang x lebar x tinggi. ahh itu sangat membosankan. Tapi ada yang aneh, ada secarik tarikan di bibir Siren, dia sangat suka belajar entah kenapa dia suka hal itu.

"Ren!" panggil seseorang membuat senyuman tipis itu luntur seketika.

Menoleh perlahan tatapan hampa, bukan tatapan dingin atau tatapan penuh emosi, hanya sebuah tatapan hampa tanpa rasa penasaran atau perasaan apapun.

"Kenapa pas gua panggil muka lu datar lagi? Apa lebih menarik pelajaran dari pada gua?"

Terlalu banyak omongan mu, gadis itu terlalu malas mendengar mu, apa lagi menjawab semua pertanyaan mu. TIDAK BERGUNA.

Tidak ada jawaban, hanya saling menatap.

Kembali ke posisinya menatap papan putih yang penuh dengan tulisan. Papan tulis putih bersih yang sekarang terlihat kotor karena goresan tinta spidol. Waktu berjalan terus sampai tak terasa pelajaran pertama sudah selesai.

Menunggu jam kedua dimulai, di pinggir kanan ada yang sibuk dengan obrolan nya di pinggir kiri ada yang sibuk dengan permainan nya, di titik pusat hanya ada Siren dengan gaya favorit nya menidurkan kepala di atas meja dengan putaran lagu yang terdengar di telinganya.

Kenapa jam kedua sangat lama untuk dimulai?

Ada satu tatapan yang terfokus kepada titik pusat. tatapan dengan penuh rasa penasaran, rasa ingin berbaur dan bertanya kepada sang titik pusat.

"Ren!Ren! Bangun udah dateng tuh gurunya!"

Siren tidak tidur, Siren tau bahwa tidak ada guru yang masuk ke kelasnya. Apa-apaan anak ini mengganggu ketenangan yang Siren ciptakan, Siren benci itu.

"Ren, lu gak denger gua, guru udah dateng Siren. BANGUN"

AHHHH PENGGANGGU.

Kepala Siren terangkat, mereka saling menatap tapi kenapa kenapa dan kenapa, tatapan Siren seperti tidak ada emosi di dalamnya, padahal ia tau dia hanya di akali saja.

"eh.. bangun juga hahah belum ada guru Ren gua cuma bercanda. kok lu kagak marah gua kerjain. ihh jangan tatap gua gitu ahh jadi bingung gua apa yang lagi lu rasain"

Terlalu banyak kata kata yang keluar dari mulut sang PENGGANGGU.

Siren menatap lebih dalam lagi, tidak ada satu huruf pun yang keluar dari mulut nya. Seperti orang bisu tapi ia bisa bicara.

"oke oke gua pergi kalo natap gua jangan lama lama please gua yang salting ini, Ren"

Pas sekali dia pergi, guru pun telah hadir. Pelajaran kedua ini juga terasa begitu cepat seperti perubahan emosi.

Sekarang adalah waktu yang paling dicintai oleh semua murid, tidak tidak, tidak semua. kecuali Siren. Siren benci karena akan banyak suara yang dihasilkan. Suara tawa, suara bisikan, suara kunyahan, suara hentakan kaki. Kalau seperti ini Siren akan ketempat ternyaman nya, tempat dimana dia akan menjadi dirinya. Siren beranjak dari duduknya, berjalan perlahan menyusuri lorong sekolah yang penuh akan nyawa manusia. Berjalan lurus tak memperdulikan sekitarnya. Tertabrak,tersenggol, disapa. Siren hanya diam dengan kepala menghadap ke depan tanpa pernah menoleh ke kanan atau ke kiri apalagi sampai menoleh ke arah belakang.

Sampai juga ketempat ternyaman nya. Taman belakang sekolah, ahh sepertinya sebutan taman terlalu bagus, karena itu hanya sebuah halaman kecil di belakang sekolah dengan beberapa bangku.

Siren mengeluarkan kotak dari kantong hoodie nya. Siren membuka kotak itu dan mengambil puntung rokok lalu membakarnya.

"ahh ini melegakan"
"ini terlalu manis"
huufttt... hembusan asap yang keluar dari mulut Siren.

Seketika saat Siren sedang menikmati dunia nya, puntung yang masih panjang itu jatuh ke tanah, Siren menatap nya, melihat puntung itu jatuh dan ditimpa oleh kaki di atasnya.

"Ren sejak kapan Ren?"

Sangat mengganggu.

Tanpa menggubris dan mempermasalahkannya, Siren langsung mengambil puntung rokok lainnya di dalam kotak rokok miliknya. Meletakkannya di bibir mungil lalu membakarnya lagi.

Hanya ada tatapan heran mengarah kepada Siren, tatapan tidak percaya, tatapan seperti menatap seorang pembunuh.

Siren hanya melanjutkan apa yang dilakukan, tapi tatapan itu terus melihat kearahnya tanpa ada satu kata lagi yang terlontar dari mulut orang itu. Hening hanya ada hembusan napas, dan asap dimana mana. Siren melihat jam ditangannya ternyata 5 menit lagi kelas akan dimulai kembali. Membuang puntung rokok ditangannya, mengabaikan seseorang di hadapannya. Beranjak dari duduk membuka hoodienya agar tak ada aroma asap yang tertinggal. Pergi begitu saja tanpa ada penjelasan apapun, benar benar diam seribu bahasa..

Secara mendadak Siren berhenti tepat di telinga orang itu dan membisikkan nya. "besok kalau mau nyebat bilang, jangan buang-buang rokok gua, sayang tolol belinya pake duit" bisik nya sambil berlalu, benar benar berlalu melewati orang itu.


.....

LAKUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang