Zayed mengusap wajahnya dengan kasar. Iris matanya menatap sekitar. Para korban telah selesai dievakuasi.
Zayed menoleh. Terlihat, Rahaf menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangan yang dia lipat di atas lututnya. Bocah itu masih menangis terisak. Zayed mendekat ke arah Rahaf. Tangan kanannya mengelus lembut pundak bocah laki-laki itu. "Hey, jangan menangis lagi.. disini, masih banyak yang menyayangimu.. "
Rahaf hanya diam dengan posisi yang sama. Air matanya terus saja mengalir dengan deras. Jenazah ibunya baru saja dikuburkan. Saat ini, Rahaf berada di dalam tenda pengungsian bersama Zayed.
Zayed menatap Rahaf sendu. Zayed tahu, kehilangan orang tercinta memanglah menyakitkan. Apalagi di usia Rahaf yang masih terbilang anak-anak. Zayed tahu, karena dia juga pernah merasakannya. Kehilangan orang tua, sanak saudara, teman, telah mereka lihat setiap harinya.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kadar kesanggupannya.. jadi, janganlah bersedih, yakinlah, kau akan bertemu ayah ibumu di surga nanti.. "
Rahaf mendongak menatap iris mata cokelat Zayed. Dia tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya. Kemudian, Rahaf mendekat ke arah Zayed. Lalu, dia memeluk erat tubuh Zayed. Zayed tersenyum. Dirinya membalas pelukan tersebut. "Kau tak perlu takut, paman disini.. kau tak perlu khawatir jika sendiri, paman akan selalu menemanimu.."
Rahaf mengangguk di dalam dada bidang Zayed. Kedua tangannya semakin mempererat pelukan tersebut. Zayed melerai pelukan tersebut. Ditatapnya mata abu-abu milik bocah berusia 9 tahun itu. Tangannya mengelus lembut surai hitam Rahaf. "Mulai sekarang, panggil paman, baba capten.. "
Rahaf mendongak. Kedua matanya membulat. Kemudian, dia tersenyum manis. Kepalanya mengangguk dengan sangat antusias. "Baba capten.. "
Zayed mengangguk berulang-ulang. Tangannya berpindah mengelus punggung kecil bocah itu. "Pam- ah, maksudku, baba capten, terimakasih telah menyayangiku.. melindungiku.. dan juga, merawatku.. "
Zayed mengangguk singkat. Dirinya mengulas senyum di balik penutup wajahnya. "Oh ya, apakah kau lapar? atau haus? Ataukah ada sesuatu yang kau mau? ". Zayed mendekatkan tubuhnya di depan Rahaf. Kedua tangannya memegang pundak bocah laki-laki itu.
Rahaf mengangguk. Kedua matanya berbinar di depan Zayed. "Bolehkah baba capten membelikanku satu keranjang bunga mawar? "
Zayed mengernyit bingung. Salah satu alisnya terangkat ke atas. "Untuk apa? "
"Aku ingin berziarah ke makam ayah.. ". Zayed membeku di tempat. Iris mata cokelatnya menatap Rahaf. "Baba capten mengingatkanku tentang ayah.. jadi, aku ingin berziarah ke makam ayah.. "
Zayed terdiam. Dirinya mengulas senyum. Kepalanya mengangguk singkat. Tangan kanannya mengelus surai hitam bocah berusia 9 tahun itu.
Zayed berdiri. Tangannya mengulur di depan wajah Rahaf. Rahaf mendongak. Kemudian, menerima uluran tangan tersebut. "Baba capten, kapan kita akan membeli bunga mawar? "
Zayed mengulas senyum. "Kita pergi sekarang! ". Rahaf mengangguk antusias. Lalu, Zayed dan Rahaf berjalan pergi meninggalkan tenda pengungsian. Tanpa mereka ketahui, seseorang bersembunyi di balik belakang tenda sembari menatap kepergian Zayed dan Rahaf.
"Sifatmu itulah yang membuatku mencintaimu, Zayed"
oOo
Saat ini, Zayed dan Rahaf berjalan bersama menyusuri suatu daerah yang berada di Lebanon. Setelah berziarah ke makam ayah Rahaf yang berada di desa Beit Et-Dine, Lebanon, Rahaf meminta Zayed untuk mengikutinya. "Kemana kita akan pergi, Rahaf? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]
Novela Juvenil⚠CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI⚠ SPIRITUAL - ROMANCE - ACTION ❗PERINGATAN ❗ SIAPKAN HATI KALIAN!!! "Ku berjuang di garda terdepan. Melindungi negara dari kejamnya para manusia. Begitu juga dengan cinta. Ku jaga ia hingga panggilan surga itu tiba" ...