- ', [part. 012] ꒱ ↷🖇

723 156 39
                                    


jeongin dan felix selesai membuat bronis sekitar jam dua siang. mereka tinggal menunggu bronis itu selesai dioven sehingga felix mengajak jeongin ke balkon untuk istirahat sejenak.

"disana ada lapangan basket loh" kata felix menunjuk ke bawah.

"masih lumayan bagus ya. tapi sayang ngga ada yang make." kata jeongin bergumam ke lapangan basket yang ditunjuk felix.

"orang2 disini lebih suka ke gym daripada ke lapangan buat olahraga" ucap felix menjelaskan.

mereka terdiam merasakan angin yang berembus pelan. terasa lebih sejuk daripada biasanya karena musim hujan walaupun sudah jam dua siang.

felix tersenyum menatap lapangan basket tersebut, "waktu aku masih kecil,, daddy chan dan kak minho sering ngajak aku main disana tiap hari minggu"

"tapi karena dulu aku masih nakal dan manja.. aku nggak pernah belajar dengan baik. aku cuman lempar bola kesana kemari main seenak sendiri" kata felix membayangkan kembali masa lalunya.

felix menghela napas rendah, "sejak mama meninggal, daddy chan nggak lagi punya waktu untuk bermain sama aku. kak minho juga semakin sibuk buat ngejar kuliahnya."

"kalau aku ingat lagi, aku jadi nyesel nggak belajar dengan serius waktu daddy chan dan kak minho masih bisa main basket sama aku..." felix tertawa sedih.

jeongin diam mendengarkan cerita felix. melihat felix yang menunduk kecewa, jeongin tersenyum lalu mengusak pucuk kepala felix.

"jangan sedih. aku bisa ajarin kamu main basket kok" ucap jeongin menghibur felix.

felix mengangkat kepala lalu menatap mata jeongin. ia mendengus lalu menyambar tangan jeongin dari kepalanya, "hei, aku ini senior kamu! nggak sopan banget berani tepok2 kepala orang yang lebih tua!"

"senior darimananya! sekolah kita beda, mana bisa felix langsung jadi senior ku?"

"itu nggak penting! kamu tetep lebih muda dari aku!! terus juga, aku nggak pernah denger kamu manggil dengan sebutan 'kak'. sopan begitu?"

"h-habisnya.. felix sama sekali ngga kerasa kaya kakak kelas! waktu pertama ketemu aku juga ngiranya kita seumuran. salahin diri sendiri dong, wajahnya imut begini!" jeongin menangkupkan kedua pipi felix dengan tangannya.

"jeongin.. aku bisa beneran marah lo." jeongin angkat dua tangan menyerah denger felix bicara dengan suara sedalem itu.

felix berdecih, "ck. aku masih ngambek. coba deh panggil aku kak felix. siapa tau aku bisa maafin kamu..."

jeongin mengangkat sebelah alisnya. kak felix terasa begitu aneh buat jeongin. 

ia selama ini menganggap felix sebagai anak manis yang menggemaskan sampai akhirnya lupa kalau dia itu kakak kelas yang lebih tua dari dia.

jeongin menelan ludah dengan kasar, "k-kak felix??" felix terdiam lama tanpa ekspresi. jeongin menjadi semakin tegang karena takut dengan ekspresi felix yang tidak bisa ditebak.

"gak jadi deh. kak felix emang kedengeran aneh." kata felix akhirnya menyerah.

jeongin berbinar, "kalo gitu aku boleh tetep manggil felix 'felix'?"

felix menghela napas pasrah saja kemudian mengangguk. ia tersenyum kecil ketika melihat jeongin yang begitu bahagia dibolehkan lagi menyebut namanya.

"oh ya! aku tadi bilang mau ajarin main basket. mau langsung sekarang gak? mumpung lapangannya kosong!" ucap jeongin semangat dan antusias.

"ehhh bolanya masih ada sih tapi malessss" felix berpose rebahan di sofa kecil balkon tersebut. entah kenapa kakinya terasa lumpuh seketika kalau diajak main keluar.

"semangat dong! tadi katanya pengen bisa main basket~ mumpung aku lagi baik hati mau ngajarin nihh ya? ya? ya? ya?" 

felix sumpek sama suara rengekan jeongin. duh, daripada telinganya jadi korban mending nurut aja deh.

"hufttt... baiklah. tapi aku keluarin bronisnya dari oven dulu."

"yey!"

sesampainya di lapangan basket, jeongin langsung meregangkan badan sekaligus mulai memantul-mantulkan bola bakset yang ia bawa. 

jeongin berlari sambil melakukan dribble mendekati keranjang basket dan ia melompat hingga

Duk!

suara bola basket yang jatuh melalui keranjang terdengar keras di lapangan luas yang sepi itu. felix terpana memerhatikan jeongin yang terlihat sangat tampan seperti itu.

"ayo, kak felix latihan juga!" jeongin melemparkan bola basket ke felix.

felix nampak tidak siap dengan lemparan jeongin sehingga bola itu mengenai perutnya. felix cemberut menatap jeongin dan lelaki yang lebih muda itu tertawa canggung sambil meminta maaf.

"wahh felix! kamu lumayan juga dribble bolanya!" jeongin berbinar ke arah felix yang berlari berputar sambil memantulk bola. felix tidak seburuk seperti yang ia ceritakan tadi siang.

"yeah.. tapi kelihatannya aku nggak akan bisa nembak bola kaya jeongin tadi deh" ucap felix minder menatap keranjang yang terletak di atas sana hampir tiga kali dari tinggi tubuhnya.

"felix, satu tembakan masuk aku traktir es krim disana." jeongin menunjuk pedagang es krim kaki lima yang mangkal di dekat lapangan.

mendengar itu, felix langsung tersenyum lebar.

© RAMEN, 140721

sibuk nonton anime HAHAHA KABUR

❪ 恋 ❫ RAMEN • jeonglix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang