03.

8 1 0
                                    

🏷 : bukan apa - apa.

***

Caca menggeleng pelan mendengar penawaran gila Desti. Ini bukan kali pertama Desti mempromosikan teman - teman lelakinya pada Caca.

Ingin sekali Caca menegur Desti, tapi ini sedikit menyenangkan. Membuat orang mengejar kita dan kita memutar otak bagaimana caranya agar hal itu tetap terjaga.

Sungguh mendebarkan!

Lain dengan Caca yang menyimpan maksud tertentu. Desti menormalkan debaran jantung. Bukan. Bukan karna ia sedang jatuh cinta, melainkan permintaan sepupunya yang memohon untuk dicomblangkan dengan Caca.

"Plisslah... Sepupu ay gak jele jele amat kok, say!" Desti masih berusaha memengaruhi Caca dengan tangan yang semakin pucat, "Lagian buat aiven nanti juga bisa kan, say!"

Caca tergugu. Benar. Dia belum memiliki pasangan. Namun, ancaman Geo masih berbekas bahkan bukan saja ancaman bukti perlakuan kasar Geo masih berbekas pula.

"Nanti deh aku pikirin." putus Caca, "Eh emang sepupu kamu anak sini?"

Desti mengangguk mantap, "Itu loh say, anak grapik." jawab Desti dengan logatnya. "Okedeh, ay mau capcus dulu. babay!" Desti mengecup ringan pelipis Caca.

Bahkan disaat - saat seperti ini Caca masih memikirkan Geo. Aish!

Caca beranjak menuju kelas. Lorong - lorong yang biasanya ramai mendadak sepi. Suasanya menjadi suram. Setelah melewati lorong dengan suasana berbeda, Caca harus melewati lapangan.

Niat hati ingin mempersingkat waktu dengan melewati lapangan tengah, Caca justru ditarik untuk berdiri di tengah lapangan.

"Diem disini." Haris memutar kepala Caca dengan tak senonoh.

"Lo liatkan?" tanya Haris dengan congak.

Mata Caca ikut menelisik.

Disana, di pilar coklat dekat perpustakaan lama berdiri Nolar dengan gaya khasnya ; tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

Lain lagi di depan kesiswaan berdiri Ajik dan Fahri dengan saling bersandar dan tentu mata mereka menatap Caca jahil.

Terakhir di lantai atas tepat depan mata Caca, Geo, Ragil dan Sento berdiri dengan pongahnya. Menatap Caca seolah gadis iu hanya bidak kesemuan yang tak sengaja menarik minat mereka.

Diambar kesadaran Caca mengerti, Geo bukanlah sekedar menyukainya. Memangnya lelaki mana yang mau bertahan lama dengan Perempuan cacat sepertu dirinya?

Tak lama kemudian, Sellin juga ikut berdiru di samping Geo diikuti dua anteknya. Memepertegas siapa Caca disini.

Caca malu. Hatinya panas menerima perlakuan seperti ini. Ia menganggap Geo masih menginginkannya seperti dulu.

Terus bersikap manis terhadapnya. Mengganti sendu mendung di hati Caca dengan guyonan kunonya. Juga, ikut berperan dalam penggetaran hati Caca yang beku.

Caca kesal. Hatinya mengultimatum bahwa Geo, adalah satu hal yang haram untuk di dekati!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Possesive ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang