[9] Chapter Nine

2.1K 250 81
                                    

Guys I have to say that it won't be any mature scenes till the end. And feel free to cry~

•Reach Your Hand•

“The emotion that can break your heart is sometimes the very one that heals it

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“The emotion that can break your heart is sometimes the very one that heals it.”
—Nicholas Sparks—

Semenjak putus, Jeffrey jadi lebih sering diem di rumahnya. Dia udah bilang ke ibunya supaya nggak nanyain apapun tentang Rose lagi karena itu ngebuat luka di hatinya nggak kunjung membaik. Dampak baik dari patah hati mungkin terjadi satu hari setelahnya. Dia mulai belajar dan nginget lagi bacaan shalat yang sempat dia lupakan. Hatinya ngerasain kekosongan hebat dan dia pikir kalau ngedeketin diri ke Tuhan mungkin layak dicoba. Jeffrey membutuhkan pegangan—sesuatu yang sifatnya spiritual dan kadang nggak bisa dijangkau sama nalar.

Keadaan hatinya belum membaik—nggak mudah move on dari orang yang selalu ngisi kesehariannya selama dua tahun terakhir—tapi seenggaknya nggak sampai bikin dia lemas kayak hari pertama setelah balik dari Rumah Sakit dalam keadaan nangis. Jeffrey yang memahami agama dalam artian sederhana nganggap kalau belajar ngaji dan shalat bisa dianggap sebagai dua hal baru buat ngisi kegiatan hariannya yang kosong. Dia baru sadar kalau Rose selalu ada dalam tiap detail kesegiatan sehari-harinya. Seolah hidupnya sangat bergantung sama perempuan itu. Dan sekarang Jeffrey kembali merindukan Rose yang bawel dan selalu ngingetin dia buat ngerjain ini dan itu. Jeffrey sangat merindukan Rose kendati dia udah nyelesain rangkaian ibadah hari ini.

Selain belajar ngaji dan shalat, satu hal lain yang sebelumnya jarang terjadi adalah kedatangan temen-temennya ke rumah. Ibra, Bayu, Bagas, dan Jo selalu datang ke rumahnya tiap hari. Mereka bakal bawain makanan dan beberapa cerita baru yang bisa mendistraksi pikiran Jeffrey selama beberapa saat. Bahkan malam ini pun sama, mereka memutuskan buat nginep di rumah kawannya yang lagi dirundung kesedihan hebat. Itu ngebuat Jeffrey bersyukur meskipun dia bakal uring-uringan tiap ngelihat temen-temennya di depan gerbang, siap ngerecokin siang dan malamnya yang kelam.

“Ban motor Bayu pecah anjir di jembatan Pasopati,” cetus Ibra sambil balesin WhatsApp dari Jo. “Udah dibawa ke bengkel, sekarang dia lagi di jalan sama Jo.”

“Oh,” sahut Jeffrey sambil nyandar ke kasurnya.

Ibra ngelirik kawannya, masih kelihatan kacau. “Rose nggak pernah ngehubungin lo?”

Pertanyaan itu terlalu tiba-tiba. Jeffrey nggak ngejawab langsung, cuma nunduk sambil ngelihatin kaleng sodanya yang masih penuh. “Belum,” jawabnya lesu. “Mungkin dia udah lupa sama gue. Lagian calon suaminya kelihatan fine dan menjanjikan. Gue mah masih kuliah, masih ngandelin orang tua, dan sifatnya juga bocah banget. Lo kalo jadi Rose juga pasti milih calon dari ortunya kan.”

Scattered Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang