02.Stupid!!

31 12 0
                                    

"Noona udah vote apa belum?, mana Uwon liat"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Noona udah vote apa belum?, mana Uwon liat"


"Noona tunggu!!"

Dia Yang Jungwon, berteriak sambil melambaikan tangannya, berharap aku berhenti berlari, namun aku tidak mengindahkan itu, berfikir orang yang memanggilku adalah seorang penjahat.

"Tolonglah Noona... berhenti!!, Jungwon tak bisa banyak berlari!"

Saat mendengar nama Jungwon, aku menghentikan langkahku, saat aku berbalik benar saja tidak jauh dari tempat berdiri, aku melihat Jungwon memandang ku tersenyum.

Menghela nafas sejenak, lalu berjalan perlahan mencoba mendekat.

Aku memukul lengan jungwon pelan, jujur saja aku tak tega jika bocah imut seperti jungwon di pukul dengan keras.

"Yang Jungwon! kau tahu, kau sudah membuataku takut, ku kira ada penjahat yang mau menculik ku"

"Noona kan jelek, nggak bakalan ada yang mau culik Noona "

"Kamu ya Won!!"benar benar kini Geya serasa ingin melempar Jungwon dari koridor, bertujuan melenyapkan Jungwon hari ini juga. Jungwon lebih muda dua tahun darinya, dia juga baru berkenalan dan akrab tadi sore di perpustakaan sekolah, kini dengan beraninya mengejek sang kakak kelas.

Huft... Geya sabar....

"Gini-gini aku banyak yang suka" Aku menjeda ucapanku. "Cantik gini di bilang jelek" Lanjutku lirih.

"iya, Noona cantik, Jungwon suka"

Huhu... Eomma, Appa tolong putri mu ini!!

~~~

Jungwon berdiri tegak, mematung di depan pintu rumahnya, kaki terasa kaku, detak jantung terdengar begitu cepat, seakan tak mau menerima frekuensi terburuk, ia mengangkat tangannya ragu walau itu hanya untuk menggenggam handle pintu.

Hari ini juga cukup melelahkan bagi Jungwon, sudah ia terlambat, lalu di hukum menata buku di perpustakaan sekolah yang cukup luas, dan di beri tugas tambahan oleh guru pula.

Jungwon melihat kearah garasi, terlihat mobil sang ayah tampak terparkir rapi disana, menendakan ayahnya sudah pulang kerumah.

Dengan perlahan Jungwon mendorong pintu rumahnya, berharap sang ayah sudah tidur kali ini, namun ekspetasi seringkali tak sesuai dengan realita.

Kini ia mendapati ayahnya berdiri tegak, mengepalkan tangannya kuat, mata yang melotot dan kini menjadi agak merah, mengisyaratkan bahwa sang ayah sedang marah.

Jungwon berjalan mundur, kepalanya menunduk tak berani menatap sang ayah.

"Yang Jungwon, kemari!" Suara sang ayah terdengar berat.

Jungwon tak mendengarkannya, langkahnya tetap mundur, Jungwon takut.

"PARK JUNGWON!!,KU BILANG KEMARI!!, KAU TAK MENDENGARNYA!!, APAKAH KAU BENAR-BENAR TULI!!"

Bulan Bersama MimpinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang