01. You Call Me...Noona?

51 12 0
                                    

Happy reading~~

Kurang lebih sekitar dua minggu sebelum ujian tengah semester dimulai, hari ini kamis pukul delapan tepat, bel sekolah berdering nyaring, semua siswa berlarian menuju kelas masing-masing, siap menerima pelajaran, penjelasan, dan materi yang menyenangkan.

Kini kelas senior, lebih tepatnya kelas 12-a, masih terdiam di kelas menunggu sang guru datang, mereka sudah siap dengan buku dan bolpoin di atas meja.

Seseorang membuka pintu secara perlahan, berjalan sembari menenteng buku-buku pelajaran dan beberapa lembar kertas. ia berdiri tegak di depan seluruh siswa dan bersiap untuk berbicara, seluruh atensi teralih padanya, dia Kim Doyoung sang ketua kelas di kelas ini.

"Boleh minta perhatiannya sebentar?! Diinformasikan Pak Min Ki masih ada urusan penting di kantor, jadi diharapkan untuk memaklumi. hari ini kalian di tugaskan untuk mengerjakan soal matematika untuk persiapan ujian dua minggu lagi, setelah saya bagikan soalnya, harap dikerjakan dengan tenang, dan tetap dapat mematuhi tata tertib, serta tidak membuat kegaduhan di kelas yang dapat mengganggu kegiatan belajar siswa kelas lain"

Setelah berbicara, Doyoung berjalan membagikan lembar soal yang ia bawa "Oh ya! jangan lupa disertakan nama dan nomor absen dilembar pertama bagian pojok kiri atas" tambah nya.

"Eh, Kamu tahu tidak Geya ada di mana? Dari tadi aku mencarinya tapi tidak ketemu. Tidak biasanya Geya terlambat." Ucap teman paling dekat dari oknum yang dibicarakan, panggil saja Lisa.

"Aku juga tidak tahu...," jawab sang lawan bicara.

"Ish...! Geya, kamu kemana sih...?!" Lisa mengacak rambutnya frustrasi.

~~o0o~~

Di sisi lain, gadis berparas cantik, berkulit putih, dengan rambut leyer sebahu yang terurai, ia melangkahkan kakinya tergesa, sembari mengatur napasnya berburu, gadis yang malang, siapa lagi kalau bukan aku, Shim Geya, bisa dipanggil Geya.

Aku berharapkan kali ini hanyalah gerbang sekolah belum tertutup dengan sempurna, terlambat karena bangun kesiangan adalah hal yang paling konyol bagiku, dan benar saja kali ini keberuntungan tidak berpihak padaku.

Sesampainya di sekolah aku menjumpai anak berkulit pucat yang bernasib sama, yap! dia juga terlambat, ku tarik lengan anak itu untuk menyingkir dari pintu gerbang, akan sangat berbahaya jika ketahuan oleh petugas keamanan, hukuman dari petugas keamanan lebih berat dari hukuman guru kelas, mungkin guru kelas hanya memberi hukuman membersihkan toilet, atau menata buku di perpustakaan, tapi jika yang menghukum petugas keamanan maka habislah, bisa-bisa kita di beri hukuman lari putar lapangan 50 kali, jika tidak push up 100 kali.

"Kamu juga terlambat? Kelas berapa? Wajahmu seperti tak asing bagiku... apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Masih kelas 10?"

"Noona tanyanya satu-satu, Jungwon bingung mau jawab yang mana dulu...,"

Ah... ternyata, dia masih polos, padahal kami baru saja bertemu, tapi dia sudah berani memanggilku Noona. Sebenarnya aku ingin melarangnya karena aku tumbuh dan hidup menjadi anak bungsu sehingga aku menjadi tak terbiasa mendengarnya, bahkan aku melarang adik sepupuku untuk memanggil ku Noona. Memurutku panggilan itu membuatku terkesan lebih tua, padahal memang itu nyatanya. namun, sekarang berbeda jika anak ini yang mengatakannya, rasanya seperti... candu?

"Iya... Jungwon masih kelas 10, tadi Jungwon terlambat karena ban sepeda Jungwon bocor." Ucapnya sambil menunduk, sepertinya anak kucing yang ketakutan. Dengan tanpa permisi ide jahil ku muncul, sepertinya akan seru jika menakut-nakuti anak ini.

"Sudah ku duga, kau memang masih kelas 10. Masih anak baru kok udah berani terlambat, bagaimana besok di masa depan? Walau seperti ini, aku anggota OSIS loh... aku bisa saja melaporkan mu agar kau dihukum mengelilingi lapangan!"

Bulan Bersama MimpinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang