"Papa ...," teriak gadis kecil cantik bersurai panjang cokelat bergelombang, saat melihat kedatangan sang ayah yang baru saja turun dari Santa Fe putih di parkiran sekolah.
Anak itu berlari kemudian memeluk sang ayah yang sudah berjongkok menyambutnya. "Maafkan papa terlambat Sayang," ucapnya pada sang anak.
Gadis kecil itu menggeleng. "Tidak apa-apa papa, Hera menunggu sambil bermain dengan teman-teman." Tunjuknya ke arah anak seusianya, tengah bermain ayunan di taman.
Sang ayah mengangguk paham. "Baiklah, ayo kita pulang," ajaknya, kemudian menuntun sang anak masuk kedalam mobil.
Di perjalanan sang anak berceloteh banyak, menceritakan tentang kegiatannya di sekolah tadi. Seperti biasa, hal itu membuat pria berusia tiga puluh tujuh tahun, bermarga Jung, semakin bersemangat menjalani hidupnya sebagai orang tua tunggal.
Anak semata wayangnya itu merupakan kekuatan dalam menjalani hari-harinya. Tak peduli ia bekerja siang dan malam, demi membahagiakan Jung Hera, sang putri yang masih berusia tujuh tahun.
"Papa."
"Hm."
"Hera ingin makan kentang BTS," ucap sang anak, menoleh pada ayahnya dengan tatapan memohon. Kemudian pria itu mengangguk.
"Boleh Papa?" tanyanya meyakinkan dengan tatapan berbinar.
"Boleh Sayang," ucapnya begitu lembut.
"Yeay!" Anak itu bertepuk tangan senang. "Terima kasih Papa."
Kini Hera dan sang ayah sudah berada di McDonald's terdekat, membeli makanan yang diinginkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAMOUR 3.0
Proză scurtăBila daksamu terlampau tenat, atma diselimuti masygul muluk-muluk, singgahlah pada tempat yang menurutmu paling aman. Sejemang berpaling dari semesta yang enggan mengasihani sukma penuh duka. Didampingi cerita sederhana dari coretan-coretan cilik pe...