- Kerja Kelompok -

453 53 1
                                    

"(Name)-san? Hei, (Name)-san?!"

Aku tersadar dari lamunanku. "Eh iya, ada apa Sistina-chan?"

Aoki Sistina, dia adalah salah satu muridku di panti asuhan tempatku mengajar. Usianya masih 6 tahun, namun sudah kehilangan kedua orang tuanya saat usianya 2 tahun. Aku cukup akrab dengannya, dia adalah anak yang baik dan periang.

"Aku sedikit cemas daritadi kau banyak melamun. Ada apa, (Name)-san?" tanya Sistina-chan khawatir.

Aku menggeleng sambil tersenyum tipis. "Tidak, aku tidak apa-apa, kok."

"Bohong!"

"Tidak, aku tidak bohong."

"(Name)-san, jangan berbohong!"

Aku menarik napas berat. "Baiklah, baiklah. Aku sedang kepikiran masalah sekolah, itu saja."

Sistina-chan mengangguk. "Oh, souka. Maaf aku tidak dapat membantu, tapi kuharap kau bisa segera menyelesaikannya."

Aku mengelus kepalanya pelan. "Terimakasih, Sistina-chan."

Ya benar, aku sedang memikirkan bagaimana caranya agar aku tidak harus mengikuti kerja kelompok di rumah Kageyama. Kemarin, ibu guru membagi siswa di kelasku menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan sebuah projek. Sepertinya saat itu bukan hari keberuntunganku, aku malah satu kelompok dengan Kageyama. Sialnya lagi, kelompok yang sudah ditentukan tidak boleh ditukar.

"(Name)-chan, ini minum dulu teh buatanku. Sepertinya kau sedang banyak pikiran," ucap Aiko-san, pemilik panti asuhan sambil menyuguhkanku secangkir teh.

"Terimakasih banyak, Aiko-san," ucapku lalu meminum sedikit teh yang sudah ia buatkan.

Aiko-san tersenyum tipis. "Nah, jadi apa yang mengganggu pikiranmu, (Name)-chan?"

Aku menarik napas berat. "Kau ingat dengan mantan kekasihku, kan, Aiko-san?"

Aiko-san mengangguk. "Iya, yang namanya Kageyama Tobio?"

Aku mengangguk. "Benar."

"Ada apa dengannya?"

"Aku satu kelompok dengannya dalam sebuah tugas sekolah," ucapku.

"Bukankah itu bagus?" tanya Aiko-san.

"Hee... Bagus darimananya, Aiko-san? Ini seperti bencana bagiku," ujarku.

"Tidak boleh begitu, (Name)-chan. Menurutku ini malah kesempatan yang bagus untuk memperbaiki hubungan kalian," jelas Aiko-san.

Aku tertawa garing. "Apa? Memperbaiki hubungan? Hahahaha. Itu tidak mungkin, Aiko-san."

"Kalian tidak harus menjadi sepasang kekasih lagi, kok. Aku hanya berpikir setidaknya kalian berdua bisa berdamai dengan masa lalu, itu saja."

"Itu adalah hal yang sulit untukku. Entah kenapa luka yang ia berikan sangat susah untuk kuhilangkan," ucapku.

"Cobalah untuk memaafkannya dan belajar berdamai dengan masa lalu," usul Aiko-san.

Aku mengangguk. "Ya, akan kulakukan saat aku sudah siap nanti."

"Kau ini! Harus mulai dari sekarang, jika nanti-nanti kapan kalian berdamai?" ujar Aiko-san sambil berkacak pinggang.

Aku menampilan deretan gigiku. "Tenang saja, akan kucoba segera, kok."

"Baguslah. Kapan kalian akan mengerjakan tugas kelompok itu?" tanya Aiko-san kemudian.

"Lusa, sepertinya," balasku.

"Souka. Ganbatte, (Name)-chan!" ucap Aiko-san menyemangati.

Aku tersenyum. "Terimakasih, Aiko-san."

Aku sudah mengenal Aiko-san kurang lebih tiga tahun. Aku merasa dia sudah seperti kakakku sendiri. Bercerita, maupun meminta saran padanya aku tidak pernah ragu. Dia selalu memberikan berbagai solusi yang bermanfaat untukku.

Ting

Kageyama Tobio
Lusa pulang bersamaku saja.

Aku sedikit terkejut membaca pesan yang Kageyama kirimkan barusan. Apakah benar ini dia? Rasanya aneh saja setelah hampir 3 bulan kami tidak saling berkirim pesan.

Aiko-san merebut handphone yang ada di tanganku. "Sini, biar aku saja!"

"Eh, tunggu, Aiko-san! Apa yang mau kau lakukan?!" tanyaku panik sambil berusaha merebut handphone-ku yang ada ditangannya.

Tapi, terlambat.

Aiko-san tersenyum puas setelah selesai mengetikkan sebuah balasan. Kemudian, ia mengembalikan handphone-ku dan membiarkanku untuk melihatnya sendiri.

(Firstname Name)
Baiklah, aku akan menunggunya ;3

Aku melotot.

"AIKO-SAN, APA YANG TELAH KAU LAKUKAN ?!???!"


Ex | | Kageyama Tobio X ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang