Author POV
Kageyama dan (Name) kebetulan memilih SMA yang sama yaitu SMA Karasuno. Mereka masih menjadi sepasang kekasih pada saat itu. Hanya saja, status hubungan mereka tidak diketahui banyak orang. Mereka memilih tidak mengumbarnya karena merasa tidak nyaman jika orang-orang mengetahuinya.
Hari itu, (Name) sangat lapar. Pada jamkos, (Name) memilih untuk pergi ke kantin sendirian. (Name) memang sedikit anti sosial, temannya tidak banyak. Saat itu, Kageyama juga tidak ada di kelas.
Namun, saat perjalanan ke kantin ia melihat Kageyama dan seorang perempuan. Entahlah, (Name) tidak terlalu kenal dekat, tapi setahunya itu adalah Yuri-san dari kelas sebelah.
"Kageyama, kenapa kau memacari gadis seperti (Firstname), sih?"
(Name) yang hendak melanjutkan langkahnya mendadak berhenti. Tunggu, kenapa Yuri membicarakannya? Dan.. kenapa ia bisa tahu kalau Kageyama adalah pacarnya?
Kageyama menyipitkan matanya. "Ada apa?"
Yuri menyibak sedikit rambutnya. "Apa spesialnya (Firstname), sih? Padahal kau itu cukup populer loh, Kageyama."
(Name) yang merasa kehadirannya tidak disadari oleh kedua insan tersebut memilih bersembunyi dibalik sebuah tembok untuk menguping pembicaraan mereka.
"Entahlah, aku hanya ingin saja berpacaran dengannya," jawab Kageyama santai.
Yuri memandang Kageyama heran."Kau sebenarnya tidak cinta dengan (Firstname), kan?"
"Aku juga tidak tahu."
"Jawab yang benar, Kageyama."
Kageyama menunduk. "Aku juga bingung dengan perasaanku sendiri. Tapi, saat gadis itu menyatakan perasaannya padaku, entah kenapa aku merasa kasihan dan menerimanya."
Deg
Ucapan Kageyama berhasil menyayat hati (Name). Apakah hubungan yang mereka jalani hampir 3 tahun ini hanya karena Kageyama kasihan padanya?
Yuri tersenyum kecil. "Ara, sudah kuduga kau hanya kasihan padanya."
"Hm. Sepertinya begitu."
"Baiklah, kalau begitu bukankah aku bisa mendapatkan peluang?" tanya Yuri antusias.
Kageyama menatap Yuri heran. "Peluang untuk apa?"
Yuri memerah malu. "Ah, tidak apa-apa. Baiklah Kageyama, aku akan kembali ke kelas. Jaa!"
"Osu!"
Setelah Yuri pergi, (Name) mendekat ke tempat Kageyama berdiri. Ia kecewa, kesal, marah, semuanya menjadi satu. Untuk apa Kageyama menerimanya jika ia tidak mencintainya? Yang bodoh disini sebenarnya siapa?
Plak
Kageyama memegang pipinya yang memerah dan menatap kaget gadis yang ada di depannya. Iya, (Name) menampar Kageyama.
"(Name)? Kenapa?" tanyanya heran.
"Akhiri saja semua ini. Untuk apa kau menerimaku kalau kau tidak mencintaiku, baka!? Seharusnya, aku sadar jika kau cuma kasihan padaku. Kenapa aku ini bodoh?" ucap (Name) mengeluarkan semua uneg-unegnya. Suara (Name) bergetar, ia ingin menangis, tapi sekuat tenaga berusaha menahannya.
Kageyama menghembuskan napas berat. "Baguslah kalau kau sadar. Kau memang bodoh, (Name). Seharusnya kau tidak mencintaku."
(Name) menatap kaget Kageyama. Seketika air matanya mencelos tanpa permisi, perkataan Kageyama sudah kelewatan. "Iya, kau benar juga. Kenapa aku bisa mencintaimu, ya?"
Kageyama sempat tertegun melihat (Name) menangis. Selama bertahun-tahun bersama gadis ini, ia baru melihatnya menangis sekarang.
(Name) menghapus air matanya kasar lalu menatap Kageyama dengan senyum sendu yang menghiasi wajahnya.
"Ne, To-kun.. Ah, tidak. Maksudku, Kageyama-kun, terimakasih atas semuanya. Aku cukup senang bisa menghabiskan waktu denganmu. Tapi, rasanya aku benar-benar tidak pantas menampakkan wajahku di depanmu lagi apalagi berada di sampingmu."
Setelah itu, (Name) berlari meninggalkan Kageyama yang terdiam di tangga.
(Name) POV
Keesokan hari setelah kejadian tersebut, rasanya orang-orang seperti sengaja menjauhiku. Entahlah, aku tidak paham. Tapi, aku tidak ingin mengambil pusing karena, temanku memang tidak banyak.
"Lihatlah! Katanya dia pacarnya Kageyama."
"Kudengar mereka putus kemarin, loh."
"Kenapa putus?"
"Apa kau tahu? Kageyama cuma menerimanya karena kasihan."
"Hahahah. Lagian, siapa yang mau bersama dengan gadis itu?"
"Kata anak sekelasnya dia anti sosial dan tidak punya teman."
"Kasihan sekali nasibnya."
Sudah, cukup. Aku lelah mendengar semua perkataan menyakitkan itu. Aku memilih menutup telingaku dalam perjalanan menuju kelas. Demo, sepertinya aku memang apes sekelas dengan pacar--tidak, mantanku. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, aku hanya berharap tetap bisa menikmati hari-hariku seperti biasanya tanpa masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex | | Kageyama Tobio X Readers
Fanfiction"Walau sudah terlambat mengatakannya padamu, aku tetap ingin berkata kalau perasaanku ini benar-benar tulus padamu." © creds; haruichi furudate